Greenpeace dorong produk alternatif kurangi sampah plastik
13 September 2019 15:22 WIB
FILE FOTO: Warga berada di muara sungai yang tercemar sampah plastik di Pantai Satelit, Desa Tembokrejo, Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (19/4/2019). ANTARA FOTO/Seno/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat lingkungan Greenpeace Muharram Atha Rasyadi mengajak masyarakat untuk mulai menggunakan produk alternatif guna mengurangi jumlah sampah plastik yang saat ini menurutnya sudah parah.
"Sudah parah dan sinyalnya juga sudah banyak. Misalnya paus terdampar, penyu terdampar yang perutnya ditemukan sampah plastik. Masyarakat sudah melihat realitanya baik secara langsung ataupun melalui media," katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Dengan melihat realita tersebut, ia mengatakan masyarakat perlu mulai pelan-pelan mengubah kebiasaan menggantungkan diri dengan penggunaan produk plastik sekali pakai.
Baca juga: Masyarakat harus ubah pola pikir tentang limbah dan sampah
Perubahan tersebut, kata dia, memang sangat menantang, mengingat perilaku masyarakat yang sudah sangat terbiasa menggunakan produk plastik sekali pakai.
Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk mulai pelan-pelan mengganti penggunaan produk plastik sekali pakai tersebut dengan produk alternatif.
"Kita bisa mulai dari hal-hal sederhana dahulu. Dari hal-hal yang sudah banyak sekali alternatifnya, seperti tidak memakai kantong plastik tetapi menggantinya dengan kantong berbahan kain yang lebih ramah lingkungan," katanya.
Selain itu, masyarakat juga bisa mengganti penggunaan sedotan plastik dengan sedotan bambu atau dengan tidak menggunakannnya sama sekali.
Untuk menggantikan penggunaan sterofoam yang biasa disediakan pedagang, masyarakat bisa beralih dengan membawa wadah bekal dari rumah.
"Pelan-pelan bagaimana mengurangi produk-produk yang masih menggunakan plastik sebagai material utamanya," tuturnya.
"Dan tentunya kita juga perlu terus mendukung gerakan baik yang dilakukan pemerintah atau lembaga masyarakat dalam upaya mengurangi sampah plastik, terutama plastik sekali pakai," katanya.
Baca juga: PMI Cianjur ajak masyarakat kurangi penggunaan plastik
Baca juga: Kurangi sampah plastik jadi komitmen pelajar di Malang
Baca juga: GrabFood ajak masyarakat kurangi penggunaan plastik
"Sudah parah dan sinyalnya juga sudah banyak. Misalnya paus terdampar, penyu terdampar yang perutnya ditemukan sampah plastik. Masyarakat sudah melihat realitanya baik secara langsung ataupun melalui media," katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Dengan melihat realita tersebut, ia mengatakan masyarakat perlu mulai pelan-pelan mengubah kebiasaan menggantungkan diri dengan penggunaan produk plastik sekali pakai.
Baca juga: Masyarakat harus ubah pola pikir tentang limbah dan sampah
Perubahan tersebut, kata dia, memang sangat menantang, mengingat perilaku masyarakat yang sudah sangat terbiasa menggunakan produk plastik sekali pakai.
Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk mulai pelan-pelan mengganti penggunaan produk plastik sekali pakai tersebut dengan produk alternatif.
"Kita bisa mulai dari hal-hal sederhana dahulu. Dari hal-hal yang sudah banyak sekali alternatifnya, seperti tidak memakai kantong plastik tetapi menggantinya dengan kantong berbahan kain yang lebih ramah lingkungan," katanya.
Selain itu, masyarakat juga bisa mengganti penggunaan sedotan plastik dengan sedotan bambu atau dengan tidak menggunakannnya sama sekali.
Untuk menggantikan penggunaan sterofoam yang biasa disediakan pedagang, masyarakat bisa beralih dengan membawa wadah bekal dari rumah.
"Pelan-pelan bagaimana mengurangi produk-produk yang masih menggunakan plastik sebagai material utamanya," tuturnya.
"Dan tentunya kita juga perlu terus mendukung gerakan baik yang dilakukan pemerintah atau lembaga masyarakat dalam upaya mengurangi sampah plastik, terutama plastik sekali pakai," katanya.
Baca juga: PMI Cianjur ajak masyarakat kurangi penggunaan plastik
Baca juga: Kurangi sampah plastik jadi komitmen pelajar di Malang
Baca juga: GrabFood ajak masyarakat kurangi penggunaan plastik
Pewarta: Katriana
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: