Jakarta (ANTARA) - CEO Qualcomm Steve Mollenkopf mengatakan perusahaan chipset tersebut mengirim komponen ke Huawei, yang tidak masuk dalam larangan perang dagang AS-China.

Diberi label sebagai ancaman keamanan nasional untuk negara-negara bagian di AS, Huawei masuk dalam daftar entitas Departemen Perdagangan AS pada pertengahan Mei. Akibatnya, perusahaan asal China tersebut tidak dapat mengakses rantai pasokannya di AS.

Pada Mei, AS mengumumkan periode 90 hari di mana beberapa pemasok Huawei menerima lisensi khusus dari Departemen Perdagangan AS yang memungkinkan mereka untuk mengirim komponen dan perangkat lunak.

Hal lain yang diizinkan adalah kontrak "yang diperlukan untuk menyediakan layanan dan dukungan, termasuk pembaruan atau patch perangkat lunak untuk handset Huawei."

Ketika periode 90 hari pertama berakhir, periode 90 hari kedua dimulai dengan 130 perusahaan AS meminta lisensi khusus.

Baca juga: Huawei Mate 30 bakal masuk Indonesia tanpa layanan Google

Mollenkopf mengatakan bahwa Qualcomm ingin mencapai kesepakatan jangka panjang dengan Huawei, namun hal itu jelas akan tergantung pada Presiden AS Donald Trump.

Huawei dianggap ancaman untuk keamanan nasional AS yang seolah-olah menjadi alasan penempatannya di daftar entitas. Muncul rumor bahwa Huawei memiliki "backdoors" yang dapat mengirim informasi tentang konsumen dan perusahaan AS kepada pemerintah China.

Huawei telah membantah rumor tersebut berkali-kali, dan CEO Huawei Liang Hua bersedia menandatangani kontrak "no-spy" dengan negara mana pun.

Meskipun tidak diketahui secara pasti komponen apa yang saat ini dikirimkan Qualcomm ke Huawei, Huawei telah menggunakan chipset Snapdragon untuk beberapa model ponsel non-peremium miliknya.

Huawei mendesain chip miliknya sendiri, Kirin, yang diproduksi oleh TSMC.

Selain Qualcomm, beberapa perusahaan AS yang harus memutuskan hubungan dengan Huawei, termasuk Google, membuat ponsel premium terbaru Huawei, Mate 30 tidak dapat menggunakan layanan Google Play.

Itu berarti bahwa ponsel tersebut tidak akan memiliki aplikasi inti Google, termasuk Play Store, Youtube, Gmail dan Maps. Namun, untuk mengatasi hal itu, Huawei telah memiliki Huawei Mobile Service yang berjalan pada versi open source Android, demikian dikutip dari Phone Arena.

Baca juga: Qualcomm pasang 5G di chipset Snapdragon kelas menengah