Investor pasar modal di Sumut masih 0,68 persen dari jumlah penduduk
13 September 2019 04:20 WIB
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Hoesen menjelaskan soal investor pasar modal di Sumut yang masih kecil di acara Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu 2019 di Medan, Kamis (12/9/2019). (Antara Sumut/Evalisa)
Medan (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Hoesen menilai perlu terus sosialisasi pasar modal di Sumatera Utara (Sumut) karena jumlah investornya masih kecil atau 0,68 persen dari total jumlah penduduk provinsi itu.
"Meski terus bertambah, jumlah investor pasar modal di Sumut belum maksimal di tengah potensi yang besar, " ujarnya di Medan, Kamis.
Dia mengatakan itu pada acara Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) 2019 yang digelar OJK Regional 5 Sumbagut bersama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pemangku kepentingan lainnya.
Kegiatan itu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya di daerah tentang informasi aktual perkembangan di pasar modal.
Termasuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam berinvestasi yang cerdas dan aman, serta sebagai bentuk ajakan persuasif kepada masyarakat untuk dapat menjadi investor di pasar modal.
Menurut dia yang didampingi Kepala OJK Kantor Regional 5 Yusuf Ansori, jumlah investor pasar modal di Sumut berjumlah 98.669 dengan rincian 43.494 di sektor saham dan 55.175 di reksa dana.
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Provinsi Sumut pada tahun 2018 yang sebanyak 14.415.391 jiwa, maka jumlah warga yang berinvestasi di sektor pasar modal hanya 0,68 persen.
Dia mengungkapkan, hingga saat ini terdapat 6 emiten saham dan 2 emiten obligasi yang berkantor pusat di Sumut.
Untuk perusahaan efek adai 26 kantor cabang dan 12 Galeri Investasi BEI serta tujuh kantor cabang manajer Investasi.
"Oleh karena itu perlu terus sosilisasi dan dorongan kuat dari semua pemangku kepentingan, " katanya.
Hoesen menjelaskan, berdasarkan survei indeks literasi keuangan tahun 2016, indeks pasar modal nasional sebesar 4,4 persen atau meningkat dari sebelumnya di tahun 2013 yang masih sebesar 3,79 persen.
Adapun untuk indeks inklusi nasional tahun 2016 juga mengalami peningkatan 1,14 persen dari 0,11 persen pada 2013 menjadi 1,25 persen pada 2016.
"Meski terus bertambah, jumlah investor pasar modal di Sumut belum maksimal di tengah potensi yang besar, " ujarnya di Medan, Kamis.
Dia mengatakan itu pada acara Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) 2019 yang digelar OJK Regional 5 Sumbagut bersama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pemangku kepentingan lainnya.
Kegiatan itu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya di daerah tentang informasi aktual perkembangan di pasar modal.
Termasuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam berinvestasi yang cerdas dan aman, serta sebagai bentuk ajakan persuasif kepada masyarakat untuk dapat menjadi investor di pasar modal.
Menurut dia yang didampingi Kepala OJK Kantor Regional 5 Yusuf Ansori, jumlah investor pasar modal di Sumut berjumlah 98.669 dengan rincian 43.494 di sektor saham dan 55.175 di reksa dana.
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Provinsi Sumut pada tahun 2018 yang sebanyak 14.415.391 jiwa, maka jumlah warga yang berinvestasi di sektor pasar modal hanya 0,68 persen.
Dia mengungkapkan, hingga saat ini terdapat 6 emiten saham dan 2 emiten obligasi yang berkantor pusat di Sumut.
Untuk perusahaan efek adai 26 kantor cabang dan 12 Galeri Investasi BEI serta tujuh kantor cabang manajer Investasi.
"Oleh karena itu perlu terus sosilisasi dan dorongan kuat dari semua pemangku kepentingan, " katanya.
Hoesen menjelaskan, berdasarkan survei indeks literasi keuangan tahun 2016, indeks pasar modal nasional sebesar 4,4 persen atau meningkat dari sebelumnya di tahun 2013 yang masih sebesar 3,79 persen.
Adapun untuk indeks inklusi nasional tahun 2016 juga mengalami peningkatan 1,14 persen dari 0,11 persen pada 2013 menjadi 1,25 persen pada 2016.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019
Tags: