ADB: Konsumsi domestik topang pertumbuhan ekonomi pada 2019 dan 2020
25 September 2019 13:25 WIB
Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein di Jakarta, Rabu (25/9/2019). ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah.
Jakarta (ANTARA) - Asia Developmen Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia Perwakilan Indonesia menyatakan bahwa konsumsi domestik yang kuat akan mempertahankan laju pertumbuhan perekonomian Indonesia pada 2019 dan 2020.
“Konsumsi yang kuat akan membuat Indonesia mampu meneruskan pertumbuhan ekonominya pada tahun ini dan tahun depan,” kata Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Menurut Winfried, belanja konsumen diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan yang kuat dengan ditopang oleh naiknya pendapatan rumah tangga, lapangan kerja, dan inflasi yang rendah.
Ia memperkirakan inflasi akan tetap stabil sebesar 3,2 persen untuk 2019 dan 3,3 persen pada 2020, sehingga dapat membantu mempertahankan momentum belanja swasta.
“Inflasi inti mungkin akan tetap terjaga dan harga pangan juga tidak berubah,” ujar Winfried.
Ia melanjutkan meskipun terjadi perlemahan pertumbuhan di antara mitra perdagangan sehingga berhasil mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia, namun defisit transaksi berjalan diperkirakan terkendali yakni sebesar 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2019.
“Tapi investasi dan pertumbuhan ekonomi yang mulai melaju mungkin akan menyebabkan defisit pada transaksi berjalan yang melebar hingga 2,9 persen PDB pada 2020 mendatang,” katanya.
Di sisi lain, investasi tersebut memiliki kemungkinan untuk terus menguat sampai menjelang akhir 2019 sebab adanya kemajuan pembangunan proyek-proyek strategis nasional dalam rangka meningkatkan jaringan infrastruktur.
Selain itu, pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia baru-baru ini yang menjadi 5,25 persen juga berpeluang memberikan suntikan tenaga bagi pertumbuhan kredit sehingga investasi swasta akan terus membaik.
“Hal itu seiring dengan ekspektasi dari berbagai kebijakan reformasi baru untuk meningkatkan iklim usaha dan mempercepat modernisasi perekonomian,” kata Winfried.
Meski demikian, ia menuturkan secara keseluruhan fundamental perekonomian Indonesia masih solid dibuktikan dengan posisi fiskal yang dikelola dengan baik, harga-harga yang stabil, dan cadangan devisa pada posisi yang cukup aman.
“Namun tetap diperlukan investasi yang lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan, dengan fokus pada daya saing dan pengembangan sumber daya manusia,” ujar Winfried.
Ia pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2019 masih sebesar 5,1 persen yang turun dibandingkan 2018 yakni 5,2 persen. Namun dengan adanya penunjang dari konsumsi domestik yang kuat tersebut, Winfried memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2020 akan naik lagi sebesar 5,2 persen.
Baca juga: Indonesia ajak investor "first class" Korsel masuk Tanah Air
Baca juga: Begini strategi Sumatera Selatan tingkatkan ekspor dan investasi
“Konsumsi yang kuat akan membuat Indonesia mampu meneruskan pertumbuhan ekonominya pada tahun ini dan tahun depan,” kata Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Menurut Winfried, belanja konsumen diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan yang kuat dengan ditopang oleh naiknya pendapatan rumah tangga, lapangan kerja, dan inflasi yang rendah.
Ia memperkirakan inflasi akan tetap stabil sebesar 3,2 persen untuk 2019 dan 3,3 persen pada 2020, sehingga dapat membantu mempertahankan momentum belanja swasta.
“Inflasi inti mungkin akan tetap terjaga dan harga pangan juga tidak berubah,” ujar Winfried.
Ia melanjutkan meskipun terjadi perlemahan pertumbuhan di antara mitra perdagangan sehingga berhasil mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia, namun defisit transaksi berjalan diperkirakan terkendali yakni sebesar 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2019.
“Tapi investasi dan pertumbuhan ekonomi yang mulai melaju mungkin akan menyebabkan defisit pada transaksi berjalan yang melebar hingga 2,9 persen PDB pada 2020 mendatang,” katanya.
Di sisi lain, investasi tersebut memiliki kemungkinan untuk terus menguat sampai menjelang akhir 2019 sebab adanya kemajuan pembangunan proyek-proyek strategis nasional dalam rangka meningkatkan jaringan infrastruktur.
Selain itu, pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia baru-baru ini yang menjadi 5,25 persen juga berpeluang memberikan suntikan tenaga bagi pertumbuhan kredit sehingga investasi swasta akan terus membaik.
“Hal itu seiring dengan ekspektasi dari berbagai kebijakan reformasi baru untuk meningkatkan iklim usaha dan mempercepat modernisasi perekonomian,” kata Winfried.
Meski demikian, ia menuturkan secara keseluruhan fundamental perekonomian Indonesia masih solid dibuktikan dengan posisi fiskal yang dikelola dengan baik, harga-harga yang stabil, dan cadangan devisa pada posisi yang cukup aman.
“Namun tetap diperlukan investasi yang lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan, dengan fokus pada daya saing dan pengembangan sumber daya manusia,” ujar Winfried.
Ia pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2019 masih sebesar 5,1 persen yang turun dibandingkan 2018 yakni 5,2 persen. Namun dengan adanya penunjang dari konsumsi domestik yang kuat tersebut, Winfried memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2020 akan naik lagi sebesar 5,2 persen.
Baca juga: Indonesia ajak investor "first class" Korsel masuk Tanah Air
Baca juga: Begini strategi Sumatera Selatan tingkatkan ekspor dan investasi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: