LIPI segera bahas penyebab matinya ikan demersal di pesisir Ambon
18 September 2019 19:14 WIB
Warga berusaha mengangkat seekor ikan Mola-mola yang mati dan terdampar di pesisir pantai Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku, Minggu (31/3/2019). ANTARA/Izaac Mulyawan
Ambon (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia segera membahas hasil penelitian terkait penyebab matinya ikan-ikan demersal dan kerang di pesisir Ambon selama beberapa hari terakhir bersama pemerintah setempat.
Kepala P2LD-LIPI, Nugroho D. Hananto di Ambon, Rabu mengatakan pembahasan akan dilaksanakan di P2LD-LIPI pada 19 September 2019, dengan mengundang seluruh pemangku kepentingan dan lembaga-lembaga perikanan yang telah melakukan penelitian terkait peristiwa tersebut.
Pertemuan itu sendiri untuk menyamakan persepsi dan hasil-hasil penelitian yang ada sebelum diumumkan kepada publik, sehingga tidak menimbulkan lebih banyak keresahan di masyarakat.
Baca juga: LIPI teliti penyebab kematian ikan di pesisir Ambon
"Besok kita kumpulkan seluruh "stake holder" perikanan di Maluku yang melakukan penelitian yang sama, kita saling "share" dulu hasilnya, LIPI punya apa, DKP punya apa dan balai lainnya juga punya apa, hasilnya kita serahkan kepada walikota, nanti beliau yang akan mengumumkan supaya yang keluar ke masyarakat tidak membingungkan," katanya.
LIPI, kata Nugroho, belum bisa memberikan keterangan terkait hasil penelitian yang telah dilakukan kepada publik hingga pertemuan antar lembaga dan instansi dilakukan, guna menghindari lebih banyak spekulasi yang meresahkan di masyarakat.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik dengan berbagai informasi yang beredar, terutama informasi soal adanya ledakan, longsor maupun akan terjadi tsunami, sebelum hasil analisa secara sainstifis resmi diumumkan.
"Masyarakat di sini agar tidak panik karena ada yang bilang karena ada ledakan, mau ada longsoran, tsunami dan sebagainya. Kalau menurut kami, kita nggak tau bisa jadi itu isinya polutan, laut sangat luas, kita nggak bisa bilang ledakan sampai ada analisis sainstifis yang kuat," ujar Nugroho.
Baca juga: Kematian ikan di Pantai Ambon bukan pertanda akan gempa dan tsunami
Dikatakannya lagi, sebagai lembaga riset di bidang kelautan, P2LD-LIPI telah melakukan berbagai analisa terkait kematian ikan-ikan demersal dan siput di di pesisir kecamatan Leitimur Selatan (Kota Ambon) dan Kecamatan Salahutu (Kabupaten Maluku Tengah), termasuk menguji kualitas kimia dan biologi air.
Hasil penelitian sementara menunjukan tidak ditemukan kandungan racun dalam sampel ikan dan kerang yang dikumpulkan. Sebagian sampel ikan mati telah dikirim ke laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi LIPI di Jakarta untuk pengujian yang lebih spesifik.
"Untuk perikanan sebenarnya DKP yang memiliki kewenangan. Kemarin kita sudah penelitian mikroskopi untuk penyebab kematian ikan, sebagian sampel sudah dikirim ke Pusat Oseanografi untuk diteliti dan itu tahapannya panjang. Terkait kematian ikan bisa jadi ikannya mati kena ombak pecah bisa saja," ucap Nugroho.
Baca juga: DKP Ambon analisa ikan mati di pantai Rutong
Kepala P2LD-LIPI, Nugroho D. Hananto di Ambon, Rabu mengatakan pembahasan akan dilaksanakan di P2LD-LIPI pada 19 September 2019, dengan mengundang seluruh pemangku kepentingan dan lembaga-lembaga perikanan yang telah melakukan penelitian terkait peristiwa tersebut.
Pertemuan itu sendiri untuk menyamakan persepsi dan hasil-hasil penelitian yang ada sebelum diumumkan kepada publik, sehingga tidak menimbulkan lebih banyak keresahan di masyarakat.
Baca juga: LIPI teliti penyebab kematian ikan di pesisir Ambon
"Besok kita kumpulkan seluruh "stake holder" perikanan di Maluku yang melakukan penelitian yang sama, kita saling "share" dulu hasilnya, LIPI punya apa, DKP punya apa dan balai lainnya juga punya apa, hasilnya kita serahkan kepada walikota, nanti beliau yang akan mengumumkan supaya yang keluar ke masyarakat tidak membingungkan," katanya.
LIPI, kata Nugroho, belum bisa memberikan keterangan terkait hasil penelitian yang telah dilakukan kepada publik hingga pertemuan antar lembaga dan instansi dilakukan, guna menghindari lebih banyak spekulasi yang meresahkan di masyarakat.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik dengan berbagai informasi yang beredar, terutama informasi soal adanya ledakan, longsor maupun akan terjadi tsunami, sebelum hasil analisa secara sainstifis resmi diumumkan.
"Masyarakat di sini agar tidak panik karena ada yang bilang karena ada ledakan, mau ada longsoran, tsunami dan sebagainya. Kalau menurut kami, kita nggak tau bisa jadi itu isinya polutan, laut sangat luas, kita nggak bisa bilang ledakan sampai ada analisis sainstifis yang kuat," ujar Nugroho.
Baca juga: Kematian ikan di Pantai Ambon bukan pertanda akan gempa dan tsunami
Dikatakannya lagi, sebagai lembaga riset di bidang kelautan, P2LD-LIPI telah melakukan berbagai analisa terkait kematian ikan-ikan demersal dan siput di di pesisir kecamatan Leitimur Selatan (Kota Ambon) dan Kecamatan Salahutu (Kabupaten Maluku Tengah), termasuk menguji kualitas kimia dan biologi air.
Hasil penelitian sementara menunjukan tidak ditemukan kandungan racun dalam sampel ikan dan kerang yang dikumpulkan. Sebagian sampel ikan mati telah dikirim ke laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi LIPI di Jakarta untuk pengujian yang lebih spesifik.
"Untuk perikanan sebenarnya DKP yang memiliki kewenangan. Kemarin kita sudah penelitian mikroskopi untuk penyebab kematian ikan, sebagian sampel sudah dikirim ke Pusat Oseanografi untuk diteliti dan itu tahapannya panjang. Terkait kematian ikan bisa jadi ikannya mati kena ombak pecah bisa saja," ucap Nugroho.
Baca juga: DKP Ambon analisa ikan mati di pantai Rutong
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019
Tags: