Jakarta (ANTARA) - Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) membutuhkan satu pihak yang mampu mengkoordinasi berbagai lembaga yang bertugas menanganinya, kata Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Bambang Hero Suharjo.

"Diperlukan leadership yang kuat untuk penanganan karhutla. Karena setiap wilayah punya karakteristik berbeda. Karena kita sudah sepakat kita bersama menyelesaikan ini, harus ada leader-nya. Itulah yang harus dibenahi," ujar guru besar dalam perlindungan hutan itu ketika dihubungi di Jakarta, Senin.

Menurut Bambang, kepemimpinan yang dimaksud adalah yang bisa mengkoordinir kerja bersama untuk menyelesaikan permasalahan karhutla, dikarenakan sekarang banyak lembaga yang ikut terlibat dalam upaya pemadaman.

Baca juga: Akibat kabut asap, Wings Air gagal mendarat di Nagan Aceh

Koordinasi diperlukan karena setiap titik terbakar memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda penanganan satu dengan lainnya, hingga dibutuhkan pihak khusus yang menguasai cara penanganannya.

Guru besar IPB itu mengambil contoh bagaimana helikopter yang digunakan dalam upaya penanganan karhutla sendiri dikoordinir oleh beberapa lembaga dan kementerian seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Padahal, menurut alumni Universitas Kyoto itu, setiap penanganan menggunakan aerial itu harus menyesuaikan dengan karakteritik lahan yang terbakar jadi penggunaan helikopter tersebut bisa optimal.

Baca juga: Polda Sumsel turunkan tim tegakkan hukum karhutla

"Karena kita harus bersama menyelesaikan masalah ini, harus multi directed, harus ada leader-nya. Seperti okestra harus ada dirigennnya," tegas Bambang.

BNPB sejauh ini sudah mengerahkan sekitar 50 ribu personel untuk menangani karhutla yang dikirim ke enam provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Kalimantan Selatan.

Total 48 helikopter juga sudah dikirim ke enam provinsi tersebut dan BNPB sudah menerapkan teknologi modifikasi cuaca serta bom air untuk memadamkan titik api.

Baca juga: Nasib anak-anak korban jerubu karhutla, ketika udara sudah berbahaya