Ironisnya, Vietnam sendiri mendapatkan pasokan produk perikanan dari Indonesia.
“KKP proyeksi tahun 2020 ekspor kita 5,9 miliar dolar AS. Vietnam tahun lalu 8,9 miliar dolar AS. Tahun ini mungkin sudah 10 miliar dan tahun depan sudah belasan miliar dolar. Ini ironis, kita sumber daya banyak tapi Vietnam (ekspornya) lebih besar,” kata Direktur Utama Perum Perindo Risyanto Suanda dalam bincang-bincang di Jakarta, Senin.
Baca juga: KKP: Keikutsertaan di JISTE tingkatkan ekspor perikanan ke Jepang
Baca juga: KKP yakin sentra perikanan bakal gairahkan ekonomi perbatasan
Risyanto menuturkan besarnya ekspor produk perikanan Vietnam memang hasil reekspor. Negara itu membeli produk perikanan dari Indonesia, Thailand dan negara lain di Asia Tenggara untuk kemudian diolah dan diekspor ke AS dan Eropa.
“Sementara penetrasi kita ke AS dan Eropa itu masih kurang karena handling processing (pengolahan) kita masih kurang,” katanya.
Untuk bisa diekspor ke Eropa atau AS, produk perikanan Indonesia harus lolos standar badan makanan AS FDA dan BRC untuk Eropa. Namun, untuk bisa lolos, setiap produk harus memenuhi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) tipe A.
Selain sulit mendapatkan HACCP tipe A, menurut Risyanto, konsistensi untuk menjaga proses pengolahan sesuai standar tersebutlah yang cukup sulit dipenuhi.
Baca juga: Ekspor serentak hasil perikanan tunjukkan kekuatan kelautan Indonesia
“Kita masih lemah di pengolahan. Vietnam kuat di situ. Makanya mereka dipercaya suplai pasar AS dan Eropa,” katanya.
Selain standar pengolahan yang lebih baik, Risyanto mengatakan faktor lain yang mendukung berkembangnya ekspor Vietnam adalah dukungan diaspora mereka di AS.
Berdasarkan diskusinya dengan sejumlah pengusaha Vietnam, ternyata diaspora merekalah yang menjadi pembuka distribusi produk Vietnam di pasar AS.
Baca juga: Dari lima kota ini serentak ekspor 8,9 ribu ton hasil perikanan
Asisten Deputi Usaha Industri Agro dan Farmasi I Kementerian BUMN Imam Paryanto, dalam kesempatan yang sama, mengatakan sistem pengolahan produk perikanan di Vietnam memang jauh lebih maju dibanding Indonesia.
“Maka strateginya adalah bagaimana agar kita mengolahnya juga harus certified (tersertifikasi), kemudian pengolahannya juga ditambah,” katanya.
Lemahnya sisi pengolahan itulah, lanjut Imam, yang akan diperbaiki pemerintah dengan mendorong agar BUMN perikanan bisa bersinergi. Pasalnya, dengan pangsa pasar yang besar ini, suplai harus tetap bisa dipenuhi.