74 cekungan sedimen menunggu eksplorasi
24 September 2019 16:57 WIB
Kepala Bidang Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM, Edy Slameto menyampaikan laporan potensi cekungan sedimen dalam ASEAN Marine Geoscience Conference di Qingdao Institute of Marine Geology, China Geological Survey, Republik Rakyat Tiongkok, pada 19 - 21 September 2019 . ANTARA/HO/Pusat Survei Geologi.
Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, dari sebanyak 128 cekungan sedimen di Indonesia masih terdapat 58 persen atau 74 yang menunggu untuk dieksplorasi.
Kepala Bidang Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM, Edy Slameto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa menyatakan Peta Cekungan Sedimen Indonesia telah diresmikan peluncurannya oleh Menteri ESDM pada tahun 2009.
Peta yang disusun oleh Badan Geologi ini terdiri dari 128 cekungan, di mana kegiatan eksplorasi dan produksi migas masih terkonsentrasi di sebagian kecil cekungan – cekungan tersebut.
Hingga saat ini, dari total 128 cekungan, baru sekitar 42 persen yang sudah dieksplorasi, dengan status 14 persen atau 18 cekungan sudah produksi, 9 persen atau 12 cekungan sudah dibor dan ditemukan minyak, serta 19 persen atau 24 cekungan sudah dibor tetapi tidak ditemukan minyak
"Masih ada 58 persen atau 74 cekungan sedimen lagi, sebagian besar di Kawasan Timur Indonesia, yang menunggu untuk ditemukan potensinya," katanya.
Baca juga: IPA: Baru 16 cekungan dimanfaatkan
Sejak penerbitan peta cekungan sedimen Indonesia, Pusat Survei Geologi Badan Geologi, memiliki tugas untuk mengisi informasi geologi dan geofisika di cekungan – cekungan yang masih kekurangan data maupun memerlukan pembaruan konsep eksplorasi.
Selain itu, pemilihan lokasi survei juga mempertimbangkan kecenderungan area yang diminati oleh industri.
Di Kawasan Timur Indonesia, kegiatan survei geologi dan geofisika (G&G) terutama ditujukan untuk memperoleh data – data baru di area – area yang belum terjamah kegiatan eksplorasi dan minim data (frontier basin).
Sedangkan di Kawasan Barat Indonesia, yang lebih banyak memiliki cekungan telah berproduksi, dilakukan survei untuk mencari potensi lain di luar konsep eksplorasi yang saat ini telah berjalan.
Data – data dari survei umum tersebut selanjutnya dilengkapi dengan data – data seismik dan sumur dari Pusdatin KESDM, dan digunakan sebagai bahan penyusunan Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Selama rentang waktu 2015 – 2018, penyusunan rekomendasi wilayah kerja minyak dan gas bumi telah dilakukan di 36 lokasi.
Baca juga: SKK Migas tawarkan 74 cekungan migas kepada investor
Hingga saat ini, dari total 36 area rekomendasi, sekitar 40 persen telah berkontribusi dan digunakan sebagai data pendukung bagi Wilayah Kerja Migas yang telah laku maupun sedang ditawarkan oleh pemerintah.
Sedangkan sisanya akan digunakan sebagai data pendukung bagi area – area terbuka yang akan dilakukan join study maupun sedang disusun sebagai wilayah kerja migas baru yang akan ditawarkan di masa yang akan datang.
"Adalah tugas pemerintah untuk menyediakan data dasar untuk menunjang kegiatan eksplorasi migas nasional serta dalam rangka mempercepat temuan cadangan migas baru," katanya.
Edy mengatakan potensi cekungan sedimen tersebut menjadi salah satu topik yang dibahas dalam ASEAN Marine Geoscience Conference pada 19 - 21 September 2019 di Qingdao Institute of Marine Geology, China Geological Survey, Republik Rakyat Tiongkok.
Badan Geologi Kementerian ESDM yang merupakan Permanent Representative CCOP (Coordinating Committee for Geoscience Programmes in East and Southeast Asia) diwakili Pusat Survei Geologi menyampaikan laporan status kegiatan survei hulu migas, khususnya yang menggunakan metoda akuisisi seismik 2D di laut yang sedang berjalan di Indonesia.
Workshop tersebut dihadiri seluruh perwakilan negara anggota CCOP yakni China, Myanmar, Korea Selatan, Indonesia, Thailand, Kamboja, Malaysia, Philipina,India dan Papua New Guinea.
Baca juga: Cekungan Sulawesi diduga simpan cadangan minyak
Kepala Bidang Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM, Edy Slameto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa menyatakan Peta Cekungan Sedimen Indonesia telah diresmikan peluncurannya oleh Menteri ESDM pada tahun 2009.
Peta yang disusun oleh Badan Geologi ini terdiri dari 128 cekungan, di mana kegiatan eksplorasi dan produksi migas masih terkonsentrasi di sebagian kecil cekungan – cekungan tersebut.
Hingga saat ini, dari total 128 cekungan, baru sekitar 42 persen yang sudah dieksplorasi, dengan status 14 persen atau 18 cekungan sudah produksi, 9 persen atau 12 cekungan sudah dibor dan ditemukan minyak, serta 19 persen atau 24 cekungan sudah dibor tetapi tidak ditemukan minyak
"Masih ada 58 persen atau 74 cekungan sedimen lagi, sebagian besar di Kawasan Timur Indonesia, yang menunggu untuk ditemukan potensinya," katanya.
Baca juga: IPA: Baru 16 cekungan dimanfaatkan
Sejak penerbitan peta cekungan sedimen Indonesia, Pusat Survei Geologi Badan Geologi, memiliki tugas untuk mengisi informasi geologi dan geofisika di cekungan – cekungan yang masih kekurangan data maupun memerlukan pembaruan konsep eksplorasi.
Selain itu, pemilihan lokasi survei juga mempertimbangkan kecenderungan area yang diminati oleh industri.
Di Kawasan Timur Indonesia, kegiatan survei geologi dan geofisika (G&G) terutama ditujukan untuk memperoleh data – data baru di area – area yang belum terjamah kegiatan eksplorasi dan minim data (frontier basin).
Sedangkan di Kawasan Barat Indonesia, yang lebih banyak memiliki cekungan telah berproduksi, dilakukan survei untuk mencari potensi lain di luar konsep eksplorasi yang saat ini telah berjalan.
Data – data dari survei umum tersebut selanjutnya dilengkapi dengan data – data seismik dan sumur dari Pusdatin KESDM, dan digunakan sebagai bahan penyusunan Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Selama rentang waktu 2015 – 2018, penyusunan rekomendasi wilayah kerja minyak dan gas bumi telah dilakukan di 36 lokasi.
Baca juga: SKK Migas tawarkan 74 cekungan migas kepada investor
Hingga saat ini, dari total 36 area rekomendasi, sekitar 40 persen telah berkontribusi dan digunakan sebagai data pendukung bagi Wilayah Kerja Migas yang telah laku maupun sedang ditawarkan oleh pemerintah.
Sedangkan sisanya akan digunakan sebagai data pendukung bagi area – area terbuka yang akan dilakukan join study maupun sedang disusun sebagai wilayah kerja migas baru yang akan ditawarkan di masa yang akan datang.
"Adalah tugas pemerintah untuk menyediakan data dasar untuk menunjang kegiatan eksplorasi migas nasional serta dalam rangka mempercepat temuan cadangan migas baru," katanya.
Edy mengatakan potensi cekungan sedimen tersebut menjadi salah satu topik yang dibahas dalam ASEAN Marine Geoscience Conference pada 19 - 21 September 2019 di Qingdao Institute of Marine Geology, China Geological Survey, Republik Rakyat Tiongkok.
Badan Geologi Kementerian ESDM yang merupakan Permanent Representative CCOP (Coordinating Committee for Geoscience Programmes in East and Southeast Asia) diwakili Pusat Survei Geologi menyampaikan laporan status kegiatan survei hulu migas, khususnya yang menggunakan metoda akuisisi seismik 2D di laut yang sedang berjalan di Indonesia.
Workshop tersebut dihadiri seluruh perwakilan negara anggota CCOP yakni China, Myanmar, Korea Selatan, Indonesia, Thailand, Kamboja, Malaysia, Philipina,India dan Papua New Guinea.
Baca juga: Cekungan Sulawesi diduga simpan cadangan minyak
Pewarta: Subagyo
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: