Potensi hujan petir di Raja Ampat harus diwaspadai, sebut BMKG
29 September 2019 22:54 WIB
Masyarakat di wilayah pesisir Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat saat memancing di Perairan Teluk Doreri, Sabtu (28/9/2019). BMKG memberikan peringatan dini kewaspadaan hujan dan petir di wilayah Raja Ampat pada Senin (30/9/2019) dan Selasa (1/10/2019). (FOTO ANTARA/Toyiban)
Manokwari (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi hujan disertai petir di wilayah Kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat pada Senin (30/9) hingga Selasa (1/10).
"Dari satelit terpantau adanya awan gelap atau yang biasa disebut awan cumulonimbus (CB). Terdeteksi awan ini akan muncul di atas wilayah Raja Ampat," kata Kepala BMKG Stasiun Rendani Manokwari, Denny Putiray di Manokwari, Minggu.
Kondisi serupa berpotensi terjadi di wilayah Teluk Cenderawasih serta perairan Sarmi Jayapura Provinsi Papua.
Ia menjelaskan, awan CB dapat menimbulkan hujan lebat, angin kencang hingga guntur kilat. Masyarakat diminta waspada saat melakukan aktivitas di laut.
"Wilayah Papua dan Papua Barat ini 'kan nelayan cukup banyak, ada juga masyarakat biasa yang punya hobi memancing. Maka sebelum beraktivitas ada baiknya perhatian kondisi cuaca," katanya.
Pihaknya memperkirakan, awan gelap ini muncul antara pukul 09.00 WIT pada Senin (30/9) hingga pukul 09:00 WIT pada Selasa (1/10).
Untuk Papua Barat selama dua hari ke depan, kata dia, di seluruh daerah diperkirakan akan terjadi hujan lokal. Hujan tersebut tidak merata di setiap wilayah.
Khusus untuk Manokwari, kata dia, cuaca umum cerah berawan. Hujan ringan cukup berpotensi, namun tidak akan terjadi secara merata.
"Minggu sore tadi awan di Manokwari cukup gelap, ada hujan juga meskipun ringan. Untuk besok kemungkinan awan gelap akan muncul lagi," katanya.
Kecepatan angin secara di atas wilayah perairan Manokwari pada dua hari kedepan diperkirakan akan berada pada kisaran 5 hingga 10 knots atau 10-20 km/jam. tinggi gelombang Laut rata-rata berkisar antara 0,5 meter hingga 1 meter dengan ketinggian maksimum 1,5 meter, demikian Denny Putiray.
Baca juga: BMKG : Waspadai cuaca ekstrim di Raja Ampat-Sorong
Baca juga: Perahu mesin dengan 15 penumpang hilang di perairan Raja Ampat
Baca juga: Dua rumah tertimbun longsor di Raja Ampat
"Dari satelit terpantau adanya awan gelap atau yang biasa disebut awan cumulonimbus (CB). Terdeteksi awan ini akan muncul di atas wilayah Raja Ampat," kata Kepala BMKG Stasiun Rendani Manokwari, Denny Putiray di Manokwari, Minggu.
Kondisi serupa berpotensi terjadi di wilayah Teluk Cenderawasih serta perairan Sarmi Jayapura Provinsi Papua.
Ia menjelaskan, awan CB dapat menimbulkan hujan lebat, angin kencang hingga guntur kilat. Masyarakat diminta waspada saat melakukan aktivitas di laut.
"Wilayah Papua dan Papua Barat ini 'kan nelayan cukup banyak, ada juga masyarakat biasa yang punya hobi memancing. Maka sebelum beraktivitas ada baiknya perhatian kondisi cuaca," katanya.
Pihaknya memperkirakan, awan gelap ini muncul antara pukul 09.00 WIT pada Senin (30/9) hingga pukul 09:00 WIT pada Selasa (1/10).
Untuk Papua Barat selama dua hari ke depan, kata dia, di seluruh daerah diperkirakan akan terjadi hujan lokal. Hujan tersebut tidak merata di setiap wilayah.
Khusus untuk Manokwari, kata dia, cuaca umum cerah berawan. Hujan ringan cukup berpotensi, namun tidak akan terjadi secara merata.
"Minggu sore tadi awan di Manokwari cukup gelap, ada hujan juga meskipun ringan. Untuk besok kemungkinan awan gelap akan muncul lagi," katanya.
Kecepatan angin secara di atas wilayah perairan Manokwari pada dua hari kedepan diperkirakan akan berada pada kisaran 5 hingga 10 knots atau 10-20 km/jam. tinggi gelombang Laut rata-rata berkisar antara 0,5 meter hingga 1 meter dengan ketinggian maksimum 1,5 meter, demikian Denny Putiray.
Baca juga: BMKG : Waspadai cuaca ekstrim di Raja Ampat-Sorong
Baca juga: Perahu mesin dengan 15 penumpang hilang di perairan Raja Ampat
Baca juga: Dua rumah tertimbun longsor di Raja Ampat
Pewarta: Toyiban
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: