PMI-ICRC kenalkan dasar forensik untuk jurnalis dan relawan
13 September 2019 00:11 WIB
Junalis dan relawan PMI saat mengikuti Workshop Basic Forensic Science and Disaster Victim Identification (DVI) yang dilaksanakan di Markas PMI Kota Makasar, Sulsel. (Foto: Palang Merah Indonesia)
Makasar, Sulsel (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) bersama Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar Workshop Basic Forensic Science and Disaster Victim Identification (DVI) bagi jurnalis dan relawan PMI di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
"Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman soal fungsi investigasi DVI dalam melakukan forensik dasar khususnya kepada jurnalis dan relawan PMI sebagai 'first responder' di lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan di Markas PMI Kota Makassar," kata Pengurus PMI Provinsi Sulsel Muji Siswati melalui sambungan telepon, Kamis (12/9).
Baca juga: PMI dan ICRC gelar lokakarya Health Care in Danger
Menurut dia, relawan dan wartawan memiliki peranan penting dalam hal ini. Misalnya, ada jenazah yang ditemukan di lokasi kejadian dan akan di identifikasi oleh pihak kepolisian.
Untuk mempermudah proses forensik, maka sudah sewajarnya mereka harus memahami dan membantu kinerja kepolisian dalam melakukan identifikasi seperti menyelamatkan data korban yang valid.
Baca juga: PMI latih petugas tanggap bencana dari 10 negara ASEAN
Untuk itu, relawan dan jurnalis selain dibekali ilmu forensik dasar, mereka juga melihat secara langsung dalam penanganan korban bencana yang diperagakan secara simulasi.
“Saya berharap dengan terselenggaranya pelatihan ini, para relawan dan jurnalis dapat mengimplementasikan ilmunya ketika saat bekerja di lapangan, sehingga dalam menjalankan tugasnya dapat terus bersinergi," ujarnya.
Baca juga: PMI perkuat relawan terlatih bidang WASH
Sementara itu, Spesialis Forensik Regional ICRC untuk Asia dan Pasifik Eva Bruenisholz mengatakan di dalam kegiatan tersebut, selain teori juga dilaksanakan simulasi forensik.
ICRC melihat bahwa wartawan mempunyai peranan yang sangat penting dalam melaksanakan tugas-tugas jurnalistik, khususnya saat meliput kejadian bencana yang menimbulkan jatuhnya korban jiwa atau meninggal.
Dalam kegiatan itu pihaknya ingin menekankan begitu pentingnya identifikasi jenazah korban. Selain itu begitu pentingnya juga mengetahui identitas keluarga dari korban. Pada intinya bagaimana menekankan pentingnya meringankan beban dari keluarga korban..
"Dalam memperlakukan atau penanganan jenazah harus dengan penuh rasa hormat dan martabat. Saya berkeyakinan jurnalis di Indonesia memiliki etika dalam setiap melaksanakan tugas jurnalistiknya," katanya.
Kepala Bagian Hubungan Media PMI Pusat Anggun Permana Sidiq menambahkan, kegiatan serupa juga pernah dilaksanakan seperti di Sukabumi, Jawa Barat, dan Palu, Sulawesi Tengah. Program yang dilaksanakan ini tidak hanya mengenalkan ilmu dasar DVI tetapi juga untuk merekatkan silaturahmi antara PMI dengan para insan jurnalistik.
Apalagi saat berada di lokasi bencana, relawan PMI dan wartawan selalu bersama-sama bekerja dan melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
"Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman soal fungsi investigasi DVI dalam melakukan forensik dasar khususnya kepada jurnalis dan relawan PMI sebagai 'first responder' di lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan di Markas PMI Kota Makassar," kata Pengurus PMI Provinsi Sulsel Muji Siswati melalui sambungan telepon, Kamis (12/9).
Baca juga: PMI dan ICRC gelar lokakarya Health Care in Danger
Menurut dia, relawan dan wartawan memiliki peranan penting dalam hal ini. Misalnya, ada jenazah yang ditemukan di lokasi kejadian dan akan di identifikasi oleh pihak kepolisian.
Untuk mempermudah proses forensik, maka sudah sewajarnya mereka harus memahami dan membantu kinerja kepolisian dalam melakukan identifikasi seperti menyelamatkan data korban yang valid.
Baca juga: PMI latih petugas tanggap bencana dari 10 negara ASEAN
Untuk itu, relawan dan jurnalis selain dibekali ilmu forensik dasar, mereka juga melihat secara langsung dalam penanganan korban bencana yang diperagakan secara simulasi.
“Saya berharap dengan terselenggaranya pelatihan ini, para relawan dan jurnalis dapat mengimplementasikan ilmunya ketika saat bekerja di lapangan, sehingga dalam menjalankan tugasnya dapat terus bersinergi," ujarnya.
Baca juga: PMI perkuat relawan terlatih bidang WASH
Sementara itu, Spesialis Forensik Regional ICRC untuk Asia dan Pasifik Eva Bruenisholz mengatakan di dalam kegiatan tersebut, selain teori juga dilaksanakan simulasi forensik.
ICRC melihat bahwa wartawan mempunyai peranan yang sangat penting dalam melaksanakan tugas-tugas jurnalistik, khususnya saat meliput kejadian bencana yang menimbulkan jatuhnya korban jiwa atau meninggal.
Dalam kegiatan itu pihaknya ingin menekankan begitu pentingnya identifikasi jenazah korban. Selain itu begitu pentingnya juga mengetahui identitas keluarga dari korban. Pada intinya bagaimana menekankan pentingnya meringankan beban dari keluarga korban..
"Dalam memperlakukan atau penanganan jenazah harus dengan penuh rasa hormat dan martabat. Saya berkeyakinan jurnalis di Indonesia memiliki etika dalam setiap melaksanakan tugas jurnalistiknya," katanya.
Kepala Bagian Hubungan Media PMI Pusat Anggun Permana Sidiq menambahkan, kegiatan serupa juga pernah dilaksanakan seperti di Sukabumi, Jawa Barat, dan Palu, Sulawesi Tengah. Program yang dilaksanakan ini tidak hanya mengenalkan ilmu dasar DVI tetapi juga untuk merekatkan silaturahmi antara PMI dengan para insan jurnalistik.
Apalagi saat berada di lokasi bencana, relawan PMI dan wartawan selalu bersama-sama bekerja dan melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019
Tags: