Universitas Riau bentuk tim satgas siaga bencana asap 2019
16 September 2019 18:36 WIB
Warga beraktivitas mengenakan masker akibat asap dari karhutla menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Minggu (15/9/2019). Dinas Kesehatan setempat menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. ANTARA FOTO/Rony Muharrman/pras.
Kota Pekanbaru (ANTARA) - Universitas Riau (UNRI), membuka Tim Satgas siaga bencana asap 2019 sebagai bentuk kepedulian perguruan tinggi negeri itu agar api tidak lagi makin meluas membakar hutan dan lahan.
"Tim Satgas, adalah suatu lembaga koordinatif dan responsif, yang beranggotakan gabungan dari kelembagaan yang ada di UR terkait kebakaran hutan dan lahan. Tim ini diketuai Prof Dr Iwantono MPhil Wakil Rektor III," kata Rektor UR Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA, kepada wartawan di Pekanbaru, Senin.
Menurut dia, Tim satgas yang bertugas sebagai bagian dari implementasi tridarma perguruan tinggi itu nantinya bekerja lebih mengarahkan pada upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan, dengan menjaring sejumlah relawan yang akan turun ke lapangan menekan kebakaran jangan sampai meluas lagi.
Ia menyebutkan, terkait kebakaran hutan dan lahan yang sudah terjadi kini, sebelumnya Tim Satgas UR dan Pusat Studi Bencana UR sudah memberikan peringatan pada Pemerintah Provinsi Riau, karena berdasarkan penelitian tim pusat studi bencana, musim kemarau tahun 2019 lebih panjang.
"Dengan panjangnya musim kemarau yang melanda Riau, dikaitkan dengan potensi gambut yang mudah terbakar sehingga rawan terjadi lagi kabut asap dan selain itu UNRI juga telah melakukan riset tentang pencegahan kebakaran hutan dan lahan itu antara lain dengan penyekatan kanal," katanya.
UNRI pada tahun sebelumnya telah bekerja sama dengan pihak pihak terkait untuk melakukan penyekatan kanal. "Alhamdulilah di beberapa daerah yang sudah dilakukan pembangunan kanal diyakini tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan itu," katanya.
Namun demikian, kendati masih ada daerah yang belum membangun sekat kanal, tetap kita imbau saat pembukaan lahan tanpa membakar, dan semua komponen harus bergerak memberikan berprilaku tanpa membakar hutan dan lahan.
"Jadi idealnya konsep pencegahan karhutla yang digagas UNRI tetap mengacu pada upaya menjaga ketersediaan air, menjaga sekat kanal, memelihara lahan gambut, melaksanakan kegiatan perkebunan baru tanpa membakar," katanya.
Setelah musibah ini muncul, katanya lagi, UNRI juga turut memberikan bantuan kemanusiaan bidang kesehatan melalui RS UNRI yang terbuka selama 24 jam bagi warga kampus dan warga lainnya.
Ketua Pusat Studi UNRI, Sigit Sutikno mengatakan bahwa dalam penanganan Karlahut, Pusat Studi Bencana UNRI telah bekerja sama dengan Kyoto University, terutama tentang penanganan karhutla.
"Pusat studi bencana sejauh ini sudah memberikan masukan dan inisiasi kepada pemerintah pusat dalam penanganan dan pencegahan karhutla, dan itu semua menjadi model dan dilaksanakan secara nasional," kata Sigit.
Baca juga: 14 posko kesehatan siaga antisipasi dampak kabut asap di Pekanbaru
Baca juga: Kabut asap masih pekat, Disdik Pekanbaru perpanjang libur sekolah
Baca juga: Puskesmas di Riau beroperasi 24 jam siaga asap
"Tim Satgas, adalah suatu lembaga koordinatif dan responsif, yang beranggotakan gabungan dari kelembagaan yang ada di UR terkait kebakaran hutan dan lahan. Tim ini diketuai Prof Dr Iwantono MPhil Wakil Rektor III," kata Rektor UR Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA, kepada wartawan di Pekanbaru, Senin.
Menurut dia, Tim satgas yang bertugas sebagai bagian dari implementasi tridarma perguruan tinggi itu nantinya bekerja lebih mengarahkan pada upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan, dengan menjaring sejumlah relawan yang akan turun ke lapangan menekan kebakaran jangan sampai meluas lagi.
Ia menyebutkan, terkait kebakaran hutan dan lahan yang sudah terjadi kini, sebelumnya Tim Satgas UR dan Pusat Studi Bencana UR sudah memberikan peringatan pada Pemerintah Provinsi Riau, karena berdasarkan penelitian tim pusat studi bencana, musim kemarau tahun 2019 lebih panjang.
"Dengan panjangnya musim kemarau yang melanda Riau, dikaitkan dengan potensi gambut yang mudah terbakar sehingga rawan terjadi lagi kabut asap dan selain itu UNRI juga telah melakukan riset tentang pencegahan kebakaran hutan dan lahan itu antara lain dengan penyekatan kanal," katanya.
UNRI pada tahun sebelumnya telah bekerja sama dengan pihak pihak terkait untuk melakukan penyekatan kanal. "Alhamdulilah di beberapa daerah yang sudah dilakukan pembangunan kanal diyakini tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan itu," katanya.
Namun demikian, kendati masih ada daerah yang belum membangun sekat kanal, tetap kita imbau saat pembukaan lahan tanpa membakar, dan semua komponen harus bergerak memberikan berprilaku tanpa membakar hutan dan lahan.
"Jadi idealnya konsep pencegahan karhutla yang digagas UNRI tetap mengacu pada upaya menjaga ketersediaan air, menjaga sekat kanal, memelihara lahan gambut, melaksanakan kegiatan perkebunan baru tanpa membakar," katanya.
Setelah musibah ini muncul, katanya lagi, UNRI juga turut memberikan bantuan kemanusiaan bidang kesehatan melalui RS UNRI yang terbuka selama 24 jam bagi warga kampus dan warga lainnya.
Ketua Pusat Studi UNRI, Sigit Sutikno mengatakan bahwa dalam penanganan Karlahut, Pusat Studi Bencana UNRI telah bekerja sama dengan Kyoto University, terutama tentang penanganan karhutla.
"Pusat studi bencana sejauh ini sudah memberikan masukan dan inisiasi kepada pemerintah pusat dalam penanganan dan pencegahan karhutla, dan itu semua menjadi model dan dilaksanakan secara nasional," kata Sigit.
Baca juga: 14 posko kesehatan siaga antisipasi dampak kabut asap di Pekanbaru
Baca juga: Kabut asap masih pekat, Disdik Pekanbaru perpanjang libur sekolah
Baca juga: Puskesmas di Riau beroperasi 24 jam siaga asap
Pewarta: Frislidia
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: