Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu diprediksi masih akan dibayangi sentimen geopolitik di Timur Tengah dan juga mengecilnya peluang bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), turunkan bunga pekan ini.
"Dalam transaksi transaksi hari ini rupiah kemungkinan masih akan melemah dipengaruhi sentimen Timur Tengah dan The Fed yang kemungkinan tidak menurunkan suku bunga," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.
Ladang minyak milik Saudi Aramco, raksasa migas asal Arab Saudi, dihantam serangan pesawat tanpa awak alias drone. Dampak serangan itu sendiri tidak main-main, produksi minyak Arab Saudi sebanyak 5,7 juta barel per hari terhenti.
Sementara itu, ketika ada ekspektasi inflasi karena kenaikan harga minyak, kemudian data ekonomi yang terus membaik, apalagi Trump terus melakukan intervensi terhadap The Fed yang notabene independen, alhasil bisa saja dalam pertemuan hari Kamis ini bank sentral AS itu menahan suku bunga acuan.
Baca juga: Dolar melemah jelang keputusan suku bunga Bank Sentral AS
"Ada kemungkinan penurunan Federal Funds Rate tidak terjadi pekan ini," kata Ibrahim.
Ibrahim memprediksi rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.050 per dolar AS hingga Rp14.140 per dolar AS.
Pada pukul 10.13 WIB, rupiah menguat 18 poin atau 0,13 persen menjadi Rp14.082 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.100 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.080 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.100 per dolar AS.
Baca juga: IHSG diprediksi menguat hari ini, dipicu redanya sentimen Timur Tengah
Baca juga: Dolar diperdagangkan pada paruh bawah 108 yen di Tokyo
Baca juga: Yuan China berbalik menguat tipis 2 poin terhadap dolar AS
Rupiah diprediksi melemah, dibayangi sentimen Timur Tengah dan The Fed
18 September 2019 10:33 WIB
Tampilan Close up Dolar AS dan Rupiah Indonesia. ANTARA/Shutterstock/pri.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: