Balikpapan (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) menambah enam stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) program BBM Satu Harga untuk daerah tertinggal, terpencil, dan terluar (3T) di Pulau Kalimantan.

Tambahan itu menjadikan program BBM Satu Harga sudah mencapai 157 titik dari target 160 titik pada akhir 2019.

"Hari ini, kami resmikan enam unit SPBU BBM Satu Harga baru, dua di Kalimantan Barat, tiga di Kalimantan Tengah, dan satu lagi di Kalimantan Utara," kata Pejabat Sementara General Manager Marketing Operation Region (GM MOR) VI Pertamina Oloan Panjaitan di Balikpapan, Kaltim, Selasa.

SPBU 3T di Kalimantan Barat yaitu SPBU Kompak 66.794.001 di Seponti, Kabupaten Kayong Utara dan SPBU Kompak 66.788003 Manis Mata, Kabupaten Ketapang.

Di Kalimantan Tengah, ada SPBU Kompak 66.743003 Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur; SPBU Kompak 66.744004 Katingan Tengah, Kabupaten Katingan; dan SPBU Kompak 66.742002 Seruyan Tengah, Kabupaten Seruyan.

Satu lagi adalah SPBU Kompak 65.772002 Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Baca juga: Pertamina tambah SPBU BBM satu harga di NTB

SPBU atau lazim disebut pompa bensin program BBM Satu Harga menjual Premium dengan harga Rp6.450 per liter dan Solar Rp5.150 per liter atau sama dengan harga di pompa bensin lainnya.

"Semoga ini segera bisa memberi dampak positif ikutannya," harap Oloan.

Bagi masyarakat, dengan harga bahan bakar yang lebih murah tentu membuat daya beli bertambah, sehingga kesejahteraan pun meningkat.

"Sebelumnya, di tempat kami, satu liter Premium Rp10-11 ribu, Solar Rp8.000-8.500," cerita Agus Salim, pemilik SPBU Kompak di Seponti yang hadir saat peresmian SPBU-nya.

Harga lama itu dikenakan para pedagang perantara yang membawa BBM dari kabupaten di selatan, Ketapang, dengan perahu klotok, perahu bermesin diesel hingga lima jam lamanya untuk mencapai Seponti.

Atau, juga dipasok dari Kubu Raya di utara, bisa dengan klotok juga atau dengan mobil tangki hingga delapan jam perjalanan menempuh berbagai kualitas jalan sepanjang 190 km.

"Tiga puluh km di antaranya masih jalan tanah perkerasan, penuh lubang, hingga pengemudi harus jago bawa truknya meliuk-liuk ambil jalan yang bagus," tutur Agus.

Karena itu, katanya, tidak mengherankan sebenarnya bila harga BBM-nya jadi mahal karena ketiadaan infrastruktur yang memadai tersebut.

Namun, seperti terjadi selama ini, mahalnya BBM juga jadi satu penghambat pembangunan.

"Karena itulah Pertamina ditugaskan pemerintah menyamakan harga BBM ini di mana pun di Indonesia," kata Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman yang meresmikan keenam SPBU tersebut.

Baca juga: Pertamina MOR I sudah operasikan 24 lembaga penyalur BBM Satu Harga
Baca juga: Sulteng miliki tujuh SPBU kompak BBM satu harga


Pada 2017, telah dibangun 57 penyalur BBM Satu Harga, dengan 54 penyalur oleh PT Pertamina dan tiga penyalur PT AKR.

Lalu, tahun 2018, telah dibangun 74 penyalur dengan 68 penyalur oleh Pertamina dan 6 penyalur AKR.

Untuk tahun 2019, dibangun 39 penyalur, 38 oleh Pertamina dan 1 oleh AKR.

Pertamina MOR VI Kalimantan bertugas mendirikan BBM Satu Harga di 35 titik, dengan 8 di antaranya pada 2019.

"Satu SPBU dalam waktu dekat akan beroperasi, yaitu di Delang, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah," kata Humas Pertamina Kalimantan Heppy Wulansari.

Dirincikan Heppy, SPBU BBM Satu Harga di Kalimantan yaitu 6 titik di Kalimantan Timur, 8 titik di Kalimantan Utara, 2 titik di Kalimantan Selatan, 10 titik di Kalimantan Tengah, dan 9 titik di Kalimantan Barat.

Adapun 3 titik tersisa dari target 160 pada 2019 ada di Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Tengah.

“Merealisasikan penugasan ini membutuhkan perjuangan karena kondisi geografis ke tempat tujuan sangat menantang. Kemudian, upaya tim Pertamina melakukan survei transportasi BBM setelah titik ditetapkan, menggandeng investor lokal untuk bersedia menjadi mitra, pembangunan infrastruktur, hingga lembaga penyalur berupa SPBU siap beroperasi juga menjadi tantangan tersendiri," kata Heppy.

Baca juga: BBM satu harga di Mahulu resmi berlaku