Artikel
Menyongsong Pendidikan 4.0 membentuk kreativitas yang berkualitas
Oleh Livia Kristianti
21 September 2019 13:46 WIB
Akram (kanan) dan Ghazi (kiri) memprogram robot saat mengikuti perlombaan ASEAN Robotic Day 2019 kategori "maze solving junior" di SMAN 28 Jakarta, Kamis (19/9/2019). ANTARA/Livia Kristianti/aa.
Jakarta (ANTARA) - Tangan kecil Akram begitu lincah mengetik di atas papan ketik (keyboard) laptopnya sembari sekali-sekali melihat jalur lintasan untuk robot yang sedang diprogramnya untuk mengikuti perlombaan ASEAN Robotic Day 2019. Akram tidak sendiri, dia ditemani Ghzi. Keduanya siswa kelas 4 Sekolah Dasar Muhammadiyah 7 Bandung. Mereka tampak fokus menatap layar laptop sembari mengetik koding khusus robotnya.
Kedua anak muda yang berusia belia itu bersiap mengikuti lomba maze solving kategori junior yang diadakan dalam ASEAN Robotic Day 2019 yang merupakan agenda rutin SMAN 28 Jakarta.
Maze solving merupakan lomba yang membutuhkan keuletan peserta memprogram koding untuk robot agar dapat melewati lintasan berupa titik-titik garis sesuai dengan jalur yang sudah ditentukan.
Meski begitu fokus dalam pengerjaannya, rasa tegang tetap muncul ketika Akram dan Ghazi harus menjajal robot mereka yang bernama "Thunder Storm in The Dark" di jalur lintasan.
Baca juga: Kemendikbud: Asean robotic cikal bakal masa depan penerus bangsa
Perlahan tetapi pasti seiring dengan ditaruhnya "Thunder Storm in The Dark" di atas garis start lintasan, Akram dan Ghazi mulai kembali percaya diri setelah robot mereka berjalan mulus melewati lintasan tahap pertama.
"Alhamdulillah, Kak, tadi sih tegang tetapi waktu melewati lintasan pertama mulus, yah, jadi PD," kata Ghazi berceloteh.
Ternyata sudah 3 tahun Akram dan Ghazi mendalami bidang robotik lewat kursus robotik bernama My Robo.
"Buat aku, teknologi robot bisa berkembang cepat. Awalnya suka karena film robot-robotan. Namun, begitu ikut kursus buat aku robot bakal berguna buat kita," kata Akram.
Kisah Akram dan Ghazi sebagai pelajar sekolah dasar yang mendalami bidang robotik yang erat kaitannya dengan pendidikan dasar informasi teknologi merupakan gambaran masa depan Pendidikan 4.0.
Perlu Dukungan
Pendidikan 4.0 erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas tanpa batas dan informasi teknologi sesuai dengan minat para pelajar mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Hal ini disampaikan oleh Staf Ahli Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Bidang Inovasi dan Daya Saing Ananto Kusuma Seta.
"Pendidikan saat ini harus mengutamakam pengembangan kreativitas seluruh pelajar mulai dari tingkat yang paling dini yaitu SD hingga SMA," kata Ananto Kusuma Seta.
Gagasan tersebut harus segera diimplementasikan mengingat saat ini industri kreatif Indonesia membutuhkan talenta-talenta yang terlatih sebagai 'modal manusia' untuk berkembang.
"Saat ini anak-anak Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan industri kreatif. Contohnya banyak lulusan IT yang ternyata ditemukan tidak bisa koding, padahal itu keterampilan dasar," kata Direktur Fasilitasi Infrastrukur TIK Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Muhammad Neil El Himam.
Neil menjelaskan salah satu contoh yang dapat dilakukan mendorong pendidikan 4.0 yang sejalan dengan industri 4.0 adalah dengan menambahkan mata pelajaran koding ke dalam kurikulum layaknya mata pelajaran eksak matematika.
"Kita lihat matematika masuk ke dalam kurlikulum ada usahanya. Nah, saya berharap koding juga dimasukkan ke dalam kurikulum, baik SD, SMP, maupun SMA," kata Neil.
Baca juga: Bekraf dorong kurikulum koding ditanamkan sejak sekolah dasar
Selain memasukan pendidikan dalam kurikulum, cara lainnya dengan membuat kegiatan di luar jam sekolah melalui ekstrakulikuler. Misalnya, ekstrakuliker robotik 28 yang dikembangkan oleh SMAN 28 Jakarta sejak 2008. Saat ini sudah sebanyak 150 siswa yang tergabung dalam Robotik 28 yang sudah berusia 11 tahun itu.
Anak-anak yang tergabung dalam Robotik 28 itu dapat berpikir kreatif, kritis, dan berkolaborasi dengan temannya. Mereka berproses sangat panjang, kata Kepala Sekolah SMAN 28 Jakarta Rita Hastuti.
Robotik 28 sudah sering mengikuti dan memenangi kompetisi robotik mulai dari tingkat nasional hingga internasional.
Contohnya pengembangan robot mendeteksi yang berfungsi mendeteksi kerusakan terumbu karang dan mengukur kadar timbal yang menjadi salah satu kandungan yang merusak laut yang diikut sertakan dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia.
Robotik 28 juga pernah meraih juara 1 Asia Pacific ICT Award 2013 pada kategori student project dan meraih medali perunggu dalam kategori Creative Robot di ajang International Robot Olympiade 2012.
Selain mengikuti lomba robotik ditingkat nasional dan internasional, Robotik 28 juga mengadakan agenda rutin Robotic Day yang pada tahun ini untuk pertama kalinya mengundang negara lain, yaitu Malaysia dan Filipina, untuk bergabung di dalamnya.
Lewat Asean Robotic Day 2019, kata Ketua Pelaksana Asean Robotic Day 2019 Muhammad Aravi Hatta, pihaknya ingin mengenalkan bahwa di Indonesia banyak pelajar yang tertarik dan berminat pada bidang robotik.
Tiga Trimatra
ASEAN Robotic Day 2019 merupakan acara kompetisi robotik pertama di Indonesia yang diselenggarakan oleh siswa secara langsung yang melibatkan peserta dari negara Malaysia dan Filipina.
Selain keterlibatan aktif seluruh siswa, untuk menyelenggarakan Robotic Day dibutuhkan juga partisipasi aktif orang tua mendukung kegiatan serupa.
Kepala SMAN 28 Jakarta Rita Hastuti menjelaskan tiga hal yang disebutnya sebagai 'tiga trimatra' merupakan kunci sukses keberhasilan dalam menyelenggarakan pendidikan terutama mendukung Pendidikan 4.0.
Baca juga: Dinas Pendidikan DKI buka Asean Robotic Day di SMAN 28 Jakarta
Pertama adalah siswa, siswa harus dipersiapkan dengan mendukung minat dan passion siswa tanpa melakukan pembatasan kreativitas.
Kedua adalah sekolah, sekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk menggali potensi-potensi yang sesuai dengan minat serta passion-nya.
Ketiga adalah orang tua dan pihak luar seperti Pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Pihak ketiga ini harus memberi dorongan untuk siswa dan berkomunikasi dengan sekolah untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
Rita mencontohkan keberhasilan Trimatra di SMAN 28 Jakarta terbukti pada pengembangan ekstrakurikuler Robotik 28 dan penyelenggaraan ASEAN Robotic Day 2019.
"Jadi, semua acara ini ada tidak ujuk-ujuk jadi, ada proses koordinasi yang baik dalam 'tiga trimatra' itu," ujar Rita.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyanggupi untuk mendukung pendidikan ke arah pengembangan bakat dan kreativitas agar menghasilkan Pendidikan 4.0 yang berkualitas.
"Sekarang tidak ada lagi pembatasan harus pintar Sains atau Matematika, semua anak kita dorong untuk berkembang melalui minat dan 'passion'nya. Karena ini bagus bagi pendidikan," kata Kepala Dinas Pendidikan Ratiyono.
Ratiyono pun mengatakan pihaknya sangat mendukung lebih banyak kegiatan- kegiatan yang melibatkan seluruh warga dalam lingkungan sekolah untuk pendidikan 4.0.
Baca juga: Rektor Unimed: Revolusi Industri 4.0 menuntut perubahan pendidikan
"Saya harap acara serupa ASEAN Robotic Day 2019 bisa berkembang, tidak cuma ditingkat SMAN 28, tapi melibatkan sekolah- sekolah lain. Kita dukung terus acara serupa," ujar Ratiyono.
Berbeda generasi, tentu berbeda juga cara mendidiknya. Kolaborasi menjadi kunci yang diutamakan dalam Pendidikan 4.0.
Seperti yang dikatakan Staf ahli Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bidang Inovasi dan Daya Saing Ananto Kusuma Seta, keberhasilan Pendidikan 4.0 dapat dilihat melalui banyaknya warga yang menjadi digital producer dibandingkan dengan digital consumer.
Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak yang terkait dapat berkoordinasi dan berkomunikasi agar generasi penerus bangsa menjadi pelajar berkualitas dan memajukan bangsa melalui karya-karyanya.
Kedua anak muda yang berusia belia itu bersiap mengikuti lomba maze solving kategori junior yang diadakan dalam ASEAN Robotic Day 2019 yang merupakan agenda rutin SMAN 28 Jakarta.
Maze solving merupakan lomba yang membutuhkan keuletan peserta memprogram koding untuk robot agar dapat melewati lintasan berupa titik-titik garis sesuai dengan jalur yang sudah ditentukan.
Meski begitu fokus dalam pengerjaannya, rasa tegang tetap muncul ketika Akram dan Ghazi harus menjajal robot mereka yang bernama "Thunder Storm in The Dark" di jalur lintasan.
Baca juga: Kemendikbud: Asean robotic cikal bakal masa depan penerus bangsa
Perlahan tetapi pasti seiring dengan ditaruhnya "Thunder Storm in The Dark" di atas garis start lintasan, Akram dan Ghazi mulai kembali percaya diri setelah robot mereka berjalan mulus melewati lintasan tahap pertama.
"Alhamdulillah, Kak, tadi sih tegang tetapi waktu melewati lintasan pertama mulus, yah, jadi PD," kata Ghazi berceloteh.
Ternyata sudah 3 tahun Akram dan Ghazi mendalami bidang robotik lewat kursus robotik bernama My Robo.
"Buat aku, teknologi robot bisa berkembang cepat. Awalnya suka karena film robot-robotan. Namun, begitu ikut kursus buat aku robot bakal berguna buat kita," kata Akram.
Kisah Akram dan Ghazi sebagai pelajar sekolah dasar yang mendalami bidang robotik yang erat kaitannya dengan pendidikan dasar informasi teknologi merupakan gambaran masa depan Pendidikan 4.0.
Perlu Dukungan
Pendidikan 4.0 erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas tanpa batas dan informasi teknologi sesuai dengan minat para pelajar mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Hal ini disampaikan oleh Staf Ahli Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Bidang Inovasi dan Daya Saing Ananto Kusuma Seta.
"Pendidikan saat ini harus mengutamakam pengembangan kreativitas seluruh pelajar mulai dari tingkat yang paling dini yaitu SD hingga SMA," kata Ananto Kusuma Seta.
Gagasan tersebut harus segera diimplementasikan mengingat saat ini industri kreatif Indonesia membutuhkan talenta-talenta yang terlatih sebagai 'modal manusia' untuk berkembang.
"Saat ini anak-anak Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan industri kreatif. Contohnya banyak lulusan IT yang ternyata ditemukan tidak bisa koding, padahal itu keterampilan dasar," kata Direktur Fasilitasi Infrastrukur TIK Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Muhammad Neil El Himam.
Neil menjelaskan salah satu contoh yang dapat dilakukan mendorong pendidikan 4.0 yang sejalan dengan industri 4.0 adalah dengan menambahkan mata pelajaran koding ke dalam kurikulum layaknya mata pelajaran eksak matematika.
"Kita lihat matematika masuk ke dalam kurlikulum ada usahanya. Nah, saya berharap koding juga dimasukkan ke dalam kurikulum, baik SD, SMP, maupun SMA," kata Neil.
Baca juga: Bekraf dorong kurikulum koding ditanamkan sejak sekolah dasar
Selain memasukan pendidikan dalam kurikulum, cara lainnya dengan membuat kegiatan di luar jam sekolah melalui ekstrakulikuler. Misalnya, ekstrakuliker robotik 28 yang dikembangkan oleh SMAN 28 Jakarta sejak 2008. Saat ini sudah sebanyak 150 siswa yang tergabung dalam Robotik 28 yang sudah berusia 11 tahun itu.
Anak-anak yang tergabung dalam Robotik 28 itu dapat berpikir kreatif, kritis, dan berkolaborasi dengan temannya. Mereka berproses sangat panjang, kata Kepala Sekolah SMAN 28 Jakarta Rita Hastuti.
Robotik 28 sudah sering mengikuti dan memenangi kompetisi robotik mulai dari tingkat nasional hingga internasional.
Contohnya pengembangan robot mendeteksi yang berfungsi mendeteksi kerusakan terumbu karang dan mengukur kadar timbal yang menjadi salah satu kandungan yang merusak laut yang diikut sertakan dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia.
Robotik 28 juga pernah meraih juara 1 Asia Pacific ICT Award 2013 pada kategori student project dan meraih medali perunggu dalam kategori Creative Robot di ajang International Robot Olympiade 2012.
Selain mengikuti lomba robotik ditingkat nasional dan internasional, Robotik 28 juga mengadakan agenda rutin Robotic Day yang pada tahun ini untuk pertama kalinya mengundang negara lain, yaitu Malaysia dan Filipina, untuk bergabung di dalamnya.
Lewat Asean Robotic Day 2019, kata Ketua Pelaksana Asean Robotic Day 2019 Muhammad Aravi Hatta, pihaknya ingin mengenalkan bahwa di Indonesia banyak pelajar yang tertarik dan berminat pada bidang robotik.
Tiga Trimatra
ASEAN Robotic Day 2019 merupakan acara kompetisi robotik pertama di Indonesia yang diselenggarakan oleh siswa secara langsung yang melibatkan peserta dari negara Malaysia dan Filipina.
Selain keterlibatan aktif seluruh siswa, untuk menyelenggarakan Robotic Day dibutuhkan juga partisipasi aktif orang tua mendukung kegiatan serupa.
Kepala SMAN 28 Jakarta Rita Hastuti menjelaskan tiga hal yang disebutnya sebagai 'tiga trimatra' merupakan kunci sukses keberhasilan dalam menyelenggarakan pendidikan terutama mendukung Pendidikan 4.0.
Baca juga: Dinas Pendidikan DKI buka Asean Robotic Day di SMAN 28 Jakarta
Pertama adalah siswa, siswa harus dipersiapkan dengan mendukung minat dan passion siswa tanpa melakukan pembatasan kreativitas.
Kedua adalah sekolah, sekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk menggali potensi-potensi yang sesuai dengan minat serta passion-nya.
Ketiga adalah orang tua dan pihak luar seperti Pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Pihak ketiga ini harus memberi dorongan untuk siswa dan berkomunikasi dengan sekolah untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
Rita mencontohkan keberhasilan Trimatra di SMAN 28 Jakarta terbukti pada pengembangan ekstrakurikuler Robotik 28 dan penyelenggaraan ASEAN Robotic Day 2019.
"Jadi, semua acara ini ada tidak ujuk-ujuk jadi, ada proses koordinasi yang baik dalam 'tiga trimatra' itu," ujar Rita.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyanggupi untuk mendukung pendidikan ke arah pengembangan bakat dan kreativitas agar menghasilkan Pendidikan 4.0 yang berkualitas.
"Sekarang tidak ada lagi pembatasan harus pintar Sains atau Matematika, semua anak kita dorong untuk berkembang melalui minat dan 'passion'nya. Karena ini bagus bagi pendidikan," kata Kepala Dinas Pendidikan Ratiyono.
Ratiyono pun mengatakan pihaknya sangat mendukung lebih banyak kegiatan- kegiatan yang melibatkan seluruh warga dalam lingkungan sekolah untuk pendidikan 4.0.
Baca juga: Rektor Unimed: Revolusi Industri 4.0 menuntut perubahan pendidikan
"Saya harap acara serupa ASEAN Robotic Day 2019 bisa berkembang, tidak cuma ditingkat SMAN 28, tapi melibatkan sekolah- sekolah lain. Kita dukung terus acara serupa," ujar Ratiyono.
Berbeda generasi, tentu berbeda juga cara mendidiknya. Kolaborasi menjadi kunci yang diutamakan dalam Pendidikan 4.0.
Seperti yang dikatakan Staf ahli Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bidang Inovasi dan Daya Saing Ananto Kusuma Seta, keberhasilan Pendidikan 4.0 dapat dilihat melalui banyaknya warga yang menjadi digital producer dibandingkan dengan digital consumer.
Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak yang terkait dapat berkoordinasi dan berkomunikasi agar generasi penerus bangsa menjadi pelajar berkualitas dan memajukan bangsa melalui karya-karyanya.
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019
Tags: