Cirebon (ANTARA News) - Akibat hujan yang tidak lagi turun, hanya dalam hitungan 10 hari jumlah areal puso di Kabupaten Indramayu bertambah dari 1.500 hektar menjadi 4.436 hektar atau kenaikan hampir 3.000 hektar, sementara areal yang sudah kekeringan mencapai 24.324 hektar dan terancam kekeringan mencapai lebih dari 20.000 hektar. "Hujan yang berhenti lebih cepat membuat kekeringan sudah mulai terjadi sejak Mei lalu, padahal tahun-tahun sebelumnya, kondisi kekeringan baru terjadi pada Agustus. Bahkan, kondisi kekeringan pada tahun ini tercatat paling parah dalam lima tahun terakhir," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Indramayu, Ir Apas Fahmi, di Indramayu, Rabu. Menurut Apas, areal tanaman padi yang telah puso itu tersebar di tujuh kecamatan, yaitu Gantar, Kroya, Balongan, Cantigi, Lohbener, Losarang, dan Kandanghaur. Sementara sawah yang sudah mulai kekeringan yaitu 6.500 hektar terkena kekeringan berat, 7.024 hektar kekeringan sedang dan 10.800 hektar kekeringan ringan, sedangkan areal yang terancam kekeringan mencapai lebih dari 20.000 hektare. "Jika seminggu kemudian areal yang kekeringan tidak mendapat pasokan air, maka dipastikan juga akan puso," katanya. Menurut Apas, kekeringan areal padi di Kabupaten Indramayu juga disebabkan karena realisasi tanam padi pada musim gadu jauh melebihi dari luas areal yang direkomendasikan sesuai ketersediaan air pada musim tanam gadu. Dalam kondisi pasokan air normal, menurut Apas, luas areal padi di Kabupaten Indramayu yang masuk ke dalam layanan irigasi teknis dari Bendung Rentang hanya 60.000 hektar dan dari irigasi Waduk Jatiluhur hanya sekitar 20.000 hektar. "Realisasinya mendekati 100.000 hektar, ini dipengaruhi oleh mahalnya harga beras di pasaran dan petani di Kabupaten Indramayu memang tidak terbiasa menanam palawija," katanya. Sejumlah petani mengungkapkan, keuntungan budidaya palawija seperti jagung, kedele dan kacang hijau lebih rendah dibanding tanaman padi, apalagi harga gabah selama tiga tahun terakhir cukup stabil dan dijamin Pemerintah. "Walaupun benih palawija diberikan gratis, saat ini lebih menguntungkan bertanam padi, apalagi sekarang saja harga gabah kering panen sudah menembus Rp2.800 per kilogram, jauh dari patokan Pemerintah Rp2.200 per kilogram," kata Sodikin, salah seorang petani di Widasari, Jatibarang. Ia menjelaskan, keuntungan bersih padi di Pantura Indramayu rata-rata bisa mencapai Rp7 juta per hektar satu kali musim tanam dengan modal awal Rp5 juta, sementara untuk kedele dengan modal Rp2,5 juta per hektar keuntungan bersih hanya Rp2,5 juta per hektar.(*)