Perangi hoaks, Kominfo gelar diskusi publik
21 September 2019 11:54 WIB
Kepala Bagian Hukum dan Kerja Sama Sekretariat Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Mediodecci Lustarini, dalam forum diskusi publik "Bersatu untuk Indonesia Maju" di Jakarta, Sabtu, (ANTARA/Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar forum diskusi publik "Bersatu untuk Indonesia Maju" di Jakarta, Sabtu, untuk memerangi penyebaran hoaks di tengah masyarakat.
"Kita melakukan forum diskusi juga melakukan diseminasi informasi untuk edukasi. Harapnya ketika kita melakukan diskusi publik, peserta bisa membawa pulang apa yang didapat di forum ini, dan menyebarkan di lingkungan mereka," ujar Kepala Bagian Hukum dan Kerja Sama Sekretariat Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Mediodecci Lustarini.
Untuk menggelar acara tatap muka dengan masyarakat, Mediodecci mengatakan Kominfo telah bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk lembaga negara, lembaga masyarakat dan lembaga keagamaan.
Mediodecci juga mengatakan lebih dari setengah jumlah penduduk di Indonesia telah mengakses internet. Hal ini menurut dia bak dua sisi mata pisau -- positif, sekaligus memiliki banyak tantangan.
Sebab, besarnya jumlah penduduk yang menggunakan internet tidak diiringi dengan penyaringan informasi. Menurut dia, masyarakat masih banyak yang bingung untuk menentukan mana informasi benar dan mana berita bohong.
Berdasarkan penelitian, Mediodecci menjelaskan, rata-rata orang Indonesia menggunakan waktu 8 jam 51 menit untuk berselancar di internet. Dari waktu berinternet itu, 4 jam digunakan untuk bermedia sosial.
"Kalau bicara dampak, 4 jam dari 24 jam itu berarti 1 per enam dari waktu kita sehari digunakan untuk medsos pasti dampaknya besar sekali, itulah penyebab informasi di media sosial dipercaya oleh masyarakat," kata dia.
Selain secara edukasi secara offline, Kominfo juga telah melakukan upaya secara online untuk memerangi hoaks di tengah masyarakat, salah satunya dengan membuat situs web pengaduan konten yang dianggap negatif.
"Pemerintah sendiri punya website namanya aduankonten.id, di mana kita bisa menganalisa apakah berita itu hoaks atau bukan, dan juga ada stop hoax dan turn back hoax," kata Mediodecci.
"Kita mencoba untuk memberikan edukasi kepada masyarakat supaya mereka bisa self-checking, memeriksa, memilah serta mencari tahu apakah berita itu benar atau hoaks," tambah dia.
Baca juga: Data penumpang bocor, Lion Air Group masih koordinasi dengan Kominfo
Baca juga: Menkominfo akan pertemukan Lion Air Group dengan penyedia layanan
Baca juga: Kominfo sebut terlalu cepat melompat ke digital buat hoaks merajalela
"Kita melakukan forum diskusi juga melakukan diseminasi informasi untuk edukasi. Harapnya ketika kita melakukan diskusi publik, peserta bisa membawa pulang apa yang didapat di forum ini, dan menyebarkan di lingkungan mereka," ujar Kepala Bagian Hukum dan Kerja Sama Sekretariat Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Mediodecci Lustarini.
Untuk menggelar acara tatap muka dengan masyarakat, Mediodecci mengatakan Kominfo telah bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk lembaga negara, lembaga masyarakat dan lembaga keagamaan.
Mediodecci juga mengatakan lebih dari setengah jumlah penduduk di Indonesia telah mengakses internet. Hal ini menurut dia bak dua sisi mata pisau -- positif, sekaligus memiliki banyak tantangan.
Sebab, besarnya jumlah penduduk yang menggunakan internet tidak diiringi dengan penyaringan informasi. Menurut dia, masyarakat masih banyak yang bingung untuk menentukan mana informasi benar dan mana berita bohong.
Berdasarkan penelitian, Mediodecci menjelaskan, rata-rata orang Indonesia menggunakan waktu 8 jam 51 menit untuk berselancar di internet. Dari waktu berinternet itu, 4 jam digunakan untuk bermedia sosial.
"Kalau bicara dampak, 4 jam dari 24 jam itu berarti 1 per enam dari waktu kita sehari digunakan untuk medsos pasti dampaknya besar sekali, itulah penyebab informasi di media sosial dipercaya oleh masyarakat," kata dia.
Selain secara edukasi secara offline, Kominfo juga telah melakukan upaya secara online untuk memerangi hoaks di tengah masyarakat, salah satunya dengan membuat situs web pengaduan konten yang dianggap negatif.
"Pemerintah sendiri punya website namanya aduankonten.id, di mana kita bisa menganalisa apakah berita itu hoaks atau bukan, dan juga ada stop hoax dan turn back hoax," kata Mediodecci.
"Kita mencoba untuk memberikan edukasi kepada masyarakat supaya mereka bisa self-checking, memeriksa, memilah serta mencari tahu apakah berita itu benar atau hoaks," tambah dia.
Baca juga: Data penumpang bocor, Lion Air Group masih koordinasi dengan Kominfo
Baca juga: Menkominfo akan pertemukan Lion Air Group dengan penyedia layanan
Baca juga: Kominfo sebut terlalu cepat melompat ke digital buat hoaks merajalela
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019
Tags: