Korsel kembangkan sistem anti-drone di tengah konflik dengan Korut
17 September 2019 16:01 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (dua dari kanan)memperhatikan pesawat drone kecil, gambar yang diambil dari film dokumenter yang disiarkan Televisi Korea Utara pada 16 Juni 2013. (dailymail.co.uk)
Seoul (ANTARA) - Korea Selatan melakukan investasi senilai 74 juta dolar AS untuk mengembangkan sistem senjata yang mampu melacak sekaligus menghancurkan 'drone' hingga 2023, menurut badan pengadaan pada Selasa setelah insiden penyusupan 'drone' pengintai Korea Utara.
Sistem, bernama Block-I, dirancang untuk mendeteksi sekaligus menghancurkan 'drone' berukuran kecil dan pesawat lainnya dengan mengunci pisau optik tak terlihat pada target dari jarak dekat, menurut Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA).
"Kami ingin mempercanggih sistem tersebut sehingga mampu mencegat pesawat tempur dan juga satelit," kata pejabat senior DAPA, Song Chang-joon dalam satu pernyataan.
Sebuah 'drone' milik Korea Utara ditemukan pada 2017 di wilayah bagian Korea Selatan di Zona Demiliterisasi yang memisahkan dua Korea.
Sekitar 550 gambar situs sistem pertahanan anti-rudal ditemukan dari 'drone' tersebut, kata pejabat Korsel.
Pada 2014 'drone' Korea Utara jatuh saat hendak kembali ke negaranya setelah melancarkan misi pengintaian termasuk terbang langsung di Gedung Biru kepresidenan Korsel dan mengambil sejumlah foto, menurut militer Korsel.
Sistem anti-drone merupakan bagian dari langkah Korsel untuk menyalurkan sumber daya guna melakukan modernisasi militer miliknya bahkan saat pihaknya berupaya meredakan ketegangan dengan Korut melalui pembicaraan.
Secara teknis dua Korea masih dalam status perang sejak Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Sumber: Reuters
Baca juga: Satu "drone" lagi ditemukan di gunung Korsel
Baca juga: Nelayan Korsel temukan diduga "drone" Korut
Baca juga: AS kerahkan drone tempur ke Korea Selatan
Sistem, bernama Block-I, dirancang untuk mendeteksi sekaligus menghancurkan 'drone' berukuran kecil dan pesawat lainnya dengan mengunci pisau optik tak terlihat pada target dari jarak dekat, menurut Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA).
"Kami ingin mempercanggih sistem tersebut sehingga mampu mencegat pesawat tempur dan juga satelit," kata pejabat senior DAPA, Song Chang-joon dalam satu pernyataan.
Sebuah 'drone' milik Korea Utara ditemukan pada 2017 di wilayah bagian Korea Selatan di Zona Demiliterisasi yang memisahkan dua Korea.
Sekitar 550 gambar situs sistem pertahanan anti-rudal ditemukan dari 'drone' tersebut, kata pejabat Korsel.
Pada 2014 'drone' Korea Utara jatuh saat hendak kembali ke negaranya setelah melancarkan misi pengintaian termasuk terbang langsung di Gedung Biru kepresidenan Korsel dan mengambil sejumlah foto, menurut militer Korsel.
Sistem anti-drone merupakan bagian dari langkah Korsel untuk menyalurkan sumber daya guna melakukan modernisasi militer miliknya bahkan saat pihaknya berupaya meredakan ketegangan dengan Korut melalui pembicaraan.
Secara teknis dua Korea masih dalam status perang sejak Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Sumber: Reuters
Baca juga: Satu "drone" lagi ditemukan di gunung Korsel
Baca juga: Nelayan Korsel temukan diduga "drone" Korut
Baca juga: AS kerahkan drone tempur ke Korea Selatan
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019
Tags: