Satelit Terra dan Aqua deteksi dua titik panas di Sulbar
9 September 2019 14:45 WIB
Ilustrasi - Prajurit TNI Angkatan Darat Kodim 1412 Kolaka dan Personel Manggala Agni Daerah Operasi Sulawesi Tenggara memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Keisio, Kecamatan Lalolae, Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, Kamis (29/8/2019). ANTARA FOTO/Jojon/wsj.
Mamuju (ANTARA) - Citra satelit Terra dan Aqua per 9 September 2019, mendeteksi dua titik panas (hotspot) di wilayah Provinsi Sulawesi Barat.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Majene Arman, dihubungi dari Mamuju, Senin sore, mengatakan kedua titik panas yang terpantau di wilayah Sulbar itu terdeteksi berada di dua kabupaten, yakni Mamuju dan Kabupaten Majene.
"Citra satelit Terra dan Aqua per hari ini, yakni antara pukul 08.00 WITA hingga 13. 00 WITA mendeteksi dua titik panas. Kedua titik panas tersebut terpantau di sekitar Malunda, Ulumanda hingga Tamaroddo, Kabupaten Majene. Sementara satu titik panas di sekitar wilayah Bonehau dan Kalumpang Kabupaten Mamuju," kata Arman.
Tingkat kepercayaan titik panas yang terpantau di wilayah Sulbar pada hari ini mencapai 81-100 persen.
"Hampir setiap hari terpantau ada titik panas di wilayah Sulbar dengan tingkat kepercayaan bervariasi. Tiga hari lalu juga terpantau titik panas dengan tingkat kepercayaan 81-100 persen, kemudian turun menjadi 51-60 persen, selanjutnya 61-70 persen dan hari ini naik lagi menjadi 81 sampai 100 persen," kata Arman.
Baca juga: Pompanisasi diprogramkan antisipasi kemarau di Mamuju-Sulbar
Baca juga: Kemarau di Sulbar berlangsung hingga Oktober
Ia menjelaskan titik panas itu sebagai anomali suhu di permukaan bumi yang dipantau satelit.
"Misalnya ada satu wilayah suhunya yang kira-kira anomalinya lebih tinggi dari pada wilayah lainnya. Inilah yang dideteksi sebagai titik panas apakah disitu memang ada kebakaran atau tidak," kata Arman.
Terkait kondisi cuaca, BMKG Majene memprediksi kurung waktu dua hingga tiga hari ke depan wilayah Sulbar masih sulit untuk turun hujan.
Kondisi itu, kata Arman, karena wilayah itu dipengaruhi oleh fenomena El Nino atau kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.
"Kondisi kemarau yang terjadi di wilayah Sulbar memang disebabkan oleh fenomena El Nino, tetapi tidak terlalu signifikan. Jadi, kondisi cuaca di wilayah Sulbar masih dalam katagori normal," ujarnya.
"Sebenarnya, musim hujan di wilayah Sulbar diprediksi berlangsung pada akhir Agustus namun pada September ini masih ada potensi terjadi kemarau dan baru pada akhir bulan ini (September) diprediksi hujan mulai turun, khususnya untuk wilayah Kabupaten Pasangkayu dan Mamuju Tengah," kata Arman.*
Baca juga: Musim kemarau di Sulut diperkirakan BMKG berlangsung mulai Mei
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Majene Arman, dihubungi dari Mamuju, Senin sore, mengatakan kedua titik panas yang terpantau di wilayah Sulbar itu terdeteksi berada di dua kabupaten, yakni Mamuju dan Kabupaten Majene.
"Citra satelit Terra dan Aqua per hari ini, yakni antara pukul 08.00 WITA hingga 13. 00 WITA mendeteksi dua titik panas. Kedua titik panas tersebut terpantau di sekitar Malunda, Ulumanda hingga Tamaroddo, Kabupaten Majene. Sementara satu titik panas di sekitar wilayah Bonehau dan Kalumpang Kabupaten Mamuju," kata Arman.
Tingkat kepercayaan titik panas yang terpantau di wilayah Sulbar pada hari ini mencapai 81-100 persen.
"Hampir setiap hari terpantau ada titik panas di wilayah Sulbar dengan tingkat kepercayaan bervariasi. Tiga hari lalu juga terpantau titik panas dengan tingkat kepercayaan 81-100 persen, kemudian turun menjadi 51-60 persen, selanjutnya 61-70 persen dan hari ini naik lagi menjadi 81 sampai 100 persen," kata Arman.
Baca juga: Pompanisasi diprogramkan antisipasi kemarau di Mamuju-Sulbar
Baca juga: Kemarau di Sulbar berlangsung hingga Oktober
Ia menjelaskan titik panas itu sebagai anomali suhu di permukaan bumi yang dipantau satelit.
"Misalnya ada satu wilayah suhunya yang kira-kira anomalinya lebih tinggi dari pada wilayah lainnya. Inilah yang dideteksi sebagai titik panas apakah disitu memang ada kebakaran atau tidak," kata Arman.
Terkait kondisi cuaca, BMKG Majene memprediksi kurung waktu dua hingga tiga hari ke depan wilayah Sulbar masih sulit untuk turun hujan.
Kondisi itu, kata Arman, karena wilayah itu dipengaruhi oleh fenomena El Nino atau kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.
"Kondisi kemarau yang terjadi di wilayah Sulbar memang disebabkan oleh fenomena El Nino, tetapi tidak terlalu signifikan. Jadi, kondisi cuaca di wilayah Sulbar masih dalam katagori normal," ujarnya.
"Sebenarnya, musim hujan di wilayah Sulbar diprediksi berlangsung pada akhir Agustus namun pada September ini masih ada potensi terjadi kemarau dan baru pada akhir bulan ini (September) diprediksi hujan mulai turun, khususnya untuk wilayah Kabupaten Pasangkayu dan Mamuju Tengah," kata Arman.*
Baca juga: Musim kemarau di Sulut diperkirakan BMKG berlangsung mulai Mei
Pewarta: Amirullah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: