Belitung,Babel (ANTARA) - Masyarakat Dusun Air Rembikang, Desa Air Seru Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memanfaatkan air kolong atau bekas galian tambang timah untuk mandi, mencuci dan kakus.

"Sekitar dua bulan lalu kami telah menggunakan air ini ketika mulai musim kemarau dikarenakan sumur sudah kering," kata salah seorang warga Dusun Air Rembikang, Jack di Sijuk, Belitung, Senin.

Ia mengatakan, air bekas galian tambang tersebut digunakan untuk mencuci dan mandi di rumahnya, karena sumur dirumah mereka sudah kering diakibatkan kemarau panjang sejak tiga bulan terakhir.
Baca juga: LGS, inovasi agar air bekas limbah tambang layak dikonsumsi

"Sekali mengambil air kami bisa sampai lima derijen sehari bisa lima hingga enam kali mengambil air," katanya.

Ia menyebutkan sumber air tersebut menjadi salah satu alternatif pilihan warga saat musim kemarau seperti ini.

"Biasanya dari pagi, siang hingga sebelum Maghrib digunakan untuk mandi dan nyuci, sampai jam delapan malam pun masih ada warga yang mandi," ujarnya.
Baca juga: Perairan Batam tercemar lumpur tambang pasir

Selain itu, Tinie salah seorang warga di Tanjung Pandan, Senin mengatakan sumur di rumahnya mengalami kekeringan sejak dua minggu terakhir akibat kemarau yang berkepanjangan.

"Jadi untuk kebutuhan mandi cuci saya membeli air bersih dengan orang lain. Air untuk konsumsi minum dan masak pun kita juga beli," ujarnya.

Ia berharap ada langkah atau kebijakan dari pemerintah daerah untuk mendistribusikan air bersih kepada masyarakat yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih saat ini.

"Kami harapkan ada mobil tangki untuk mendistribusikan air bersih. Karena mayoritas sumur warga di sini juga sudah mengalami kekeringan," katanya.
Baca juga: Greenpeace: tambang bisa merusak bentang alam Kalimantan Selatan
Baca juga: Tambang Emas dan Air Mata Rakyat Leragere