Pengamat sarankan PLN siapkan pembangkit "mobile" di Papua
24 September 2019 16:49 WIB
Warga mengungsi di Mapolres Jayawijaya saat terjadi aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019). ANTARA FOTO/Marius Wonyewun/aww.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat Energi Marwan Batubara menyarankan kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk menyiapkan pembangkit mobile jika ingin menjaga kelistrikan Papua.
"Kerusakan gedung PLN di Wamena, itu soal perangkat keras, sehingga kalaupun benar rusak pasti membutuhkan waktu yang lama untuk jaringan, saya rasa harusnya tidak perlu sampai ditarget untuk dirusak," kata Marwan Batubara kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Menurut Marwan yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (Iress), ia belum mengetahui secara pasti seberapa kerusakan yang timbul akibat perusakan bangunan PLN di Wamena, namun ia menilai PLN sudah siap melalukan mitigasi.
Baca juga: Indef: Dialog sosial dapat meredam kericuhan Wamena
Ia menilai PLN sudah memiliki banyak pengalaman dalam melakukan mitigasi risiko, termasuk menyiapkan pasokan jaringan listrik.
Sebelumnya, Kantor PLN Rayon Wamena di Kabupaten Jayapura dibakar massa pascaunjuk rasa berbuntut anarkis pada Senin (23/09).
Manager Komunikasi PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat, Onisimus Reba mengatakan Kantor Rayon Wamena yang terbakar merupakan bagian depan bangunan.
"Kami belum mendapat penjelasan secara lengkap terkait dengan pembakaran ini," sebutnya.
Menurut Onisimus, pihaknya telah berulang kali mencoba mengontak petugas di Kantor Rayon Wamena namun belum ada satupun yang bisa dihubungi.
"Nomor petugas kami tidak aktif sehingga tidak dapat mengetahui sejauh mana perkembangannya," ujarnya.
Dia menambahkan sedangkan untuk pembangkit listrik di Wamena, hingga kini belum ada kabar lagi apakah terdampak atau tidak.
"Yang jelas kantor bagian depan yang ikut terbakar karena kejadian hari ini di Wamena," lanjutnya.
Terjadi unjuk rasa berbuntut anarkis di Wamena, Kabupaten Jayawijaya dimana sejumlah perkantoran, fasilitas publik, pertokoan dan kendaraan bermotor dibakar massa.
Baca juga: Kapolri: Korban tewas di Wamena jadi 26 orang
Baca juga: Lima turis asal Ukraina dievakuasi dari Wamena
"Kerusakan gedung PLN di Wamena, itu soal perangkat keras, sehingga kalaupun benar rusak pasti membutuhkan waktu yang lama untuk jaringan, saya rasa harusnya tidak perlu sampai ditarget untuk dirusak," kata Marwan Batubara kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Menurut Marwan yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (Iress), ia belum mengetahui secara pasti seberapa kerusakan yang timbul akibat perusakan bangunan PLN di Wamena, namun ia menilai PLN sudah siap melalukan mitigasi.
Baca juga: Indef: Dialog sosial dapat meredam kericuhan Wamena
Ia menilai PLN sudah memiliki banyak pengalaman dalam melakukan mitigasi risiko, termasuk menyiapkan pasokan jaringan listrik.
Sebelumnya, Kantor PLN Rayon Wamena di Kabupaten Jayapura dibakar massa pascaunjuk rasa berbuntut anarkis pada Senin (23/09).
Manager Komunikasi PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat, Onisimus Reba mengatakan Kantor Rayon Wamena yang terbakar merupakan bagian depan bangunan.
"Kami belum mendapat penjelasan secara lengkap terkait dengan pembakaran ini," sebutnya.
Menurut Onisimus, pihaknya telah berulang kali mencoba mengontak petugas di Kantor Rayon Wamena namun belum ada satupun yang bisa dihubungi.
"Nomor petugas kami tidak aktif sehingga tidak dapat mengetahui sejauh mana perkembangannya," ujarnya.
Dia menambahkan sedangkan untuk pembangkit listrik di Wamena, hingga kini belum ada kabar lagi apakah terdampak atau tidak.
"Yang jelas kantor bagian depan yang ikut terbakar karena kejadian hari ini di Wamena," lanjutnya.
Terjadi unjuk rasa berbuntut anarkis di Wamena, Kabupaten Jayawijaya dimana sejumlah perkantoran, fasilitas publik, pertokoan dan kendaraan bermotor dibakar massa.
Baca juga: Kapolri: Korban tewas di Wamena jadi 26 orang
Baca juga: Lima turis asal Ukraina dievakuasi dari Wamena
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: