23 orang meninggal dan ratusan luka-luka terdampak gempa Ambon
27 September 2019 09:12 WIB
Gubernur Maluku, Murad Ismail (kanan) berdialog dengan salah seorang anggota keluarga korban yang sedang menjalani perawatan di RSUD dr. Haulussy, Kudamati, Ambon, Kamis (26/9/2019) malam. ANTARA/Jimmy Ayal/aa.
Ambon (ANTARA) - Gubernur Maluku Murad ismail menyatakan sebanyak 23 orang warga dari tiga kabupaten di Maluku meninggal dunia akibat terdampak gempa tektonik berkekuatan magnitudo 6,8 yang mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah serta Seram Bagian Barat (SBB) pada Kamis (26/9) pukul 08.46 WIT.
"Data yang saya terima dari Kepala BPBD Maluku, Farida Salampessy, sebanyak 23 orang warga meninggal dan seratusan warga lain menderita luka-luka," kata Gubernur, di Ambon, Jumat.
Gubernur mengatakan fokus saat ini para korban yang menderita luka-luka segera mendapatkan perawatan medis secara optimal di sejumlah rumah sakit di Kota Ambon maupun kabupaten lain, agar dapat segera pulih dan sembuh.
"Saya memastikan semua korban luka mendapatkan perawatan maksimal oleh para dokter dan perawat, sehingga segera pulih dan sembuh," katanya.
Gubernur juga menyatakan seluruh biaya perawatan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah provinsi Maluku, sehingga para korban dan keluarganya tidak perlu merasa khawatir.
"Seluruh biayanya menjadi tanggung jawab pemprov. Jika ada dokter maupun tenaga medis yang minta pembayaran segera laporkan dan saya akan mengambil tindakan tegas," katanya.
Ia mengatakan banyak korban luka dikarenakan masyarakat panik dan takut saat terjadi bencana, dan berhamburan keluar rumah tanpa memikirkan keselamatan, sehingga banyak yang tertimpa reruntuhan rumah dan bangunan.
karena itu, mantan Kakor Brimob Polri tersebut juga mengimbau warga untuk tidak panik dan takut serta berupaya melindungi diri dan keluarga agar tidak menjadi korban bencana alam tersebut.
"Bencana ini tidak bisa diprediksi. Guncangan juga masih dirasakan hingga pagi ini. Terpenting masyarakat tidak panik dan takut agar bisa berpikir jernih untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana," katanya.
Sedangkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku, Farida Salampessy membenarkan 23 orang meninggal paskagempa tektonik yang sebelumnya disebutkan bermagnitudonya 6,8 tetapi kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi 6,5.
Para korban meninggal sebagian besar karena tertimpa reruntuhan bangunan rumah dan fasilitas umum lainnya, di mana terbanyak di kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, kabupaten Maluku Tengah serta enam orang di Kota Ambon dan tiga lainnya di kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
Farida juga memastikan lebih dari 100-an warga Desa Liang, kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, kabupaten Maluku tengah mengalami luka-luka berat, sedang maupun ringan, sedangkan di kota Ambon enam orang dan Desa Waesama kabupaten SBB satu orang luka telah mendapatkan perawatan medis.
"Data yang saya terima dari Kepala BPBD Maluku, Farida Salampessy, sebanyak 23 orang warga meninggal dan seratusan warga lain menderita luka-luka," kata Gubernur, di Ambon, Jumat.
Gubernur mengatakan fokus saat ini para korban yang menderita luka-luka segera mendapatkan perawatan medis secara optimal di sejumlah rumah sakit di Kota Ambon maupun kabupaten lain, agar dapat segera pulih dan sembuh.
"Saya memastikan semua korban luka mendapatkan perawatan maksimal oleh para dokter dan perawat, sehingga segera pulih dan sembuh," katanya.
Gubernur juga menyatakan seluruh biaya perawatan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah provinsi Maluku, sehingga para korban dan keluarganya tidak perlu merasa khawatir.
"Seluruh biayanya menjadi tanggung jawab pemprov. Jika ada dokter maupun tenaga medis yang minta pembayaran segera laporkan dan saya akan mengambil tindakan tegas," katanya.
Ia mengatakan banyak korban luka dikarenakan masyarakat panik dan takut saat terjadi bencana, dan berhamburan keluar rumah tanpa memikirkan keselamatan, sehingga banyak yang tertimpa reruntuhan rumah dan bangunan.
karena itu, mantan Kakor Brimob Polri tersebut juga mengimbau warga untuk tidak panik dan takut serta berupaya melindungi diri dan keluarga agar tidak menjadi korban bencana alam tersebut.
"Bencana ini tidak bisa diprediksi. Guncangan juga masih dirasakan hingga pagi ini. Terpenting masyarakat tidak panik dan takut agar bisa berpikir jernih untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana," katanya.
Sedangkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku, Farida Salampessy membenarkan 23 orang meninggal paskagempa tektonik yang sebelumnya disebutkan bermagnitudonya 6,8 tetapi kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi 6,5.
Para korban meninggal sebagian besar karena tertimpa reruntuhan bangunan rumah dan fasilitas umum lainnya, di mana terbanyak di kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, kabupaten Maluku Tengah serta enam orang di Kota Ambon dan tiga lainnya di kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
Farida juga memastikan lebih dari 100-an warga Desa Liang, kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, kabupaten Maluku tengah mengalami luka-luka berat, sedang maupun ringan, sedangkan di kota Ambon enam orang dan Desa Waesama kabupaten SBB satu orang luka telah mendapatkan perawatan medis.
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: