Pembelian minyak mentah dari Banyu Urip diapresiasi, mampu tekan impor
22 September 2019 11:51 WIB
Dokumentasi - Sejumlah pekerja melakukan aktivitas di lokasi rig berjalan atau "skidding rig" di lapangan minyak Banyu Urip di Desa Gayam, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jatim, Selasa (30/4). ANTARA/Aguk Sudarmojo
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengapresiasi pembelian minyak mentah sebanyak 650.000 barel dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) oleh PT Pertamina (Persero) yang dinilai mampu menekan laju impor minyak mentah.
"Kementerian ESDM tentunya senang sekali, bangga sekali kita bisa membeli minyak mentah dari ExxonMobil yang sudah sejak lama kita harapkan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto dalam informasi tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.
Penyerapan seluruh produksi minyak mentah domestik dari ExxonMobil, sambung Djoko, dinilai penting dalam memperkuat ketahanan energi nasional terutama mengurangi ketergantungan impor BBM. "Semoga dengan (penjualan minyak ke domestik) ini, neraca perdagangan kita, khususnya impor jadi berkurang," harapnya.
Penjualan minyak mentah ini merupakan tambahan volume minyak EMCL yang dijual ke pasar dalam negeri setelah Domestic Market Obligation (DMO) terpenuhi. Produksi minyak mentah Lapangan Banyu Urip sendiri telah mencapai 220.000 barel per hari. Minyak tersebut kemudian dialirkan melalui jalur pipa sepanjang 95 kilometer ke Palang, Tuban, kemudian ke kapal FSO Gagak Rimang di lepas pantai Tuban, Jawa Timur.
Baca juga: Exxonmobil naikkan kapasitas produksi minyak Blok Cepu
Djoko menceritakan, beberapa tahun silam, Pemerintah kesulitan membeli minyak bagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas karena dalam kontrak kerja sama yang diteken menyatakan KKKS dapat menjual minyak bagiannya ke mana saja. Apalagi sejak 2003 Indonesia telah menjadi nett importir minyak. Selama ini, KKKS menjual minyaknya ke luar negeri dan dibeli lagi untuk keperluan dalam negeri. Proses ini mengakibatkan biaya transportasi menjadi besar.
"Minyak dari KKKS dibawa keluar pakai kapal terus masuk lagi, kita beli. Kan ada ongkos. Paling tidak (dengan penjualan langsung ke domestik) ada (biaya) transport yang bisa dihemat," jelas Djoko.
Langkah ini telah sejalan dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 42 Tahun 2018 tentang Prioritas Pemanfaatan Minyak Bumi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri, Pertamina dan Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan Minyak Bumi wajib mengutamakan pasokan minyak bumi yang berasal dari dalam negeri.
Pada kesempatan yang sama, President ExxonMobil Cepu Limited Louise McKenzie mengungkapkan, pembelian minyak mentah ini untuk mendukung ketersediaan minyak domestik. Dia juga berterima kasih atas dukungan Pemerintah, Pemda serta masyarakat terhadap kegiatan operasi Blok Cepu.
"Kami berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban, para mitra Blok Cepu, serta masyarakat sekitar yang terus mendukung kegiatan operasi Banyu Urip," ujar Louise.
Senada dengan Louise, Senior Vice President Integrated Supply Chain Pertamina (Persero) Hasto Wibowo, menyambut gembira pembelian minyak mentah ini dan Pertamina tidak perlu lagi mengimpor minyak dari Azerbaijan, Angola dan beberapa negara lainnya. "Dengan adanya suplai ini, kita total sudah tidak mengimpor minyak jenis heavy crude lagi," ujarnya.
Baca juga: Produksi Blok Cepu melonjak capai 220.000 bph
Baca juga: Lapangan Banyu Urip Produksi 20 Ribu Barel Minyak
"Kementerian ESDM tentunya senang sekali, bangga sekali kita bisa membeli minyak mentah dari ExxonMobil yang sudah sejak lama kita harapkan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto dalam informasi tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.
Penyerapan seluruh produksi minyak mentah domestik dari ExxonMobil, sambung Djoko, dinilai penting dalam memperkuat ketahanan energi nasional terutama mengurangi ketergantungan impor BBM. "Semoga dengan (penjualan minyak ke domestik) ini, neraca perdagangan kita, khususnya impor jadi berkurang," harapnya.
Penjualan minyak mentah ini merupakan tambahan volume minyak EMCL yang dijual ke pasar dalam negeri setelah Domestic Market Obligation (DMO) terpenuhi. Produksi minyak mentah Lapangan Banyu Urip sendiri telah mencapai 220.000 barel per hari. Minyak tersebut kemudian dialirkan melalui jalur pipa sepanjang 95 kilometer ke Palang, Tuban, kemudian ke kapal FSO Gagak Rimang di lepas pantai Tuban, Jawa Timur.
Baca juga: Exxonmobil naikkan kapasitas produksi minyak Blok Cepu
Djoko menceritakan, beberapa tahun silam, Pemerintah kesulitan membeli minyak bagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas karena dalam kontrak kerja sama yang diteken menyatakan KKKS dapat menjual minyak bagiannya ke mana saja. Apalagi sejak 2003 Indonesia telah menjadi nett importir minyak. Selama ini, KKKS menjual minyaknya ke luar negeri dan dibeli lagi untuk keperluan dalam negeri. Proses ini mengakibatkan biaya transportasi menjadi besar.
"Minyak dari KKKS dibawa keluar pakai kapal terus masuk lagi, kita beli. Kan ada ongkos. Paling tidak (dengan penjualan langsung ke domestik) ada (biaya) transport yang bisa dihemat," jelas Djoko.
Langkah ini telah sejalan dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 42 Tahun 2018 tentang Prioritas Pemanfaatan Minyak Bumi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri, Pertamina dan Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Pengolahan Minyak Bumi wajib mengutamakan pasokan minyak bumi yang berasal dari dalam negeri.
Pada kesempatan yang sama, President ExxonMobil Cepu Limited Louise McKenzie mengungkapkan, pembelian minyak mentah ini untuk mendukung ketersediaan minyak domestik. Dia juga berterima kasih atas dukungan Pemerintah, Pemda serta masyarakat terhadap kegiatan operasi Blok Cepu.
"Kami berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban, para mitra Blok Cepu, serta masyarakat sekitar yang terus mendukung kegiatan operasi Banyu Urip," ujar Louise.
Senada dengan Louise, Senior Vice President Integrated Supply Chain Pertamina (Persero) Hasto Wibowo, menyambut gembira pembelian minyak mentah ini dan Pertamina tidak perlu lagi mengimpor minyak dari Azerbaijan, Angola dan beberapa negara lainnya. "Dengan adanya suplai ini, kita total sudah tidak mengimpor minyak jenis heavy crude lagi," ujarnya.
Baca juga: Produksi Blok Cepu melonjak capai 220.000 bph
Baca juga: Lapangan Banyu Urip Produksi 20 Ribu Barel Minyak
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019
Tags: