Rektor : Alumnus harus ikut bangun bangsa
29 September 2019 16:56 WIB
Ketua Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie saat memberikan pembekalan kepada mahasiswa baru Universitas Pelita Harapan dari berbagai daerah di Indonesia. ANTARA/Dok. UPH/am.
Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Pelita Harapan (UPH) Dr (Hon) Jonathan L. Parapak mengatakan alumnus perguruan tinggi harus dapat ikut dalam pembangunan manusia Indonesia.
"Lulusan perguruan tinggi harus berkontribusi di berbagai bidang dan tersebar di seluruh Nusantara sampai ke luar negeri. Guru-guru yang kami dihasilkan misalnya sampai ke Nias, Sangir, Papua dan telah meningkatkan kualitas pendidikan di daerah itu," ujar Jonathan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Dia menjelaskan saat awal berdirinya UPH pada 25 tahun yang lalu, UPH hanya memiliki delapan program studi. Saat ini, UPH sudah memiliki 68 program studi.
Ke depan, pihaknya terus menggarap pendidikan holistis yang menekankan pada praktik nyata.
Dengan demikian, mahasiswa memiliki kesempatan yang banyak untuk langsung menggunakan ilmu mereka, bukan hanya di dunia kerja, tetapi juga melalui kontribusi bagi masyarakat.
"Melalui program pengabdian masyarakat, mahasiswa menjangkau kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang, mahasiswa arsitektur dapat membantu membangun desa, mahasiswa bioteknologi memberi pelatihan tentang pengolahan makanan, dan masih banyak bidang lain yang dapat dijangkau melalui prinsip pendidikan holistis ini," katanya.
Pihaknya juga akan terus memperhalus integrasi antara pembelajaran di kelas dan luar kelas melalui pengubahan struktur kurikulum, agar tidak ada lagi aktivitas co-curricular (praktik) yang dianggap tidak penting dibandingkan dengan pembelajaran kelas.
"Setiap kegiatan dan program harus saling terintegrasi dan sama-sama dibutuhkan untuk membentuk individu sesuai harapan, yakni individu yang ditransformasi secara holistis, mencakup pengetahuan, iman, dan karakter," katanya.
Pendiri UPH James T. Riady mengatakan sedari awal, pihaknya ingin membuat universitas yang komprehensif dan holistis, yang berarti mentransformasi mahasiswa melalui pembelajaran yang terintegrasi.
"Misalnya bagaimana pendidikan spiritual terintegrasi dalam tiap bidang kuliah," kata dia.
"Lulusan perguruan tinggi harus berkontribusi di berbagai bidang dan tersebar di seluruh Nusantara sampai ke luar negeri. Guru-guru yang kami dihasilkan misalnya sampai ke Nias, Sangir, Papua dan telah meningkatkan kualitas pendidikan di daerah itu," ujar Jonathan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Dia menjelaskan saat awal berdirinya UPH pada 25 tahun yang lalu, UPH hanya memiliki delapan program studi. Saat ini, UPH sudah memiliki 68 program studi.
Ke depan, pihaknya terus menggarap pendidikan holistis yang menekankan pada praktik nyata.
Dengan demikian, mahasiswa memiliki kesempatan yang banyak untuk langsung menggunakan ilmu mereka, bukan hanya di dunia kerja, tetapi juga melalui kontribusi bagi masyarakat.
"Melalui program pengabdian masyarakat, mahasiswa menjangkau kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang, mahasiswa arsitektur dapat membantu membangun desa, mahasiswa bioteknologi memberi pelatihan tentang pengolahan makanan, dan masih banyak bidang lain yang dapat dijangkau melalui prinsip pendidikan holistis ini," katanya.
Pihaknya juga akan terus memperhalus integrasi antara pembelajaran di kelas dan luar kelas melalui pengubahan struktur kurikulum, agar tidak ada lagi aktivitas co-curricular (praktik) yang dianggap tidak penting dibandingkan dengan pembelajaran kelas.
"Setiap kegiatan dan program harus saling terintegrasi dan sama-sama dibutuhkan untuk membentuk individu sesuai harapan, yakni individu yang ditransformasi secara holistis, mencakup pengetahuan, iman, dan karakter," katanya.
Pendiri UPH James T. Riady mengatakan sedari awal, pihaknya ingin membuat universitas yang komprehensif dan holistis, yang berarti mentransformasi mahasiswa melalui pembelajaran yang terintegrasi.
"Misalnya bagaimana pendidikan spiritual terintegrasi dalam tiap bidang kuliah," kata dia.
Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: