Yogyakarta (ANTARA News) - Reformasi Birokrasi yang sudah berlangsung selama satu tahun terakhir terkesan masih jalan di tempat disebabkan masih ada banyak biaya "siluman" untuk proses administrasi yang ditarik oleh oknum birokrasi yang tidak bertanggung jawab. "Jika ada pihak yang menyebut bahwa mereka masih harus membayar biaya siluman sebesar 30 persen, saya kira reformasi birokrasi ini masih sama saja, tidak ada perubahan," kata Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Adiningsih di Yogyakarta, Selasa. Menurut Adiningsih, persoalan korupsi adalah masalah struktural dan berhubungan dengan sistem birokrasi. "Di samping gaji yang masih rendah, ditambah iming-iming jumlah yang jauh lebih besar yang ditawarkan kepada aparat, serta posisi kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan mereka, timbullah sikap korup itu," katanya. Hancurkan manusia-manusia korup itu! Meski pembenahan birokrasi dalam tataran aturan, lanjut Adiningsih, telah dilakukan oleh pemerintah, tetapi pelaksanaannya masih setengah-setengah. "Faktor kebutuhan hidup yang semakin besar dan godaan yang ada, memicu korupsi," lanjutnya. "Koruptor pun masih bisa mendapat kehidupan yang nyaman di masyarakat karena tidak ada hukuman dari masyarakat, lain halnya dengan maling ayam yang pasti langsung dihakimi oleh massa." Menurut Adiningsih, masyarakat menilai bahwa tindakan yang dilakukan para koruptor tersebut bukan merupakan tindakan yang memalukan, bahkan koruptor masih bisa mendapat banyak peluang dan layanan yang baik setelah bebas dari hukuman penjara. "Bagi koruptor sendiri, jika mereka tertangkap dan akhirnya dihukum maka itu sebatas nasib buruk. Persepsi seperti itulah yang masih berkembang selama ini. Jadi mereka masih dianggap bagian penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan," ujarnya. Berdasarkan hasil survei lembaga independen di Departemen Keuangan, terlihat bahwa sebanyak 63,6 persen responden mengaku puas, 29,4 persen cukup puas dan 6,9 persen tidak puas atas pelayanan dari beberapa unit di Depkeu sejak reformasi birokrasi ditetapkan pada 2007.(*)