Bogor (ANTARA News) - Populasi Hylobates agilis albibarbis (Kalawet) di hutan Kalimantan jumlahnya terus menurun dari tahun ke tahun, ungkap sebuah penelitian yang dipublikasikan Institut Pertanian Bogor (IPB), Selasa. Penyebab turunnya populasi Kalawet ini adalah karena persoalan klasik yakni perburuan dan perdagangan ilegal, kata Yulius Duma, mahasiswa S3 Program Studi Primatologi Sekolah Pascasarajana (SPs) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang meneliti tentang Kalawet. Melalui riset yang juga sebagai disertasi untuk doktor berjudul "Kajian Habitat, Tingkah Laku, dan Populasi Kalawet di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah", Yulius Duma mengemukakan bahwa Kalawet tergolong spesies yang dilindungi dan terdaftar dalam Appendix I sebagai satwa yang tidak boleh diperdagangkan. Dikemukakannya bahwa selain Kalawet dan "Hylobates muelleri", ada juga hibrida antara kedua spesies tadi. Fenotipe ketiga jenis ini hampir sama, sehingga sulit mengidentifikasi serta memisahkannya dalam program rehabilitasi dan reintroduksi. Menurut dia, salah satu cara terbaik adalah dengan mengidentifikasi melalui vokalisasi Kalawet. Dalam penelitian itu, Yulius Duma merekam suara mereka di lapangan. Selanjutnya, vokalisasi direkam ke komputer menggunakan "Jet Audio" dalam format "wave", kemudian dianalisis dalam bentuk sonagram. Hasilnya, "Hylobatidae" betina mempunyai vokalisasi yang sangat menonjol, nyaring melengking, yang disebut "great call" (GC), terdiri atas tiga fase, yaitu fase "pre-trill", "trill" dan "post-trill", serta jumlah not 6-100, tergantung spesies. Sedangkan, suara pejantannya berupa solo. Solo jantan merupakan serangkaian vokalisasi jantan yang berurutan tanpa diantarai frase atau not vokalisasi betina. Namun, jantan dan betina, keduanya kerap berkolaborasi dalam rangkaian nyanyian pagi. Tingkah laku vokalisasi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai indikator kepadatan populasi. Dari analisasi vokalisasi tersebut, menurut dia, jumlah Kalawet di Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) di Kalimantan Tengah diperkirakan 2.404 ekor (700 kelompok) dan Taman Nasional Sebangau sebanyak 27.442 (7.988 kelompok). Ia mengemukakan bahwa tipe hutan tegakan tinggi dan hutan gambut campuran di kawasan Taman Nasional Sebangau, merupakan habitat yag baik bagi Kalawet. (*)