Di Tanjung Selor hujan turun sekitar pukul 06.00 Wita, Rabu, dan mulai membasahi tanah kerontang.
Hujan baru reda sekitar 08.00 Wita sehingga diperkirakan mampu memadamkan api dan mendinginkan beberapa lokasi yang sebelumnya masih membara.
Baca juga: Langit Kaltara kembali biru setelah hujan bersihkan asap karhutla
Baca juga: Kebakaran hutan, "bencana terjadwal" yang seharusnya tak terjadi
Erwin, salah seorang warga Bulungan mengaku bersyukur karena mendapat kabar hujan turun, dari kerabatnya di Tanah Kuning. Kondisi di sana cukup lama menderita karena kekeringan.
Kemarau panjang juga menyebabkan Karhutla dan kabut asap.
Yamin, salah seorang warga Tanah Kuning menyatakan mereka sangat bersyukur atas jawaban doa mereka.
Tanah Kuning --sebuah kawasan pantai -- dan Desa Apung adalah dua daerah terparah terkena Karhutla.
Hampir setiap hari terjadi Karhutla. Sebagian kawasan terbakar adalah konsesi perusahaan, dan 100 hektare milik warga.
Baca juga: Tim gabungan masih berjuang padamkan karhutla di Bulungan
Baca juga: 69 titik panas di Kaltara, 12 lokasi berpotensi terjadi kebakaran
Beberapa lokasi bekas terbakar milik perusahaan telah dipasang police line (garis polisi) Polda Kaltara.
Sebelumnya, awal pekan ini digelar Shalat Istisqa (salat minta hujan), antara lain di Lapangan A. Yani Tanjung Selor, di Lapangan Tanah Kuning, di Lapangan Desa Kuning Putih Tanjung Palas dan Salimbatu.
Dilaporkan di Tanjung Selor, Senin, bahwa Shalat Istisqa juga dilakukan serentak sekitar 08.00 Wita diantaranya di lapangan sepak bola Desa Gunung Putih, Tanah Kuning dan Salim Batu.
Sekitar dua pekan lalu, kabut asap di Kaltara cukup parah sehingga sempat semua penerbangan dibatalkan dari Samarinda dan Balikpapan.
Termasuk penerbangan membawa kloter jamaah hari terakhir, sehingga harus menggunakan transportasi darat sekitar 20 jam dari Balikpapan ke Tanjung Selor.*
Baca juga: BMKG: Kabut asap di Kaltara mulai berkurang
Baca juga: Kaltara korban asap kiriman dari karhutla 4 provinsi di Kalimantan