Menurut Direktur Amerika II Kementerian Luar Negeri RI Darianto Harsono, target tersebut cukup realistis mengingat ini kali pertama Indonesia menggelar forum bisnis yang bertujuan meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia.
“Kita pasang nilai itu sebagai target realistis berdasarkan proses business matching yang sudah dilakukan dalam beberapa bulan terakhir, tetapi tentunya kita mengharap (nilai kesepakatan bisnis) lebih banyak,” kata Darianto dalam temu media penyelenggaraan INA-LAC 2019 di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Indonesia selenggarakan forum bisnis dengan Amerika Latin, Karibia
Melalui forum yang akan dilaksanakan di Serpong, Banten, pada 14-15 Oktober 2019 itu, Indonesia berharap bisa memperluas pasar non-tradisional di Amerika Latin dan Karibia yang nilai perdagangan dan investasinya terbilang kecil.
Total perdagangan Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia baru senilai 7,6 miliar dolar AS, atau 0,37 persen dari total perdagangan kawasan tersebut dengan dunia.
Sama halnya dengan perdagangan, volume investasi negara-negara Amerika Latin dan Karibia ke Indonesia pun terbilang kecil, hanya sekitar 2,8 juta dolar AS selama semester pertama 2019. Jumlah tersebut hanya mencakup 0,02 persen dari total investasi asing ke Indonesia sebesar 14,2 miliar dolar AS.
Minimnya informasi mengenai potensi pasar di Amerika Latin dan Karibia, menurut Darianto, menjadi kendala utama bagi Indonesia untuk mengembangkan kerja sama ekonomi dengan kawasan tersebut.
Baca juga: Forum bisnis Indonesia-Rusia tingkatkan investasi kedua negara
Selain itu, jarak yang jauh menjadi tantangan lain yang mengakibatkan para pelaku usaha Indonesia lebih tertarik menggarap pasar di Asia, Eropa, dan mulai ke Afrika--yang secara geografis lebih dekat daripada Amerika Latin.
Padahal, Darianto melanjutkan, Indonesia memiliki daya tawar yang cukup kuat di mata negara-negara Amerika Latin dan Karibia mengingat jumlah penduduknya yang besar dan perkembangan ekonomi yang positif dalam beberapa tahun terakhir.
“Mereka (Amerika Latin dan Karibia) melihat kita bisa menjadi hub untuk masuk ke pasar ASEAN. Itu yang ingin kita kejar, makanya kita berupaya untuk lebih agresif sekarang,” kata Darianto.
Baca juga: Indonesia-Brazil pimpin pertemuan ASEAN-Mercosur
INA-LAC 2019 merupakan langkah awal Indonesia untuk memperkuat diplomasi ekonomi di Amerika Latin dan Karibia melalui penciptaan kesepakatan bisnis dan infrastruktur perdagangan seperti perjanjian bilateral.
Sejauh ini, Indonesia hanya memiliki perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) dengan satu negara Amerika Latin, yakni dengan Chile.
Melalui IC-CEPA yang mulai berlaku pada 10 Agustus 2019 ini, sebanyak 80,3 persen pos tarif Chile dan 86,1 persen pos tarif Indonesia dihapus.
Baca juga: Indonesia ingin jadikan Chile sebagai "hub" di Amerika Selatan
Saat ini, Indonesia sedang menjajaki negosiasi CEPA dengan Peru, negosiasi preferential trade agreement (PTA) dengan Ekuador, serta CEPA dengan blok perdagangan Mercosur yang beranggotakan Brazil, Argentina, Paraguay, dan Uruguay.
Duta Besar Brazil untuk Indonesia Ruben Antonio Correa Barbosa menyambut baik inisiatif Indonesia untuk memulai negosiasi CEPA dengan Mercosur.
“Agustus lalu Indonesia menyampaikan ketertarikan untuk menjajaki dimulainya proses negosiasi, dan saat ini kami sedang bersama mengkaji kemungkinan itu. Kita akan lihat apakah November mendatang bisa dimulai negosiasinya,” kata Ruben.
Baca juga: Indonesia tingkatkan kerja sama dengan Argentina dan Mercosur