Pontianak (ANTARA) - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang meliputi Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, semakin pekat pada Selasa pagi.
"Semakin berkabut, terutama pagi-pagi saat mengantar anak ke sekolah, sehingga mau bernapas saja susah, udara terasa pahit meskipun sudah menggunakan masker," kata Vina, warga Kecamatan Pontianak Utara.
"Orang tua saja terasa sulit untuk bernapas, apalagi anak-anak. Kami khawatir kabut asap ini membuat anak-anak menjadi sakit," katanya.
Warga berharap pemerintah kota segera mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengatasi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan serta dampaknya.
"Seperti mengatur jam masuk sekolah agar masuk siang atau lainnya, karena kabut asap tebal biasanya di pagi hari, sekitar pukul 08.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB, kemudian di atas jam itu sudah agak lumayan, tidak berkabut," kata Rangga, warga Pontianak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Supadio-Pontianak menyatakan bahwa hasil pemantauan 8 September pagi hingga 9 September pagi menunjukkan 572 titik panas indikasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat.
Menurut BMKG, titik panas tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Barat kecuali Kota Pontianak. Namun Kota Pontianak ikut merasakan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di daerah tetangga.
Baca juga:
Pontianak segel dan bekukan lahan terbakar
Pontianak siapkan 35 ribu masker antisipasi asap karhutla
Kabut asap pekat meliputi Pontianak
10 September 2019 08:42 WIB
Kabut asap di kawasan Jalan Budi Utomo, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa pagi sekitar pukul 06.30 WIB. (ANTARA/Andilala)
Pewarta: Andilala
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: