Habibie wafat - Ketua PGI puji Habibie sebagai pembuka keran demokrasi
11 September 2019 20:10 WIB
Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Albertus Patty di Istana Kepresidenan usai bertemu Presiden Joko Widodo, Jakarta, Rabu (18/1/2019). ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/aa.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Albertus Patty menyebut mendiang Presiden RI ketiga Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai sosok yang membuka keran demokrasi di Indonesia.
"Dia membuka proses demokrasi pertama kali di Indonesia. Dia yang memulainya," ujar Pendeta Albertus ketika dihubungi oleh Antara di Jakarta pada Rabu malam.
Selain memuji Habibie sebagai negarawan, Albertus juga menyebut dia membuka mata masyarakat Indonesia untuk menjadi bangsa yang pintar dan melek teknologi.
Baca juga: Habibie wafat - Mensesneg menyatakan Hari Berkabung Nasional
Baca juga: Habibie wafat - Warga Gorontalo berduka
Albertus mengucapkan turut berduka cita atas kepergian Habibie dan menyebutnya sebagai tidak saja kehilangan besar bangsa Indonesia tapi juga gereja secara khususnya.
Spirit demokrasi yang dimulai Habibie, ujar Albertus, juga berperan besar dalam kehidupan beragama di Indonesia. Dia menyebut Habibie, yang pernah belajar di negara yang sarat etos Kekristenan, Jerman, sebagai sosok yang terbuka.
"Pak Habibie orang yang sangat open, terbuka dalam kehidupan beragama," tegasnya.
B.J. Habibie meninggal dunia dalam usia 83 tahun pukul 18.05 di RSPAD Gatot Subroto di Jakarta pada Rabu. Menurut putranya, Thareq Kemal Habibie, dia berpulang karena faktor usia.
Habibie meninggal dunia di kelilingi oleh keluarga terdekat termasuk kedua putranya dan cucu-cucunya.
"Sampai titik terakhir saya masih ada di situ, tapi hari ini pada tanggal 11 September 2019 jam 18 lebih lima, Presiden RI Ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie, sudah meninggal," ujar Thareq.
Baca juga: Habibie wafat - Mendikbud : Indonesia kehilangan tokoh inspiratif
"Dia membuka proses demokrasi pertama kali di Indonesia. Dia yang memulainya," ujar Pendeta Albertus ketika dihubungi oleh Antara di Jakarta pada Rabu malam.
Selain memuji Habibie sebagai negarawan, Albertus juga menyebut dia membuka mata masyarakat Indonesia untuk menjadi bangsa yang pintar dan melek teknologi.
Baca juga: Habibie wafat - Mensesneg menyatakan Hari Berkabung Nasional
Baca juga: Habibie wafat - Warga Gorontalo berduka
Albertus mengucapkan turut berduka cita atas kepergian Habibie dan menyebutnya sebagai tidak saja kehilangan besar bangsa Indonesia tapi juga gereja secara khususnya.
Spirit demokrasi yang dimulai Habibie, ujar Albertus, juga berperan besar dalam kehidupan beragama di Indonesia. Dia menyebut Habibie, yang pernah belajar di negara yang sarat etos Kekristenan, Jerman, sebagai sosok yang terbuka.
"Pak Habibie orang yang sangat open, terbuka dalam kehidupan beragama," tegasnya.
B.J. Habibie meninggal dunia dalam usia 83 tahun pukul 18.05 di RSPAD Gatot Subroto di Jakarta pada Rabu. Menurut putranya, Thareq Kemal Habibie, dia berpulang karena faktor usia.
Habibie meninggal dunia di kelilingi oleh keluarga terdekat termasuk kedua putranya dan cucu-cucunya.
"Sampai titik terakhir saya masih ada di situ, tapi hari ini pada tanggal 11 September 2019 jam 18 lebih lima, Presiden RI Ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie, sudah meninggal," ujar Thareq.
Baca juga: Habibie wafat - Mendikbud : Indonesia kehilangan tokoh inspiratif
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: