BPIP: Kerukunan Indonesia dibangun dari mencintai ibunya
14 September 2019 12:45 WIB
Peragaan busana bertemakan nusantara yang diperagakan pemudi Bengkulu dalam rangkaian acara Menyusuri Ajar Ibu, Dialog dan Metalog Antargenerasi Kalangan Perempuan yang digelar BPIP di Bengkulu, Jumat (13/9/2019). ANTARA/Abdu Faisal/am.
Bengkulu (ANTARA) - Direktur Pembudayaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Irene Camelyn Sinaga mengatakan kerukunan Indonesia dapat dibangun jika seseorang mencintai ibunya.
"Kita ibaratkan Indonesia ini adalah Ibu, dan ibaratkan kita semua adalah anak-anaknya," ujar Irene, Sabtu.
Ibu bagi sebagian orang merupakan anugerah yang diciptakan Tuhan untuk melahirkan cinta kasih pada anaknya. Tidak ada anak yang lahir dari dua rahim ibu berbeda. Anak boleh menuliskan apa yang dia suka dari ibu, dan apa yang tidak disukai dari ibu.
"Tanah air adalah ibu pertiwi. Kita mesti melihat sekelilingnya. Apa yang kita bisa lakukan untuk sang Ibu. Saya yakin kalian semua tulus, tulus untuk membangun keluarga. Begitulah namanya cinta," ujar Irene kepada peserta acara Menyusuri Ajar Ibu, Dialog dan Metalog Antargenerasi Kalangan Perempuan yang digelar di Bengkulu.
Sebagian menganggap bahwa ia adalah suatu objek eksploitasi yang harus didorong untuk menemukan kemerdekaan dan peran sosialnya.
"Namun Bhinneka Tunggal Ika, adalah semboyan yang mengatakan meski ada perbedaan yang harus kita hargai di dalam bangsa ini. Kita mencintai perbedaan bukan perpecahan," katanya.
Kaum perempuan memegang peranan penting dalam menjalankan dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibahas secara mendalam kegiatan Menyusuri Ajar Ibu, Dialog dan Metalog Antargenerasi Kalangan Perempuan yang digelar pada Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Kota Bengkulu, Jumat (13/9).
Suasana menjadi sendu tatkala peserta yang didominasi perempuan Bengkulu itu saling berbagi kisah dalam kehidupan berkeluarganya. Hubungan antara ibu dan anak, anak dengan ibunya. Menurut Irene, dari situlah metalog dilakukan agar kerukunan antarbangsa bisa terbangun.
"Metalog itu sebenarnya adalah investigasi. Yang mau dicapai adalah kesepakatan bahwa kita rukun dulu, bermula dari pranata keluarga. Intinya adalah ketika keluarga kuat, negara kuat," ujar Irene.
Bumi Raflesia itu dipilih karena menjadi tempat kelahiran tokoh bangsa, Fatmawati, istri Bung Karno.
Menurut Irene, Fatmawati adalah salah satu sosok perempuan penggerak perjuangan kaum wanita Indonesia lewat kehidupannya sebagai seorang ibu dan ibu negara pertama.
"Banyak nilai-nilai yang ditanamkan Ibu Fatmawati untuk kaum perempuan di Bengkulu, untuk perempuan Indonesia. Lewat ajarnya, dia menguatkan anak-anaknya dan mendampingi masa-masa sulit Bung Karno di zaman perjuangan," ujar Irene.
Irene berharap kaum perempuan dari Bengkulu bisa meneladani sikap-sikap Fatmawati yang menjadi penyejuk di tengah perbedaan pendapat, agama, suku dan budaya di Indonesia.
"Perempuan Bengkulu harus mencegah terjadinya perpecahan dan mengusung nilai gotong royong serta kerukunan seperti Pancasila," kata Irene.
Selain itu, Irene juga mengajak para ibu untuk memberi nasehat tentang nilai Pancasila kepada anak-anak dan generasi muda. Dalam hal ini bukan Pancasila secara tekstual tetapi bagaimana menjalankannya dalan kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Direktur BPIP: Jangan rasa paling benar dalam suku, agama dan pendapat
Baca juga: Seniman sebut Pancasila bukan narasi politik belaka, melainkan kultur
Baca juga: BPIP terus dorong semangat gotong-royong untuk bangun persatuan bangsa
"Kita ibaratkan Indonesia ini adalah Ibu, dan ibaratkan kita semua adalah anak-anaknya," ujar Irene, Sabtu.
Ibu bagi sebagian orang merupakan anugerah yang diciptakan Tuhan untuk melahirkan cinta kasih pada anaknya. Tidak ada anak yang lahir dari dua rahim ibu berbeda. Anak boleh menuliskan apa yang dia suka dari ibu, dan apa yang tidak disukai dari ibu.
"Tanah air adalah ibu pertiwi. Kita mesti melihat sekelilingnya. Apa yang kita bisa lakukan untuk sang Ibu. Saya yakin kalian semua tulus, tulus untuk membangun keluarga. Begitulah namanya cinta," ujar Irene kepada peserta acara Menyusuri Ajar Ibu, Dialog dan Metalog Antargenerasi Kalangan Perempuan yang digelar di Bengkulu.
Sebagian menganggap bahwa ia adalah suatu objek eksploitasi yang harus didorong untuk menemukan kemerdekaan dan peran sosialnya.
"Namun Bhinneka Tunggal Ika, adalah semboyan yang mengatakan meski ada perbedaan yang harus kita hargai di dalam bangsa ini. Kita mencintai perbedaan bukan perpecahan," katanya.
Kaum perempuan memegang peranan penting dalam menjalankan dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibahas secara mendalam kegiatan Menyusuri Ajar Ibu, Dialog dan Metalog Antargenerasi Kalangan Perempuan yang digelar pada Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Kota Bengkulu, Jumat (13/9).
Suasana menjadi sendu tatkala peserta yang didominasi perempuan Bengkulu itu saling berbagi kisah dalam kehidupan berkeluarganya. Hubungan antara ibu dan anak, anak dengan ibunya. Menurut Irene, dari situlah metalog dilakukan agar kerukunan antarbangsa bisa terbangun.
"Metalog itu sebenarnya adalah investigasi. Yang mau dicapai adalah kesepakatan bahwa kita rukun dulu, bermula dari pranata keluarga. Intinya adalah ketika keluarga kuat, negara kuat," ujar Irene.
Bumi Raflesia itu dipilih karena menjadi tempat kelahiran tokoh bangsa, Fatmawati, istri Bung Karno.
Menurut Irene, Fatmawati adalah salah satu sosok perempuan penggerak perjuangan kaum wanita Indonesia lewat kehidupannya sebagai seorang ibu dan ibu negara pertama.
"Banyak nilai-nilai yang ditanamkan Ibu Fatmawati untuk kaum perempuan di Bengkulu, untuk perempuan Indonesia. Lewat ajarnya, dia menguatkan anak-anaknya dan mendampingi masa-masa sulit Bung Karno di zaman perjuangan," ujar Irene.
Irene berharap kaum perempuan dari Bengkulu bisa meneladani sikap-sikap Fatmawati yang menjadi penyejuk di tengah perbedaan pendapat, agama, suku dan budaya di Indonesia.
"Perempuan Bengkulu harus mencegah terjadinya perpecahan dan mengusung nilai gotong royong serta kerukunan seperti Pancasila," kata Irene.
Selain itu, Irene juga mengajak para ibu untuk memberi nasehat tentang nilai Pancasila kepada anak-anak dan generasi muda. Dalam hal ini bukan Pancasila secara tekstual tetapi bagaimana menjalankannya dalan kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Direktur BPIP: Jangan rasa paling benar dalam suku, agama dan pendapat
Baca juga: Seniman sebut Pancasila bukan narasi politik belaka, melainkan kultur
Baca juga: BPIP terus dorong semangat gotong-royong untuk bangun persatuan bangsa
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: