Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ditutup melemah terseret peningkatan tensi di Timur Tengah yang memicu kenaikan harga minyak dunia.
Rupiah ditutup melemah 75 poin atau 0,54 persen menjadi Rp14.042 per dolar AS dari sebelumnya Rp13.967 per dolar AS.
"Perkembangan di Timur Tengah kembali memanas akibat salah satu kilang minyak di Arab Saudi milik Saudi Aramco diserang. Dan Iran yang dijadikan kambing hitam," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Senin.
Kenaikan harga minyak membawa sentimen negatif bagi rupiah, mengingat Indonesia adalah negara net importir minyak.
Jika harga minyak naik, maka biaya impor migas bakal semakin mahal. Artinya akan semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk impor migas dan membuat tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) meningkat.
"Saat devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret, maka fondasi penyokong rupiah menjadi rapuh karena bergantung kepada portofolio di sektor keuangan atau hot money yang bisa datang dan pergi sesuka hati. Oleh karena itu, rupiah akan rentan melemah," kata Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp13.996 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.990 per dolar AS hingga Rp14.055 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.020 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.950 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah awal pekan melemah dibayangi sentimen eksternal
Baca juga: Dolar jatuh setelah serangan terhadap fasilitas minyak Saudi
Baca juga: Harga minyak melonjak usai serangan terhadap fasilitas Saudi
Rupiah ditutup melemah terseret tensi di Timur Tengah
16 September 2019 17:14 WIB
Mata uang rupiah dan dolar AS. ANTARA/Shutterstock/pri
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: