Beijing (ANTARA News) - China sepekan ini menggelar latihan antiteror sebagai antisipasi menjelang pelaksanaan Olimpiade Beijing 2008, di antaranya dengan simulasi menghadapi serangan senjata kimia dan pembajakan, kata media pemerintah setempat, Kamis. Kementerian keamanan publik mengatakan, latihan dengan nama sandi "Tembok Raksasa 5" itu dirancang untuk mengantisipasi jika benar-benar terjadi serangan. Latihan tersebut digelar di stadion-stadion tempat-tempat penyelenggara Olimpiade. "Latihan ini menggunakan tempat, waktu, orang-orang dan peralatan yang sebenarnya, untuk menguji kecepatan reaksi dan koordinasi," tulis kantor berita Xinhua mengutip sumber di kementrian itu. Para pejabat tinggi China dan pakar internasional mengatakan bahwa Beijing bisa menjadi target aksi terorisme selama berlangsungnya Olimpiade pada 8-24 Agustus. China telah memobilisir pasukan antiteror dengan jumlah personil hampir 100.000. Satu tim penjinak bom dan 200 anjing pelacak akan berpatroli di tempat-tempat penting, termasuk stadion-stadion, pusat logistik, bandara dan tempat tamu VIP. Latihan dilakukan mulai Rabu berupa simulasi menghadapi serangan senjata kimia pada stadion bolavoli, dimana petugas harus mengevakuasi sekitar 400 orang, tulis Xinhua. Dalam simulasi itu, para penonton berhamburan ke luar stadion dalam hitungan menit dan bahan kimia dapat dibersihkan sebelum satu jam. China sangat menekankan faktor keamanan dalam pelaksanaan Olimpiade nanti. Menteri keamanan publik Meng Jianzhu bulan lalu mengatakan bahwa terorisme adalah ancaman terbesar bagi Olimpiade, dimana ancaman utama datang dari separatis Muslim provinsi Xinjiang. Beijing dikritik telah memainkan isu teroris sebagai alasan untuk menumpas kelompok yang berseberangan. AS, Inggris dan Interpol telah mengeluarkan peringatan bepergian dengan menyebutkan bahwa Olimpiade berpotensi menjadi target serangan. China juga mengantisipasi kemungkinan gangguan dari para aktivis yang akan melakukan unjuk rasa memprotes kebijakan China atas Tibet, dukungan terhadap Sudan dalam kasus Darfur, serta soal HAM. Sejak kasus Tibet, China memperketat penerbitan visa bagi tamu asing dan membatalkan sejumlah kegiatan berskala besar menjelang Olimpiade. Pekan lalu Pemerintah China dan panitia Olimpiade Beijing mengeluarkan peraturan bagi tamu asing, antara lain mengingat bahwa mereka bisa dijebloskan ke penjara jika ikut dalam unjuk rasa ilegal di jalanan. Dalam kurung waktu setahun menjelang Olimpiade, depan aktivis asing pro Tibet sempat ditahan setelah ikut dalam unjuk rasa. (*)