Oleh Rini Utami Jakarta (ANTARA News) - Tinggi anggrek itu sekitar satu meter, mahkotanya asimetris dengan bagian bawah membentuk tabung kuning coklat berpadu dengan warna hijau pada permukaannya. Namanya anggrek phaius tankervilliae, yang selama ini mejadi salah satu bunga andalan dari sekian banyak ragam bunga yang ada di kota Tomohon, Sulawesi Utara. Anggrek tanah itu merupakan kebanggaan warga Tomohon, dan pada Festival Bunga Tomohon yang berakhir 6 Juli, Ibu Mufidah Jusuf Kalla (istri M. Jusuf Kalla) tak keberatan namanya dipakai pada bunga tersebut. Jadilah bunga itu bernama Mufidah Phaius Kalla. Sebelumnya, Mufidah Kalla, yang gemar mengoleksi anggrek berbagai jenis, didaulat membuka Festival Bunga Tomohon sebagai bagian dari Turnamen Bunga 2008 Tomohon. "Saya berharap festival bunga Tomohon ini dapat dilaksanakan setiap tahun guna menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara," katanya. Dibandingkan dengan festival beberapa tahun silam, Festival Bunga Tomohon 2008 diklaim sebagai kegiatan yang paling besar dan semarak dengan menampilkan parade kendaraan hias yang menghabiskan sekitar 14 juta kuntum bunga dari kota Tomohon, di kaki Gunung Lokon. Pawai kendaraan hias dari 46 kota di Indonesia itu mengadopsi parade bunga mawar di Pasadena (Pasadena of Roses), Amerika Serikat (AS). Hanya saja, perhelatan di Pasadena hanya menampilkan satu jenis bunga, yakni mawar, di Tomohon kendaraan di hias dengan beragam bunga, seperti aster, mawar, anggrek, gladiol, krisan, anyelir, rosida, lili, aglonema, adenium, dan anthurium. "Saya sangat terkesan dengan antusias masyarakat dan ini peristiwa pariwisata yang sangat menarik. Masyarakat agar tetap menjaga citra Kota Tomohon sebagai Kota Bunga," kata Mufidah Kalla. Dalam pawai yang digelar di jalan sepanjang 6,55 kilometer itu, masing-masing kendaraan menampilkan ciri khas dan potensi setiap kabupaten/kota peserta. Banjarmasin, misalnya, menampilkan hendaraan hias bunga berbentuk burung elang, Kota Padang menampilkan rumah gadang dan jam gadang, Yogyakarta menampilkan kendaraan hias bebentuk candi dan patung Budha, Jambi menampilkan kendaraan hias berbentuk angsa, Bandarlampung menampilkan bentuk gajah. Selama parade, diperkirakan sebanyak 20 ribu pengunjung memadati kedua sisi jalan yang dilewati kendaraan hias, beberapa wisatawan memanfaatkan Tomohon Flower Festival ini untuk berfoto dengan latar belakang kendaraan hias. Tomohon merupakan kota kecil di kaki Gunung Lokon, Sulut, dengan luas wilayahnya hanya sekitar 147 kilometer persegi. Wali Kota Tomohon, Jefferson S.M. Rumaja, adalah perintis agar kotanya menjadi lebih bergengsi dan terkenal melalui bunga. Jefferson dan jajaran pejabatnya berkomitmen menjadikan bunga bukan saja sebagai tradisi, cinta, dan hobi warga, melainkan bunga sebagai inti penggerak ekonomi masyarakat. Ia ingin menjadikan Kota Tomohon sebagai pusat pengembangan industri florikultura yang berdaya saing dan berbasis ekspor menuju masyarakat sejahtera pada 2012. "Bunga diproyeksikan sebagai sektor unggulan yang mampu menjadi armada devisa bagi Kota Tomohon. Kami terus bekerja keras, cerdas, semangat, dan dalam kebersamaan yang tinggi sesuai cetak biru " Pengembangan Industri Florikultura Kota Tomohon," katanya. Menurut dia, suhu Kota Tomohon yang sejuk sangat mendukung tumbuhnya berbagai jenis bunga. Di kota itu luas tanaman hias aster mencapai 19,2 hektare dan anggrek 0,05 hektare. Dari 114 ha luas Tomohon, seluas 900 ha ditanami bunga. Pertumbuhan ekonomi Kota Tomohon dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada 2005 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar Rp 466 miliar, tahun 2006 menjadi Rp 733 miliar. Tahun 2005 pertumbuhan ekonomi kota ini naik 4,3 persen, tahun 2006 naik 6,1 persen dan tahun 2007 naik 6,8 persen. "Melalui bunga, daya beli masyarakat akan bertumbuh dan mampu menghadapi gejolak ekonomi dunia yang tidak menentu, karena dalam satu hektare tanaman bunga setiap tahun dapat menghasilkan Rp300 juta," tuturnya. Wilayah Tomohon yang berada pada ketinggian 800-1.200 meter dari permukaan laut merupakan anugerah bagi warganya, karena di ketinggian itu berbagai tanaman sayur dan bunga dapat tumbuh serta berkembang dengan baik. Belum lagi label sebagai kota teraman, jauh dari hiruk pikuk konflik vertikal dan horisontal, memudahkan Tomohon berkembang menjadi kota bunga kebanggaan Indonesia di masa datang, yang mampu meraup devisa lumayan besar. Demi ambisisnya mewujudkan Tomohon sebagai kota bunga bertaraf internasional, beberapa program strategis telah dilaksanakan seperti perluasan area dari 50 ha menjadi 64,43 ha dalam satu tahun. Peningkatan produksi bunga potong menjadi 5.041.588 tangkai pada 2005, atau naik 250 persen dibanding 2004, dan penguatan kelembagaan usaha. Bahkan, kata Jefferson, telah terbentuk 129 kelompok tani tanaman hias dan 35 koperasi bunga di 35 desa/kelurahan. "Namun, kami masih memerlukan promosi baik di pusat maupun daerah. Secara global, peluang untuk menjadi pengekspor bunga sangat tinggi. Kebutuhan dunia untuk bunga 9 miliar dolar AS untuk 2008," katanya. Dari keadaan seperti itu, Indonesia menempati posisi ke-51 dengan nilai perdagangan hanya 3,5 juta dolar AS. Nilai itu, menurut Jefferson, terbilang sangat kecil untuk negara seperti Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang sangat besar. Oleh karena itu, pada 2012 Jefferson dan jajarannya didukung masyarakat Tomohon menargetkan menjual bunga ke Singapura dan Jepang. Saat ini, Tomohon baru memenuhi kebutuhan bunga di kawasan Sulut dan kota-kota lain di Sulawesi. Pada 2007 produksi Tomohon sebanyak 10 juta tangkai per tahun. Dalam mencapai rencana besarnya, Pemkot Tomohon bekerja sama dengan Asosiasi Bunga Indonesia(Asbindo). Ibu Mufidah Kalla mengatakan, Festival Bunga Tomohon diharapkan benar-benar dapat dikelola semakin baik ke depan hingga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang dapat diandalkan, memberikan dampak nyata bagi pertumbuhan ekonomi daerah setempat. "Dengan pengelolaaan yang baik, tentu kegiatan ini dapat makin mengangkat kota Tomohon ke tingkat internasional, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya," ujarnya. Dengan begitu, katanya, cita-cita menjadikan Tomohon sebagai kota bunga sekaligus pengekspor bunga terbesar di Indonesia pada 2012 dapat terwujud. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan Festival Bunga Tomohon sebagai salah satu agenda utama dalam kegiatan promosi pariwisata negeri ini. Menteri Budpar Jero Wacik mengatakan, Festival Bunga Tomohon bahkan menjadi agenda dalam Tahun Kunjungan Wisata Indonesia 2008, karena kegiatan itu sangat potensial sebagai atraksi wisata Sulut khususnya, Indonesia umumnya untuk menarik wisatawan. "Jika seluruh komponen negeri ini, termasuk di Tomohon mendukung program Tahun Kunjungan Wisata Indonesia 2008, maka target tujuh juta wisatawan mancanegara pada 2008, tidak sulit dicapai. Jadi, melalui bunga kita menarik wisatawan," katanya. Ketua Asosiasi Bunga Indonesia, Karen Sjarief Tambajong, mengatakan bahwa peluang merengkuh devisa melalui industri florikultura merupakan sebuah terobosan penting. Persoalannya, kata dia, secara nasional "political will" ataupun regulasi belum sepenuhnya berpihak pada upaya-upaya tersebut. Permasalahan utama dalam pemasaran produk florikultura, antara lain kurang terfokusnya pemilihan komoditas unggulan yang berorientasi pasar, kurangnya promosi yang berkesinambungan, belum adanya sistem informasi pasar, keterbatasan penyediaan pasokan dan rendahnya mutu produk, serta kebijakan yang kurang mendukung pengembangan pasar domestik dan ekspor. Menurut Karen, Kota Tomohon sudah selangkah lebih maju dari pemerintah pusat dengan adanya "Grand Strategy" Pengembangan Industri Florikultura Menuju Tomohon Kota Bunga, yang menghasilkan 120 program dan 222 kegiatan. "Juga, sudah disiapkan perangkat nonfisiknya, sedangkan perangkat fisiknya sedang diproses," katanya. Menurut Karen, warga Tomohon diharapkan konsisten dalam menjalankan industri ini karena nantinya kota itu akan menjadi proyek percontohan pengembangan industri tanaman hias nasional. "Mari terus bersemangat karena mimpi indah itu sedang dalam proses untuk diwujudkan menjadi kenyataan" kata Karen, yang merupakan turut menyusun "grand strategy" Kota Tomohon. (*)