Cegah orang ingin bunuh diri dengan kenali tanda-tandanya, sebut ahli
9 September 2019 22:19 WIB
Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi di Kota Bogor, Jawa Barat, salah satu fasilitas kesehatan yang akan melaksanakan pesta demokrasi bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) pada 17 April 2019. (FOTO ANTARA/Aditya Ramadhan)
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kedokteran jiwa dari RSUP Fatmawati dr Dian Pitawati Sp.KJ menganjurkan masyarakat untuk mencegah sesegera mungkin orang yang ingin bunuh diri dengan mengenali tanda-tandanya.
Dalam bincang-bincang di Kementerian Kesehatan Jakarta, Senin, ia mengatakan orang yang memiliki keinginan bunuh diri diawali dengan perubahan sikap secara drastis yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
"Sebenarnya mudah. Lihat teman kita yang sudah ada perubahan 'mood', cenderung sedih, sering menangis, menarik diri, mudah marah, agresivitas yang belum pernah kita lihat sebelumnya," katanya.
Selain itu, kata dia, perhatikan pula ide-ide lain yang berkaitan dengan bunuh diri atau keputusasaan seperti lebih senang memegang pisau, atau menulis surat dan pesan-pesan yang sifatnya putus asa dan lain-lain.
Sebagai seorang teman atau keluarga yang paling dekat dengan seseorang seperti demikian, kata dia, hendaknya jangan menuduh orang tersebut kurang keimanan dan menyuruhnya untuk beribadah lebih giat dan rajin lagi.
Hal yang harus dilakukan, kata dia, adalah mendampinginya dan mendengarkan keluhannya untuk mengurangi beban orang tersebut hingga depresinya berkurang.
"Jika masalah yang dihadapi cukup berat, sebaiknya ditemani untuk datang ke tenaga medis agar mendapat penanganan segera," katanya
Ia tidak menampik bahwa di era teknologi di mana seseorang bebas mengekspresikan dirinya di internet, seseorang yang tengah depresi juga memungkinkan untuk menyuarakan isi hatinya di media sosial.
Jika melihat kondisi seperti demikian, ia menyarankan agar "warganet" yang mengetahui hal tersebut memberikan informasi mengenai lembaga atau organisasi yang memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan jiwa.
"Hotline maupun LSM yang peduli terhadap kesehatan jiwa sudah ada banyak seperti Peduli Remaja Indonesia, Into The Light, dan lain-lain," demikian Dian Pitawati.
Baca juga: WHO: Bunuh diri tewaskan satu orang setiap 40 detik
Baca juga: UI kenalkan program Persebaya cegah bunuh diri remaja
Baca juga: Mengulurkan tangan untuk mencegah bunuh diri
Baca juga: Gangguan Jiwa Penyebab Utama Kasus Bunuh Diri
Dalam bincang-bincang di Kementerian Kesehatan Jakarta, Senin, ia mengatakan orang yang memiliki keinginan bunuh diri diawali dengan perubahan sikap secara drastis yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
"Sebenarnya mudah. Lihat teman kita yang sudah ada perubahan 'mood', cenderung sedih, sering menangis, menarik diri, mudah marah, agresivitas yang belum pernah kita lihat sebelumnya," katanya.
Selain itu, kata dia, perhatikan pula ide-ide lain yang berkaitan dengan bunuh diri atau keputusasaan seperti lebih senang memegang pisau, atau menulis surat dan pesan-pesan yang sifatnya putus asa dan lain-lain.
Sebagai seorang teman atau keluarga yang paling dekat dengan seseorang seperti demikian, kata dia, hendaknya jangan menuduh orang tersebut kurang keimanan dan menyuruhnya untuk beribadah lebih giat dan rajin lagi.
Hal yang harus dilakukan, kata dia, adalah mendampinginya dan mendengarkan keluhannya untuk mengurangi beban orang tersebut hingga depresinya berkurang.
"Jika masalah yang dihadapi cukup berat, sebaiknya ditemani untuk datang ke tenaga medis agar mendapat penanganan segera," katanya
Ia tidak menampik bahwa di era teknologi di mana seseorang bebas mengekspresikan dirinya di internet, seseorang yang tengah depresi juga memungkinkan untuk menyuarakan isi hatinya di media sosial.
Jika melihat kondisi seperti demikian, ia menyarankan agar "warganet" yang mengetahui hal tersebut memberikan informasi mengenai lembaga atau organisasi yang memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan jiwa.
"Hotline maupun LSM yang peduli terhadap kesehatan jiwa sudah ada banyak seperti Peduli Remaja Indonesia, Into The Light, dan lain-lain," demikian Dian Pitawati.
Baca juga: WHO: Bunuh diri tewaskan satu orang setiap 40 detik
Baca juga: UI kenalkan program Persebaya cegah bunuh diri remaja
Baca juga: Mengulurkan tangan untuk mencegah bunuh diri
Baca juga: Gangguan Jiwa Penyebab Utama Kasus Bunuh Diri
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: