Sleman (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mulai melakukan sosialisasi sistem pemilihan kepala desa (Pilkades) secara elektronik atau e-voting yang akan dilaksanakan pada 2020.

"Sebenarnya kami sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, namun belum menyeluruh dan terbatas pada teori," kata Kepala Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Aparatur Desa Dinas PMD Kabupaten Sleman Agung Endarto di Sleman, Minggu.

Baca juga: Pemkab Sleman siapkan Rp26 miliar untuk perangkat Pilkades e-Voting

Menurut dia, pihaknya akan melakukan sosialisasi dan mengenalkan sistem Pilkades e-voting secara menyeluruh mulai Oktober.

"Oktober hingga Desember akan kami sosialisasikan ke desa hingga padukuhan untuk mengenalkan sistem ini ke masyarakat," katanya.

Sebanyak 49 desa di Kabupaten Sleman akan menyelenggarakan pilkades serentak pada Maret 2020. Mekanisme pemilihan juga telah disetujui dengan e-voting.

Ia mengatakan, belum lama ini, pihaknya juga telah melakukan workshop untuk calon tenaga teknis utama (TTU).

"TTU jumlahnya 60 orang yang nantinya akan ditempatkan di desa," katanya.

Agung mengatakan, pihaknya juga akan merekrut tenaga teknis lapangan (TTL) sebanyak 1.200 an orang untuk tiap tempat pemungutan suara (TPS).

"TTL ini tugasnya hanya membuka aplikasi, selanjutnya diserahkan pada KPPS," katanya.

Karena petugas TTL merupakan orang yang memegang sistem diharapkan orang yang netral. Selain itu, petugas teknis juga merupakan orang yang paham di bidang IT.

"Untuk itu kami telah bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi," katanya.

Salah satu warga, Dwi Iswahyudi warga Girikerto, Turi mengatakan hingga saat ini belum ada sosialisasi ke masyarakat terkait penggunaan e-voting dalam pilkades.

"Ini kan hal yang baru, dikhawatirkan ada masyarakat yang bingung saat memilih. Kalau generasi muda mungkin bisa cepat paham, tapi yang generasi bapak saya bagaimana?," katanya.

Menurut dia, sejauh ini belum ada sosialisasi dari pemerintah, apalagi simulasi penggunaan e-voting. Sehingga, dari awal tata cara mendaftar hingga melakukan pemilihan masih samar-samar.

"Kalau tidak dijelaskan khawatirnya nanti justru menghambat proses pemilihan," katanya.

Sedangkan warga lainnya, Siti, yang juga warga Girikerto, Turi mengatakan dengan sistem e-voting akan menjadi pengalaman pertama baginya bersentuhan dengan teknologi komputer.

"Berharap ada sosialisasi secara langsung dari pemerintah desa kepada warga, tidak sebatas teori namun warga diberi kesempatan praktik secara langsung layaknya pemilu sungguhan," katanya.

Baca juga: Polresta Tangerang terjunkan 3.000 petugas amankan pilkades
Baca juga: Pembentukan panitia pilkades di Kudus ditargetkan selesai September
Baca juga: Warga Hambalang Bogor protes pelaksanaan Pilkades