Tokyo (ANTARA) - Euro berada di posisi kurang menguntungkan pada perdagangan Senin pagi, menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pekan ini, yang diperkirakan akan memberikan stimulus baru untuk meningkatkan ekonomi regional yang lesu.

Ekspektasi tinggi untuk pelonggaran ECB datang ketika bank sentral global lainnya bergerak untuk melonggarkan keran moneter dengan bank sentral China, People's Bank of China (PBoC) pada Jumat (6/9/2019) mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pinjaman.

Menambah seruan untuk pelonggaran bank sentral adalah tanda-tanda ekonomi global sedang kesulitan dengan ekspor China yang secara tak terduga turun pada Agustus, tulis data yang dirilis pada Minggu (8/9/2019).

Dolar AS bergerak terbatas pada kisaran sempit terhadap yen karena pedagang mempertimbangkan prospek pemotongan suku bunga AS terhadap permintaan mereka untuk aset-aset safe-haven.

Di antara mata uang Asia, yuan turun mengawali perdagangan dengan lesu setelah data perdagangan lemah.

"Angka-angka China menunjukkan pandangan bahwa jika kita tidak melihat kemajuan dalam pembicaraan perdagangan AS-China, maka pelonggaran lebih lanjut akan diperlukan, termasuk toleransi terhadap yuan yang lebih lemah," kata Ray Attrill, kepala strategi valuta asing di National Australia Bank di Sydney.

"ECB adalah pertandingan besar di kota secara global minggu ini, dan pasar lebih nyaman dengan pemotongan suku bunga Federal Reserve, jadi saya pikir pasar mungkin netral risiko."

Poundsterling Inggris beringsut lebih rendah karena ketidakpastian politik tentang bagaimana Inggris akan menyelesaikan perceraiannya dengan Uni Eropa pada batas waktu 31 Oktober 2019.

Pedagang cenderung mengambil isyarat dari ECB karena bank-bank sentral utama berbaris untuk langkah-langkah dukungan bagi ekonomi global yang melemah.

Euro sedikit berubah pada 1,10235 dolar AS di awal perdagangan Asia setelah jatuh 0,1 persen pada Jumat (6/9/2019). Sterling diperdagangkan pada 1,2288 dolar AS setelah jatuh 0,4 persen pada Jumat (6/9/2019).

Indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama naik 0,03 persen menjadi 98,447. Dolar diperdagangkan pada 106,96 yen, naik 0,04 persen dari Jumat (6/9/2019).

Perdagangan dapat lemah karena salah satu topan terkuat yang melanda Tokyo dalam beberapa tahun terakhir membuat pendaratan pada Senin, membatalkan sejumlah jalur kereta.

Bank Sentral Eropa sangat yakin untuk menyetujui langkah-langkah stimulus baru pada Kamis (12/9/2019) untuk meningkatkan ekonomi yang sakit, tetapi komposisi paketnya masih jauh dari jelas karena keretakan telah terbuka antara pembuat kebijakan Eropa utara yang hawkish dan dovish dari selatan.

Data yang akan dirilis Senin nanti mengenai ekspor Jerman dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi global.

Para pembuat kebijakan bergegas untuk meningkatkan pertumbuhan karena perselisihan yang luas antara Amerika Serikat dan China mengenai kebijakan perdagangan menyeret ke tahun kedua, meningkatkan risiko resesi.

Di pasar luar negeri, dolar naik 0,05 persen menjadi 7,1076 yuan.

Bank sentral China mengatakan pada Jumat lalu bahwa pihaknya memotong jumlah uang tunai yang harus dimiliki bank sebagai cadangan untuk ketiga kalinya tahun ini, melepaskan 900 miliar yuan (126,35 miliar dolar AS) dalam likuiditas untuk menopang perekonomian yang lesu.

PBoC sekarang telah memangkas rasio tujuh kali sejak awal 2018.

Ekspor China secara tak terduga turun pada Agustus karena pengiriman ke Amerika Serikat melambat tajam, menunjukkan pelemahan lebih lanjut dalam ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Federal Reserve AS akan terus bertindak "sewajarnya" untuk mempertahankan ekspansi ekonomi di ekonomi terbesar dunia itu, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan Jumat (6/9/2019) di Zurich, mengkonfirmasikan ekspektasi untuk penurunan suku bunga pada keputusan kebijakan Fed berikutnya pada 18 September.

Baca juga: Dolar sentuh tertinggi dua tahun terhadap euro pascakeputusan Fed
Baca juga: Khawatir Brexit tanpa kesepakatan, kurs poundsterling bertahan di Asia