Kemhan kembali menjadi tuan rumah Rakernas Dekranas
11 September 2019 00:38 WIB
Pembukaan Rakernas Dekranas ditandai dengan pemukulan alat musik talempong oleh Ketua Umum Dekranas Ibu Mufidah Jusuf Kalla (tengah) yang didampingi Ibu Nora Ryamizard Ryacudu (kiri) dan Ibu Erni Tjahjo Kumolo (kanan), di Gedung Kemhan, Jakarta, Selasa (10/9/2019). (Biro Humas Kemhan)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertahanan (Kemhan) kembali menjadi tuan rumah Rapat Kerja Nasional Dewan Kerajinan Nasional (Rakernas Dekranas) Tahun 2019 yang digelar di Gedung AH Nasution Kemhan RI, Jakarta, Selasa.
Menhan RI Ryamizard Ryacudu selaku tuan rumah berkesempatan menyambut Ketua Umum Dekranas yang juga Ibu Kerajinan Nasional Ibu Mufidah Jusuf Kalla dan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Pembukaan Rakernas Dekranas ditandai dengan pemukulan alat musik talempong oleh Ketua Umum Dekranas Ibu Mufidah Jusuf Kalla yang didampingi Ibu Nora Ryamizard Ryacudu dan Ibu Erni Tjahjo Kumolo.
Ketua Umum Dekranas, Mufidah Jusuf Kalla dalam keterangan tertulisnya, bahwa Dekranas merupakan lembaga mitra pemerintah khususnya dalam membina dan mengembangkan produk kerajinan yang bernilai budaya menjadi produk bernilai ekonomi, yang dapat mengangkat harkat dan martabat perajin Indonesia.
"Hasil perajin saat ini telah menjadi salah satu penyumbang perekonomian dari sektor ekonomi kreatif, fesyen dan kuliner," kata Mufidah.
Rakernas itu sendiri mengangkat tema "Bekerja dengan Hati untuk Memajukan Kerajinan Indonesia", yang mengandung makna yaitu bertekad, bekerja keras, ikhlas tanpa pamrih untuk memajukan produk kerajinan guna memenangkan persaingan di pasar global.
Kerajinan tumbuh sangat bervariasi dari skala mikro kecil sampai skala menengah dengan berbagai kendala yang ada seperti pemasaran, permodalan dan teknik produksi.
Beberapa produk sudah berhasil menembus pasar ekspor, namun persaingan di pasar global semakin ketat.
Untuk itu, diperlukan upaya nyata untuk mendorong perajin agar dapat bersaing di pasar global.
Peran Dekranas dan Dekranasda sangat diperlukan terutama dalam peningkatan kompetensi sumber daya manusia perajin serta program pembinaan yang tepat sehingga pada gilirannya dapat menghasilkan produk kerajinan yang kreatif, berkualitas berbasis tradisi dan warisan budaya yang menguasai pasar dalam negeri dan internasional.
Oleh karena itu, Mufidah mengajak seluruh peserta untuk meningkatkan kemampuan sumber daya, kreatifitas dan teknologi untuk memenuhi selera pasar yang diminati dan memiliki daya saing di pasar nasional dan global.
"Semoga pencerahan yang diberikan nara sumber dalam Dekranas dapat dijadikan bekal bagi Dekranas dan Dekranasda untuk memaksimalkan produk kerajinan," katanya.
Sementara itu, Presiden ke-5 Megawati saat memberikan pencerahan kepada peserta Dekranas mengenai "Hak Kekayaan Intelektual" menjelaskan akan pentingnya hak paten masuk dalam sebuah ilmu yaitu hak kekayaan intelektual.
Pada prinsipnya hak paten akan bisa dilakukan secara lokal dan internasional. Sebaiknya produk-produk dipatenkan dari hulu ke hilir untuk menghindari pemalsuan produk.
Oleh karena itu, kata Megawati, perlu adanya kerja sama dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM dengan harapan dapat menggerakkan para perajin mengingat pesaing terberat Indonesia saat ini dalam masalah HAKI adalah Thailand, Vietnam dan Myanmar.
Menhan RI Ryamizard Ryacudu selaku tuan rumah berkesempatan menyambut Ketua Umum Dekranas yang juga Ibu Kerajinan Nasional Ibu Mufidah Jusuf Kalla dan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Pembukaan Rakernas Dekranas ditandai dengan pemukulan alat musik talempong oleh Ketua Umum Dekranas Ibu Mufidah Jusuf Kalla yang didampingi Ibu Nora Ryamizard Ryacudu dan Ibu Erni Tjahjo Kumolo.
Ketua Umum Dekranas, Mufidah Jusuf Kalla dalam keterangan tertulisnya, bahwa Dekranas merupakan lembaga mitra pemerintah khususnya dalam membina dan mengembangkan produk kerajinan yang bernilai budaya menjadi produk bernilai ekonomi, yang dapat mengangkat harkat dan martabat perajin Indonesia.
"Hasil perajin saat ini telah menjadi salah satu penyumbang perekonomian dari sektor ekonomi kreatif, fesyen dan kuliner," kata Mufidah.
Rakernas itu sendiri mengangkat tema "Bekerja dengan Hati untuk Memajukan Kerajinan Indonesia", yang mengandung makna yaitu bertekad, bekerja keras, ikhlas tanpa pamrih untuk memajukan produk kerajinan guna memenangkan persaingan di pasar global.
Kerajinan tumbuh sangat bervariasi dari skala mikro kecil sampai skala menengah dengan berbagai kendala yang ada seperti pemasaran, permodalan dan teknik produksi.
Beberapa produk sudah berhasil menembus pasar ekspor, namun persaingan di pasar global semakin ketat.
Untuk itu, diperlukan upaya nyata untuk mendorong perajin agar dapat bersaing di pasar global.
Peran Dekranas dan Dekranasda sangat diperlukan terutama dalam peningkatan kompetensi sumber daya manusia perajin serta program pembinaan yang tepat sehingga pada gilirannya dapat menghasilkan produk kerajinan yang kreatif, berkualitas berbasis tradisi dan warisan budaya yang menguasai pasar dalam negeri dan internasional.
Oleh karena itu, Mufidah mengajak seluruh peserta untuk meningkatkan kemampuan sumber daya, kreatifitas dan teknologi untuk memenuhi selera pasar yang diminati dan memiliki daya saing di pasar nasional dan global.
"Semoga pencerahan yang diberikan nara sumber dalam Dekranas dapat dijadikan bekal bagi Dekranas dan Dekranasda untuk memaksimalkan produk kerajinan," katanya.
Sementara itu, Presiden ke-5 Megawati saat memberikan pencerahan kepada peserta Dekranas mengenai "Hak Kekayaan Intelektual" menjelaskan akan pentingnya hak paten masuk dalam sebuah ilmu yaitu hak kekayaan intelektual.
Pada prinsipnya hak paten akan bisa dilakukan secara lokal dan internasional. Sebaiknya produk-produk dipatenkan dari hulu ke hilir untuk menghindari pemalsuan produk.
Oleh karena itu, kata Megawati, perlu adanya kerja sama dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM dengan harapan dapat menggerakkan para perajin mengingat pesaing terberat Indonesia saat ini dalam masalah HAKI adalah Thailand, Vietnam dan Myanmar.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019
Tags: