Ardern-Trump bahas pengawasan senjata dalam pertemuan pertama mereka
24 September 2019 13:08 WIB
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern meninggalkan lokasi setelah shalat Jumat di Hagley Park depan masjid Al-Noor di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva/djo
Wellington, Selandia Baru (ANTARA) - Presiden AS Donald Trump "mendengarkan dengan tertarik" mengenai kebijakan pembaruan senjata Selandia Baru setelah penembakan massal di Christchurch, kata Perdana Menteri Selandia BaruJacinda Ardern pada Selasa.
Tindakan Selandia Baru untuk memantau senjata telah mendapat pujian global, terutama di Amerika Serikat, tempat anggota Parlemen mendukung pengawasan senjata dan pegiat telah berjuang untuk menangani kekerasan yang melibatkan senjata api kendati ada penembakan-demi-penembakan di Teksas dan Ohio bulan lalu.
Baca juga: PM Selandia Baru umumkan komisi penyelidikan serangan Christchurch
Ardern (39) dan Trump (73) bertemu di sisi Sidang Majelis Umum PBB di New York, dalam apa yang menjadi pertemuan resmi pertama antara kedua pemimpin tersebut.
Ketika berbicara dengan wartawan setelah pertemuan itu, Ardern mengatakan upaya pembelian-kembali senjata di Selandia Baru dan proses yang telah dijalaninya adalah bagian besar dari pertemuan 25-menit itu, selain perdagangan, pariwisata dan apa yang terjadi di Christchurch.
"Itu adalah percakapan seputar pembelian-kembali (senjata) kami dan pekerjaan yang telah kami lakukan untuk menghilangkan senjata gaya-militer dan semi-otomatis serta senapan serang," kata Ardern di dalam video yang diunggah oleh anggota media yang bepergian bersama perdana menteri tersebut.
Baca juga: Menlu Retno puji kepemimpinan Jacinda Ardern
"Saya merasakan ketertarikan," kata Ardern, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa. "Tentu saja, kami dapat bergerak sangat cepat dan dengan konsensus dan itu bangkit di dunia. Fakta bahwa kami memiliki konsensus politik itu di kalangan anggota Parlemen ... Saya kira itu antara lain menyulut perhatian."
Selandia Baru mendapat dukungan nyaris-bulat di Parlemen ketika anggotanya mengesahkan hukum yang melarang senapan semi-otomatis gaya-militer dalam babak pertama pembaruan dalam beberapa pekan penembakan massal di Christchurch oleh seorang tersangka supremasi kulit-putih, yang menewaskan 51 orang Muslim yang sedang beribadah.
Baca juga: AS kutuk serangan masjid di Selandia Baru sebagai 'tindakan kebencian yang ganas''
Negara itu meluncurkan skema amnesti senjata. Negara tersebut juga merencanakan seperangkat pembaruan kedua, yang diperdebatkan di parlemennya pada Selasa.
Di Amerika Serikat, Trump telah membahas potensi peraturan pengendalian senjata dengan anggota Parlemen setelah serangkaian penembakan massal pada Agustus sehingga menewaskan lebih dari 30 orang. Trump telah mengatakan banyak bidang dibahas, termasuk pemeriksaan latar-belakang.
Sumber: Reuters
Tindakan Selandia Baru untuk memantau senjata telah mendapat pujian global, terutama di Amerika Serikat, tempat anggota Parlemen mendukung pengawasan senjata dan pegiat telah berjuang untuk menangani kekerasan yang melibatkan senjata api kendati ada penembakan-demi-penembakan di Teksas dan Ohio bulan lalu.
Baca juga: PM Selandia Baru umumkan komisi penyelidikan serangan Christchurch
Ardern (39) dan Trump (73) bertemu di sisi Sidang Majelis Umum PBB di New York, dalam apa yang menjadi pertemuan resmi pertama antara kedua pemimpin tersebut.
Ketika berbicara dengan wartawan setelah pertemuan itu, Ardern mengatakan upaya pembelian-kembali senjata di Selandia Baru dan proses yang telah dijalaninya adalah bagian besar dari pertemuan 25-menit itu, selain perdagangan, pariwisata dan apa yang terjadi di Christchurch.
"Itu adalah percakapan seputar pembelian-kembali (senjata) kami dan pekerjaan yang telah kami lakukan untuk menghilangkan senjata gaya-militer dan semi-otomatis serta senapan serang," kata Ardern di dalam video yang diunggah oleh anggota media yang bepergian bersama perdana menteri tersebut.
Baca juga: Menlu Retno puji kepemimpinan Jacinda Ardern
"Saya merasakan ketertarikan," kata Ardern, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa. "Tentu saja, kami dapat bergerak sangat cepat dan dengan konsensus dan itu bangkit di dunia. Fakta bahwa kami memiliki konsensus politik itu di kalangan anggota Parlemen ... Saya kira itu antara lain menyulut perhatian."
Selandia Baru mendapat dukungan nyaris-bulat di Parlemen ketika anggotanya mengesahkan hukum yang melarang senapan semi-otomatis gaya-militer dalam babak pertama pembaruan dalam beberapa pekan penembakan massal di Christchurch oleh seorang tersangka supremasi kulit-putih, yang menewaskan 51 orang Muslim yang sedang beribadah.
Baca juga: AS kutuk serangan masjid di Selandia Baru sebagai 'tindakan kebencian yang ganas''
Negara itu meluncurkan skema amnesti senjata. Negara tersebut juga merencanakan seperangkat pembaruan kedua, yang diperdebatkan di parlemennya pada Selasa.
Di Amerika Serikat, Trump telah membahas potensi peraturan pengendalian senjata dengan anggota Parlemen setelah serangkaian penembakan massal pada Agustus sehingga menewaskan lebih dari 30 orang. Trump telah mengatakan banyak bidang dibahas, termasuk pemeriksaan latar-belakang.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019
Tags: