Kendari (ANTARA) - Warga terdampak kebakaran lahan gambut di Kecamatan Lalolae, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara mengeluhkan asap yang mengempung wilayah tersebut.

"Awalnya kami sangka hanya sesaat namun sudah dua pekan bukannya asapnya menipis tetapi makin tebal sehingga mulai meresahkan," kata Ketut Hariyadi melalui saluran telepon dari Lalolae, Senin malam.

Warga terdekat lokasi kebakaran lahan gambut yang diperkirakan sudah meluas sampai ratusan hektare mulai mengeluhkan batas pandang yang terbatas saat berkendara di sejumlah titik jalan poros Kendari - Kolaka.

Baca juga: BNPB: 150 hektare lahan di Kolaka Timur terbakar

Baca juga: BPBD: 10 hektare lahan gambut terbakar di Pontianak


Bahkan, ada warga yang merasakan pedih di mata dan tersas sesak menghirup udara karena asap sudah berwarna hitam dan padat.

Anggota DPRD Sultra Abubakar Lagu mengimbau pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten serta instansi vertikal agar turut ambil peran mengatasi makin meluasnya lahan terbakar di Kolaka Timur.

"Kalau musibah jangan berpikir wilayah pemerintahan mana yang harus bertanggung jawab tetapi ambil peran mengatasi bencana karena korbannya adalah rakyat Indonesia di Sulawesi Tenggara. Persepsi penanganan bencana harus obyektif dan proporsional," kata politisi PKS Abubakar dari Dapil Kolaka, Kolaka Timur dan Kolaka Utara.

Ia mengharapkan pemerintah daerah dan pihak terkait merencanakan skema penanganan kebakaran hutan dan lahan gambut di sejumlah titik di Sultra karena setiap musim kemarau panjang pasti terjadi kebakaran.

Sejumlah titik rawan kebakaran di Sultra adalah padang savana Taman Nasional Rawa Aopa Watumohawai di wilayah Konawe Selatan, Bombana, dan Kolaka.

Data Manggala Agni Daops Tinanggea menyebutkan luas lahan gambut yang terbakar di Kecamatan Lalolae, Kabupaten Kolaka Timur telah mencapai sekitar 230 hektar.

Kebakaran lahan gambut Kolaka Timur berlangsung sejak Kamis 29 Agustus 2019 dan upaya pemadaman terus dilakukan.

Kepala Manggala Agni Daerah Operasi Tinanggea, Yanuar Panca Kusuma mengatakan keterbatasan sumber air menjadi kendala pemadaman.

“Kami dari Manggala Agni, TNI, Polri, KPH & Kelompok pecinta alam Zenit Kendari masih terus berjuang memadamkan api,” katanya.

Baca juga: Tiga kabupaten ini paling rawan kebakaran hutan dan lahan di Sumsel