ADB sebut belanja "online" bakal topang pertumbuhan ekonomi tahun 2020
25 September 2019 16:07 WIB
Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein saat ditemui di Jakarta, Rabu (25/9/2019). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah)
Jakarta (ANTARA) - Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia perwakilan Indonesia menyebutkan populasi dari para generasi muda yang terus bertambah akan meningkatkan penggunaan belanja online, sehingga menjadi salah satu faktor penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020.
“Sektor jasa diperkirakan akan menjaga pertumbuhan tetap tinggi karena terdorong oleh populasi kaum muda yang banyak, sehingga meningkatkan penggunaan jasa online,” kata Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut dikemukakan terkait ADB yang menurunkan proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 yaitu dari perkiraan pada April lalu sebesar 5,2 persen menjadi 5,1 persen.
“Laju pertumbuhan tahun ini sedikit lebih lambat, disebabkan oleh penurunan ekspor dan melemahnya investasi domestik,” ujar Winfried.
Baca juga: Ini terobosan baru Kemenperin untuk tarik investasi bidang industri
Menurutnya, pertumbuhan akan kembali membaik pada 2020 yaitu sekitar 5,2 persen yang sebagian besar masih akan disumbang oleh konsumsi yakni salah satunya dengan peningkatan belanja online tersebut.
Ia mengatakan konsumsi domestik yang kuat akan membuat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik dengan didorong oleh naiknya pendapatan rumah tangga, lapangan kerja, dan inflasi yang rendah.
Winfriend pun memperkirakan inflasi akan tetap stabil yaitu sebesar 3,2 persen untuk 2019 dan 3,3 persen pada 2020 sehingga dapat membantu mempertahankan momentum belanja swasta. “Inflasi inti mungkin akan tetap terjaga dan harga pangan juga tidak berubah,” ujarnya.
Meskipun terjadi perlemahan pertumbuhan di antara mitra perdagangan sehingga berhasil mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia, namun defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap terkendali yakni sebesar 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2019.
“Tapi investasi dan pertumbuhan ekonomi yang mulai melaju mungkin akan menyebabkan defisit pada transaksi berjalan yang melebar hingga 2,9 persen PDB pada 2020 mendatang,” katanya.
Winfried melanjutkan, sektor industri khususnya konstruksi turut memiliki peluang untuk diuntungkan oleh adanya pembangunan properti di perkotaan.
Selain itu, komitmen pemerintah untuk mengadopsi teknologi baru juga akan meningkatkan kemampuan manufaktur dan membawa peningkatan daya saing dalam jangka menengah.
Baca juga: ADB: Konsumsi domestik topang pertumbuhan ekonomi pada 2019 dan 2020
“Sektor jasa diperkirakan akan menjaga pertumbuhan tetap tinggi karena terdorong oleh populasi kaum muda yang banyak, sehingga meningkatkan penggunaan jasa online,” kata Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut dikemukakan terkait ADB yang menurunkan proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 yaitu dari perkiraan pada April lalu sebesar 5,2 persen menjadi 5,1 persen.
“Laju pertumbuhan tahun ini sedikit lebih lambat, disebabkan oleh penurunan ekspor dan melemahnya investasi domestik,” ujar Winfried.
Baca juga: Ini terobosan baru Kemenperin untuk tarik investasi bidang industri
Menurutnya, pertumbuhan akan kembali membaik pada 2020 yaitu sekitar 5,2 persen yang sebagian besar masih akan disumbang oleh konsumsi yakni salah satunya dengan peningkatan belanja online tersebut.
Ia mengatakan konsumsi domestik yang kuat akan membuat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik dengan didorong oleh naiknya pendapatan rumah tangga, lapangan kerja, dan inflasi yang rendah.
Winfriend pun memperkirakan inflasi akan tetap stabil yaitu sebesar 3,2 persen untuk 2019 dan 3,3 persen pada 2020 sehingga dapat membantu mempertahankan momentum belanja swasta. “Inflasi inti mungkin akan tetap terjaga dan harga pangan juga tidak berubah,” ujarnya.
Meskipun terjadi perlemahan pertumbuhan di antara mitra perdagangan sehingga berhasil mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia, namun defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap terkendali yakni sebesar 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2019.
“Tapi investasi dan pertumbuhan ekonomi yang mulai melaju mungkin akan menyebabkan defisit pada transaksi berjalan yang melebar hingga 2,9 persen PDB pada 2020 mendatang,” katanya.
Winfried melanjutkan, sektor industri khususnya konstruksi turut memiliki peluang untuk diuntungkan oleh adanya pembangunan properti di perkotaan.
Selain itu, komitmen pemerintah untuk mengadopsi teknologi baru juga akan meningkatkan kemampuan manufaktur dan membawa peningkatan daya saing dalam jangka menengah.
Baca juga: ADB: Konsumsi domestik topang pertumbuhan ekonomi pada 2019 dan 2020
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: