Jakarta (ANTARA) - Peneliti senior dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan jika ingin Pancasila membumi maka bangsa ini memerlukan panutan yang dicerminkan oleh para tokoh nasional hingga daerah.

"Kita berharap munculnya teladan dari semua tokoh, pemuka agama, pemuka adat, elite nasional, elite regional, elite lokal dan seterusnya. Jadi bukan hanya seruan yang klise," kata Siti Zuhro di Jakarta, Rabu.

Kalau para tokoh bisa merefleksikan Pancasila maka ideologi seperti khilafah dan komunisme akan tertolak dengan sendirinya, kata Siti Zuhro.

Baca juga: Pengamat: Publik akan tetap resisten terhadap UU KPK yang baru

Baca juga: Civitas LIPI tolak Revisi UU KPK dan desak Presiden bersikap serupa

Baca juga: Pengamat: sebaiknya publik ikut sumbang kriteria menteri saja


"Tidaklah perlu kita menyebut-nyebut 'saya Pancasila, saya Indonesia', tetapi yang diperlukan adalah bagaimana kita sebagai warga negara Indonesia bisa menghayati, mengimplementasikan dan mengonkretkan Pancasila itu dalam kehidupan dan keseharian kita," ujarnya.

Menurut Siti Zuhro di tengah serbuan ideologi asing, ideologi Pancasila harus lebih diperkokoh karena tidak mungkin Indonesia dibangun tanpa Pancasila.

"Pancasila itu adalah karakter kita, nafas kita, roh kita, ideologi kita. Kalau itu ditinggalkan, kita akan membangun nilai-nilai baru yang tidak jelas sehingga masuklah infiltrasi ideologi lain yang seolah-olah akan menjadikan Indonesia lebih baik, baik itu khilafah maupun komunisme," ujarnya.

Menurut Siti Zuhro sangat penting ditanamkan kepada masyarakat terutama generasi muda rasa memiliki negara ini dengan segala nilainya, termasuk empat konsensus dasar, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Harus disampaikan bahwa tidak ada ideologi lain selain Pancasila untuk warga negara Indonesia. Tidak hanya oleh para pengajar, tetapi juga oleh para pengurus lembaga negara," ujar Siti Zuhro.

Pada saat bersamaan, menurut Siti Zuhro, penegakan hukum terhadap penyebar ideologi lain selain Pancasila harus dilakukan karena itu merongrong bangsa dan kedaulatan negara.

"Siapa pun itu, tanpa pandang bulu harus diberikan penalti setimpal. Karena sebenarnya itu sudah masuk kategori makar meskipun tidak harus pakai bala tentara dan persenjataan yang luar biasa," kata Siti Zuhro.