Riset: Grab pimpin pasar transportasi online Indonesia dan Vietnam
18 September 2019 17:21 WIB
PELUNCURAN GRABCAR DI BANDARA. Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (ketiga kanan) bersama Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata (kedua kanan) Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiadi (kanan) Gubernur Sumut Edy Rahmayadi (keempat kanan) melepas rombongan taksi pada peluncuran "GrabCar Airport" di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (11/7/2019). ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/hp.ANTARA FOTO/IRSAN MULYADI (ANTARA FOTO/IRSAN MULYADI)
Jakarta (ANTARA) - Kawasan Asia-Pasifik telah menjadi pasar terbesar transportasi online (ride-hailing) di dunia, yang mencakup 70 persen dari semua perjalanan ride-hailing dunia.
Pemain ride-hailing di kawasan ini juga tidak berhenti pada transportasi namun berkembang menjadi marketplace yang menyediakan berbagai kebutuhan lewat yang disebut "super-apps".
Riset yang dilakukan ABI Research yang berpusat di London, Inggris, yang dikutip di Jakarta, Rabu menyebutkan, Grab mempertahankan pangsa pasar transportasi online sebesar 11,4 persen di Asia-Pacific dengan dominasi di pasar Indonesia dan Vietnam. Di Indonesia, Grab memimpin pasar dengan 64 persen dan Vietnam 74 persen.
Riset ini merupakan riset kedua yang dikeluarkan oleh ABI Research setelah tahun 2018.
Baca juga: Grab catat pendapatan mitra pengemudi capai Rp49 triliun
Menurut ABI Research, kepemimpinan pasar ini merupakan buah keberhasilan Grab menjadi super apps yang dapat menangkap volume permintaan masyarakat yang begitu besar selain transportasi, yaitu menyediakan layanan pengiriman barang dan makanan, serta layanan keuangan melalui layanan GrabExpress, GrabFood, GrabFresh, dan GrabFinancial.
Sedangkan Go-Jek, pesaing terdekat Grab, memiliki 35,3 persen dari pasar Indonesia sementara Go-Viet memiliki 10,3 persen dari pasar Vietnam.
Smart Mobility Principal Analyst ABI Research James Hodgson mengatakan, pertumbuhan transportasi online mengalami perlambatan. Setelah mencapai 22 miliar perjalanan pada 2018, tahun 2019 diperkirakan akan ditutup dengan angka perjalanan sedikit di bawah 22 miliar.
Karena itu, pengembangan layanan di luar transportasi adalah keniscayaan.
Hodgson mencontohkan, di Amerika Serikat ketika sektor transportasi Uber hanya tumbuh 9 persen pada kuartal I 2019, UberEats tumbuh impresif mencapai 89 persen pada periode yang sama.
Menurut Hodgson, operasi transportasi online makin tertekan dengan langkah-langkah meningkatkan insentif pengemudi dan mensubsidi tarif untuk mencari pelanggan baru dan memperluas pangsa pasar.
Karena itu, pengembangan untuk menjadi "supermarket" layanan smart mobility yang dilakukan Grab merupakan contoh suatu upaya inovasi yang berhasil.
Baca juga: Luhut panggil Grab bahas pemanfaatan platform untuk promosi wisata
Baca juga: Grab dinilai inovatif dalam fitur keamanan dan keselamatan
Pemain ride-hailing di kawasan ini juga tidak berhenti pada transportasi namun berkembang menjadi marketplace yang menyediakan berbagai kebutuhan lewat yang disebut "super-apps".
Riset yang dilakukan ABI Research yang berpusat di London, Inggris, yang dikutip di Jakarta, Rabu menyebutkan, Grab mempertahankan pangsa pasar transportasi online sebesar 11,4 persen di Asia-Pacific dengan dominasi di pasar Indonesia dan Vietnam. Di Indonesia, Grab memimpin pasar dengan 64 persen dan Vietnam 74 persen.
Riset ini merupakan riset kedua yang dikeluarkan oleh ABI Research setelah tahun 2018.
Baca juga: Grab catat pendapatan mitra pengemudi capai Rp49 triliun
Menurut ABI Research, kepemimpinan pasar ini merupakan buah keberhasilan Grab menjadi super apps yang dapat menangkap volume permintaan masyarakat yang begitu besar selain transportasi, yaitu menyediakan layanan pengiriman barang dan makanan, serta layanan keuangan melalui layanan GrabExpress, GrabFood, GrabFresh, dan GrabFinancial.
Sedangkan Go-Jek, pesaing terdekat Grab, memiliki 35,3 persen dari pasar Indonesia sementara Go-Viet memiliki 10,3 persen dari pasar Vietnam.
Smart Mobility Principal Analyst ABI Research James Hodgson mengatakan, pertumbuhan transportasi online mengalami perlambatan. Setelah mencapai 22 miliar perjalanan pada 2018, tahun 2019 diperkirakan akan ditutup dengan angka perjalanan sedikit di bawah 22 miliar.
Karena itu, pengembangan layanan di luar transportasi adalah keniscayaan.
Hodgson mencontohkan, di Amerika Serikat ketika sektor transportasi Uber hanya tumbuh 9 persen pada kuartal I 2019, UberEats tumbuh impresif mencapai 89 persen pada periode yang sama.
Menurut Hodgson, operasi transportasi online makin tertekan dengan langkah-langkah meningkatkan insentif pengemudi dan mensubsidi tarif untuk mencari pelanggan baru dan memperluas pangsa pasar.
Karena itu, pengembangan untuk menjadi "supermarket" layanan smart mobility yang dilakukan Grab merupakan contoh suatu upaya inovasi yang berhasil.
Baca juga: Luhut panggil Grab bahas pemanfaatan platform untuk promosi wisata
Baca juga: Grab dinilai inovatif dalam fitur keamanan dan keselamatan
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: