Bogor (ANTARA) - Meski sudah berjam-jam menduduki bangunan Balai Kota Bogor, Jawa Barat, tapi para Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Besar Universitas Pakuan (Unpak) enggan membubarkan diri sampai ditemui Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

"Kita akan diam di sini sebelum Pak Bima dan dari DPRD Kota Bogor hadir menemui kami," ujar Presiden Mahasiswa (Presma) Unpak Ramdhani kepada Antara di sela aksi demo, Selasa.

Menurutnya, mahasiswa akan menyampaikan sejumlah aspirasi kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor untuk kemudian disampaikan kepada Presiden Joko Widodo dan DPR RI. Mahasiswa juga akan melakukan kesepakatan secara simbolis dengan Pemkot Bogor.

Baca juga: Demo mahasiswa, Transjakarta alihkan rute di sekitar DPR RI

Beberapa poin yang disampaikan, antara lain menolak pelemahan institusi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menolak Rancangan KUHP, menolak RUU Pertanahan, dan mengecam pencemaran lingkungan.

Di samping itu, mahasiswa yang memadati area Balai Kota itu mengecam atas tindakan represif aparat kepolisian yang sempat baku hantam dengan mahasiswa Unpak saat aksi pada 20 September lalu di Tugu Kujang, Kota Bogor.

Baca juga: Demo mahasiswa, 551 Brimob Polda Lampung turut amankan aksi di Jakarta

Baca juga: Empat gelombang demonstrasi terjadi di kawasan Monas


"Kita juga mengecam pembakaran hutan di Pekan Baru Riau, Kalimantan, dan di seluruh titik kebakaran hutan di Indonesia," ujar Ramdhani.

Mahasiswa yang bergerombol itu tiba di Balai Kota Bogor sekitar pukul 13.00 WIB, mereka melakukan aksi longmarch dari Kampus Universitas Pakuan melalui Tugu Kujang ke Balai Kota. Sebelum akhirnya masuk ke area Balai Kota, para mahasiswa sempat melakukan aksi orasi di depan pintu pagar.

"Estimasi mahasiswa yang ikut hari ini ada 2.000 mahasiswa," kata Ramdhani.