Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia tetap stabil di perdagangan Asia, Jumat, setelah meningkat tajam Kamis malam, didorong oleh kekhawatiran tetang pasokan minyak mentah global dan ketegangan dengan Iran, kata para analis. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, naik 13 sen menjadi 141,78 dolar AS per barrel setelah melompat 5,60 dolar AS menjadi ditutup pada 141,65 dolar AS Kamis di New York Mercantile Exchange. Kontrak berjangka minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus turun delapan sen menjadi 141,95 dolar AS. Kontrak terangkat 5,45 dolar AS menjadi ditutup pada 142,03 dolar AS di London, Kamis. Setelah turun di posisi sedikit di atas 137 dolar AS per barrel pertengahan pekan ini, harganya kembali menguat menantang rekor tertinggi baru, kata Victor Shum dari konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura. Ia mengatakan "rally" terakhir karena "rebound" teknikal, didukung kekhawatiran dari sisi pasokan termasukm ketegangan politik di Iran dan kerusuhan di Nigeria. Shum mengatakan melemahnya dolar AS, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah untuk para pembeli dengan mata uang kuat, juga mendorong kenaikan harga minyak, sementara dari sisi pertumbuhan pasokan masih seret. "Isu-isu di sisi pasokan terus menciptakan harga tinggi," kata Shum kepada AFP. Harga minyak telah melambung sejak menembus 100 dolar AS awal tahun ini, namun masih turun sekitar lima dolar AS dari posisi puncak dekat 147 dolar AS pekan lalu. Ketegangan antra Barat dan Iran -produsen minyak terbesar keempat di dunia- telah meningkat. Kedua belah pihak telah terlibat panjang dalam masalah program nuklir Iran. Iran mengatakan program nuklirnya untuk pembangkit listrik, namun Barat mengkhawatirkan program itu bertujuan untuk membuat bom atom. Iran melakukan uji coba peluru kendalai dua kali pada pekan ini. Kerusuhann di Nigeria, produsen minyak mentah terbesar di Afrika, juga telah mengungari produksi minyak negara itu hingga seperempatnya dalam dua tahun terakhir. "Para investor tidak siap untuk menguangkan (melikuidasi) posisi minyak mentah mereka sebelumnya, dengan berlanjutnya kecemasan geopolitik dan kekhawatiran jangka panjang ketatnya pasokan minyak mentah," kata analis Sucden, Andrey Kryuchenkov. OPEC juga mengurangi estimasi jangka panjang permintaan minyak dunia, mengatakan konsumsi pada 2030 akan turun 3,7 persen daripada proyeksi sebelumnya karena ada penghematan energi. Sementara IEA, memperkirakan permintaan di negara-negara maju akan menjadi cenderung melemah, namun proyeksi permintaan global naik 1,0 persen pada tahun depan. (*)