ADB sebut perang dagang suramkan prospek negara berkembang Asia
25 September 2019 09:19 WIB
Kantor pusat Bank Pembangunan Asia (ADB) di Manila, Filipina. ADB memperkirakan pertumbuhan negara-negara berkembang Asia akan melambat akibat perang dagang China-AS. HO/Dokumentasi ADB
Manila (ANTARA) - Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China menyuramkan prospek pertumbuhan negara-negara berkembang Asia, dengan wilayah tersebut diperkirakan tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya tahun ini dan berikutnya, kata Bank Pembangunan Asia (ADB) pada Rabu.
Negara-negara berkembang Asia, terdiri dari 45 negara di seluruh Asia dan Pasifik, kemungkinan akan tumbuh 5,4 persen tahun ini dan 5,5 persen tahun depan, turun dari perkiraan pertumbuhan 5,7 persen dan 5,6 persen pada Juli, kata ADB dalam pembaruan untuk laporan Prospek Pembangunan Asia (ADO).
Pertumbuhan di wilayah ini mencapai 5,9 persen pada 2018.
“Konflik perdagangan Republik Rakyat China – AS dapat berlanjut hingga tahun 2020, sementara ekonomi-ekonomi global utama mungkin kesulitan lebih dari yang kita perkirakan saat ini," ujar Yasuyuki Sawada, kepala ekonom ADB, dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: IMF ingatkan peningkatan risiko penurunan ekonomi Asia
Perselisihan antara dua ekonomi terbesar di dunia telah berlangsung selama lebih dari setahun, dengan keduanya menambahkan tarif senilai miliaran dolar untuk setiap barang lainnya. Pembicaraan tingkat tinggi antara keduanya dijadwalkan awal Oktober.
Ekonomi China mungkin akan tumbuh 6,2 persen tahun ini, kata ADB, lebih lemah dari proyeksi 6,3 persen pada Juli. Pertumbuhan di daratan China diproyeksikan akan mendingin lebih lanjut menjadi 6,0 persen pada 2020. China menargetkan pertumbuhan 6,0 persen hingga 6,5 persen pada 2019.
Seiring dengan melemahnya momentum perdagangan, pemberi pinjaman yang berbasis di Manila itu juga melihat penurunan investasi sebagai risiko utama terhadap prospek pertumbuhan kawasan.
Baca juga: ADB sebut pertumbuhan ekonomi Indonesia contoh baik di Asia Tenggara
Menurut sub-wilayah, Asia Selatan akan tetap tumbuh tercepat di Asia Pasifik, bahkan setelah ADB memangkas prospek 2019 menjadi 6,2 persen dari 6,6 persen, bank juga memangkas estimasi pertumbuhannya untuk India menjadi 6,5 persen dari 7,0 persen. ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan India sebesar 7,2 persen untuk tahun depan.
Asia Tenggara juga diperkirakan akan berakhir pada 2019 dengan catatan yang lebih lemah, dengan pertumbuhan cenderung melambat menjadi 4,5 persen dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 4,8 persen dan dari laju 5,1 persen tahun lalu. Pertumbuhan tahun depan terlihat meningkat hingga 4,7 persen, tetapi masih lebih rendah dari perkiraan ADB 4,9 persen pada Juli.
Negara-negara berkembang di Asia juga harus berurusan dengan harga-harga yang sedikit lebih tinggi karena kenaikan biaya makanan, kata ADB. Bank menaikkan perkiraan inflasi 2019 dan 2020 untuk wilayah ini menjadi 2,7 persen dari sebelumnya 2,6 persen.
Baca juga: ADB pertahankan perkiraan pertumbuhan Asia Tenggara 5,1 persen
Negara-negara berkembang Asia, terdiri dari 45 negara di seluruh Asia dan Pasifik, kemungkinan akan tumbuh 5,4 persen tahun ini dan 5,5 persen tahun depan, turun dari perkiraan pertumbuhan 5,7 persen dan 5,6 persen pada Juli, kata ADB dalam pembaruan untuk laporan Prospek Pembangunan Asia (ADO).
Pertumbuhan di wilayah ini mencapai 5,9 persen pada 2018.
“Konflik perdagangan Republik Rakyat China – AS dapat berlanjut hingga tahun 2020, sementara ekonomi-ekonomi global utama mungkin kesulitan lebih dari yang kita perkirakan saat ini," ujar Yasuyuki Sawada, kepala ekonom ADB, dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: IMF ingatkan peningkatan risiko penurunan ekonomi Asia
Perselisihan antara dua ekonomi terbesar di dunia telah berlangsung selama lebih dari setahun, dengan keduanya menambahkan tarif senilai miliaran dolar untuk setiap barang lainnya. Pembicaraan tingkat tinggi antara keduanya dijadwalkan awal Oktober.
Ekonomi China mungkin akan tumbuh 6,2 persen tahun ini, kata ADB, lebih lemah dari proyeksi 6,3 persen pada Juli. Pertumbuhan di daratan China diproyeksikan akan mendingin lebih lanjut menjadi 6,0 persen pada 2020. China menargetkan pertumbuhan 6,0 persen hingga 6,5 persen pada 2019.
Seiring dengan melemahnya momentum perdagangan, pemberi pinjaman yang berbasis di Manila itu juga melihat penurunan investasi sebagai risiko utama terhadap prospek pertumbuhan kawasan.
Baca juga: ADB sebut pertumbuhan ekonomi Indonesia contoh baik di Asia Tenggara
Menurut sub-wilayah, Asia Selatan akan tetap tumbuh tercepat di Asia Pasifik, bahkan setelah ADB memangkas prospek 2019 menjadi 6,2 persen dari 6,6 persen, bank juga memangkas estimasi pertumbuhannya untuk India menjadi 6,5 persen dari 7,0 persen. ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan India sebesar 7,2 persen untuk tahun depan.
Asia Tenggara juga diperkirakan akan berakhir pada 2019 dengan catatan yang lebih lemah, dengan pertumbuhan cenderung melambat menjadi 4,5 persen dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 4,8 persen dan dari laju 5,1 persen tahun lalu. Pertumbuhan tahun depan terlihat meningkat hingga 4,7 persen, tetapi masih lebih rendah dari perkiraan ADB 4,9 persen pada Juli.
Negara-negara berkembang di Asia juga harus berurusan dengan harga-harga yang sedikit lebih tinggi karena kenaikan biaya makanan, kata ADB. Bank menaikkan perkiraan inflasi 2019 dan 2020 untuk wilayah ini menjadi 2,7 persen dari sebelumnya 2,6 persen.
Baca juga: ADB pertahankan perkiraan pertumbuhan Asia Tenggara 5,1 persen
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: