Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ini melemah dibayangi sentimen negatif dari eksternal.

Pada pukul 11.32 WIB, rupiah melemah 73 poin atau 0,53 persen menjadi Rp14.040 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya yaitu Rp13.967 per dolar AS.

"Pelemahan rupiah karena ada faktor geopolitik, terkait dengan serangan terhadap Aramco," kata analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Senin.

Baca juga: Respons positif perdagangan AS-China, rupiah akhir pekan menguat

Kelompok gerilyawan Yaman yang bersekutu dengan Iran, Al-Houthi, pada Sabtu (14/9) menyerang dua instalasi minyak Arab Saudi, Aramco, termasuk instalasi terbesar pemrosesan minyak di dunia, sehingga menyulut kebakaran.

Peristiwa tersebut terjadi setelah serangan lintas-perbatasan terhadap instalasi minyak Arab Saudi dan tanker minyak di perairan Teluk.

"Selain itu, rupiah juga dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter, baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang," ujar Rully.

Sementara itu, dari dalam negeri, neraca perdagangan Agustus yang diprediksi surplus dapat menjadi sentimen positif bagi nilai tukar.

"Kami prediksi surplus tapi relatif kecil, sekitar 80-90 juta dolar. Pasar ekspektasinya di atas 100 juta dolar," kata Rully.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.020 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.950 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah Senin pagi melemah 43 poin
Baca juga: Darmin pastikan penguatan rupiah sinyal positif kondisi global