Pekanbaru (ANTARA) - Asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) makin pekat terlihat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, sehingga jarak pandang turun drastis pada Selasa pagi.

“Jarak pandang di Pekanbaru sempat turun ke 800 meter pada pukul 08.00 WIB,” kata Staf Analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sanya Gautami kepada ANTARA di Pekanbaru, Selasa.

Asap atau jerebu pada Selasa pagi terlihat lebih pekat dibandingkan hari sebelumnya. Sanya mengatakan jarak pandang turun dari 1 kilometer (Km) pada pukul 07.00 WIB menjadi 800 meter pada pukul 08.00 WIB. Langit terlihat memutih dan pandangan mata jadi kabur.

Baca juga: Pemkot Pekanbaru belum liburkan sekolah meski kualitas udara memburuk

Baca juga: Asap makin pekat, sekolah di Siak Riau diliburkan



“Pada pukul 09.00 WIB jarak pandang membaik jadi 1,5 kilometer,” kata Sanya.

Menurut dia, pekatnya kabut asap disebabkan asap sisa Karhutla di bagian Selatan Kota Pekanbaru terbawa angin. Sedangkan, di Pekanbaru sendiri hembusan angin cenderung pelan hanya berkisar 10 sampai 18 kilometer/jam sehingga partikel asap masih tertahan di udara.

Asap juga menyelimuti daerah lain di Riau dan kondisinya cukup parah. Seperti di Kota Rengat Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) jarak pandang turun jadi 700 meter pada jam 09.00 WIB. Kemudian di Kabupaten Pelalawan jarak pandang juga turun jadi tinggal 800 meter, dan Kampar jarak pandang turun jadi 4 Km, serta Kota Dumai jarak pandang hanya 1 Km.

Berdasarkan data BMKG Pekanbaru, Satelit Terra dan Aqua pada Selasa pagi di Riau terdeteksi 138 titik panas yang jadi indikasi awal Karhutla. Daerah paling banyak titik panas adalah di Indragiri Hilir (Inhil) yakni mencapai 64 titik, kemudian di Pelalawan ada 33 titik, dan Indragiri Hulu (Inhu) ada 18 titik panas.

Kemudian di Kabupaten Kampar ada enam titik, Kuantan SIngingi ada 3 titik, Bengkalis 2 titik, dan Kepulauan Meranti dan Kota Dumai masing-masing ada satu titik.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas karhutla di Riau sejak Januari hingga awal September 2019 sudah lebih dari 30 ribu hektare.

Baca juga: Tiga kabupaten di Sumut diselimuti kabut asap