"Kerugian paling besar diakibatkan bencana gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Sumur, Banten berkekuatan 6,9 Skala Richter (SR) yang merusak puluhan rumah pada 2 Agustus lalu," kata Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna di Sukabumi, Rabu.
Dikatakan, pada Agustus 2019 gempa bumi terjadi hingga 22 kali namun paling parah saat gempa yang berpusat di Banten. Sumbangan terbesar kerugian akibat bencana lainnya tidak hanya dari gempa bumi saja, tetapi kasus kebakaran juga mengakibatkan kerugian yang cukup besar.
Baca juga: Bencana pergeseran tanah di Kampung Gunungbatu Sukabumi semakin parah
Di Agustus terjadi 19 kasus kebakaran, tingginya kerugian akibat bencana tersebut karena biasanya rumah rusak berat dan tidak bisa dihuni lagi dan pemiliknya harus mengungsi. Ditambah bencana kekeringan akibat kemarau panjang yang terjadi 22 kasus.
Pada bulan lalu pun terjadi beberapa kasus bencana lainnya seperti longsor ada enam kasus dan bencana lain-lain sebanyak enam kejadian. Seluruh warga yang terdampak atau menjadi korban bencana khususnya rumahnya yang rusak sudah mendapatkan bantuan darurat.
Bantuan yang diberikan tergantung dari kebutuhan dan jenis bencana, mulai dari bantuan makanan, perlengkapan makan, tidur dan mandi serta ada juga yang diberikan bantuan berupa bahan bangunan yang biasanya untuk korban bencana kebakaran maupun gempa bumi yang rumahnya rusak berat dan sedang.
Baca juga: Puluhan rumah di Sukabumi rusak diterjang bencana alam
"Untuk jumlah warga yang terdampak bencana sebanyak 50 kepala keluarga atau 147 jiwa dan yang mengungsi 28 KK atau 89 jiwa, namun tidak ada korban jiwa akibat bencana sepanjang Agustus lalu hanya beberapa warga mengalami luka-luka," tambahnya.
Daeng mengatakan untuk September ini bencana didominasi kasus kebakaran permukiman warga, hutan dan lahan. Bahkan, beberapa hari lalu pihaknya menerima laporan hutan dan lahan yang berada di Gunung Walat Cibadak mengalami kebakaran.
Kebakaran rumah yang terjadi biasanya dikarenakan hubungan arus pendek listrik, sementara untuk karhutla disebabkan beberapa faktor seperti adanya pembakaran lahan pertanian yang apinya merembet sehingga kebakaran meluas.
Maka dari itu, secara rutin pihaknya mengimbau agar warga tidak melakukan aktivitas yang bisa memicu kebakaran, apalagi pada musim kemarau ini kondisi lahan, hutan dan permukiman kering sehingga jika terjadi kebakaran api bisa dengan cepat menjalar.
Baca juga: Puluhan bencana melanda Sukabumi sepanjang April
Baca juga: 73 rumah rusak berat akibat bencana pergeseran tanah di Sukabumi