Energi Bola, Energi Cinta
10 Juni 2008 14:21 WIB
Oleh A.A. Ariwibowo
Jakarta (ANTARA News) - Ketika seseorang sedang diterjang Dewi Venus, simbolnya hati. Ketika seseorang disambangi Dewi Fortuna dalam laga sepakbola, simbolnya malaikat kecil yang siap mengutarakan kata-kata, "terberkatilah kalian untuk hari ini." Sebaliknya, kekalahan bersua, maka berhamburan kata-kata sarat penyesalan, seraya berujar, "masih ada hari esok".
Menang atau kalah, baik dalam bola maupun dalam cinta, sama-sama berwujud energi. Bukankah pemikir Henry David Thoreau menyatakan, cinta tak hanya membuat dunia ini berputar bahkan berubah tidak terkendali. "Hati memang senantiasa tak berpengalaman ketika berurusan dengan cinta," katanya.
Filsuf Teilhard de Chardin mengungkapkan bahwa kelak setelah manusia menguasai dan memanfaatkan angin dan ombak, maka manusia mendayagunakan energi cinta. Sampai-sampai ada kredo untuk mewadahi mereka yang terkena bara dalam cinta dan tersulut pijar kemenangan dalam sepakbola. Ungkapannya yakni, "jatuh cinta, diriku berubah."
Ketika jatuh cinta, seseorang mengatur penampilan, merancang perkataan, bahkan mempertanyakan keberadaannya dengan mengajukan pertanyaan kritis, "mengapa aku tak bisa langsung menghampiri dan mengungkapkan perasaaan? Alih-alih, diriku hanya mengerlingkan mata ketika orang yang kucintai datang menghampiri."
Ketika kemenangan bersua, publik yang mencintai sebuah tim akan bersorak seraya bergerak sesuai dengan kemauannya. Ekspresi adalah segalanya bagi mereka yang dihampiri dewi Venus di bahtera cinta dan disayangi dewi Fortuna di laga sepakbola. Kini lakonnya, tim yang merenggut kemenangan dan menderita kekalahan dalam Piala Eropa 2008.
Sebanyak kurang lebih 12.000 pecinta tim Portugal berhamburan dan berlarian ke taman kota karena pasukan asuhan pelatih Luiz Felipe Scolari itu mengalahkan Turki 2-0 dalam pertandingan Grup A di Stade de Geneve, Jenewa.
"Kami tahu bahwa banyak imigran Portugis yang berada di Swiss. Kami terkejut dengan antusiasme itu," kata gelandang Portugal Raul Meireles kepada wartawan. "Inilah citra dari Potugal yang tampil sebagai negara besar. Kami pemain menyadari betul bahwa tugas belum selesai benar," kata gelandang Joao Moutinho. Portugal akan menghadapi Republik Ceko di Stade de Geneve, Wina, pada Rabu waktu setempat.
Kedua gelandang Portugal itu menyadari betul bahwa seterunya Ceko bukan tim penggembira. Paling tidak, Ceko mampu menekuk tuan rumah Swiss dengan 1-0 dalam laga perdana di St Jacob Park, Basel pada Sabtu (8/6).
"Kami paham betul bahwa Ceko memiliki taktik dan teknik yang memadai, karena mereka tampil sebagai tim yang kuat. Swiss begitu mengontrol jalannya pertandingan, tetapi justru Ceko yang melesakkan satu gol ke gawang Swiss," kata Meireles. "Kemenangan atas Turki jadi modal berharga menghadapi Ceko. Kami lebih percaya diri."
Aura cinta yang terbungkus energi bersepakbola ria juga tercermin di wajah para pendukung Kroasia. Ribuan warga Kroasia meluapkan kegembiraannya dengan bernyanyi, menari dan menenggal bir.
Mereka tumpah ruah di segala lini kota Wina karena skuad pujaannya mampu membungkam Austria dengan 1-0 di Stadion Ernst Happel pada Sabtu (8/6) waktu setempat. Publik tuan rumah tidak kuasa menahan malu. Aib di laga perdana, gagal di pandangan pertama.
Merasa berada di atas angin karena timnya mengalahkan tuan rumah Austria, sejumlah pendukung Kroasia mengutarakan kata-kata yang bernuansa jumawa. "Mungkin mereka masih belum bangun betul dari tidur. Mereka masih bermimpi asyik main ski," kata Danijel Hofer yang datang dari Zagreb ke Wina tanpa dibekali tiket untuk menyaksikan laga perdana itu. Ia cukup menyaksikan pertandingan itu dari layar lebar yang disediakan di kawasan sekitar stadion.
"Saya merasa geli setelah melihat mereka bertanding. Mereka perlu cukup tidur pada malam hari agar dapat tampil maksimal," kata rekannya Nikola Petrovski.
Sementara dia asyik mengobral kata-kata pujian kepada tim kesayangannya, rekan-rekannya terus bernyanyi. Wina sarat dengan mabuk kemenangan dari energi cinta pendukung Kroasia. Sampai-sampai ada dari mereka yang memanjat sebuah patung monumen kota Wina kemudian memasang bendera Kroasia.
Bagaimana reaksi pendukung tim tuan rumah Austria? "Mereka memang memenangi pertandingan karena itu mereka berpesta pora," kata salah seorang penduduk Wina, Erich Hoernagl sambil mengusap cat bendera Austria di wajahnya. "Kami perlu sedikit pemanasan sebelum tampil memukau dalam laga berikutnya."
Kroasia akan berhadapan dengan tim Panzer Jerman pada Kamis (12/6) di Klagenfurt, Worthersee, Austria. Sedangkan Austria akan menjajal Polandia pada Jumat (13/6) di Stadion Ernst Happel, Wina.
Warna duka juga menyapa Swiss, karena salah satu pemain pilarnya Alex Frei mengalami cedera lutut kiri ketika meladeni permainan Ceko. Striker berusia 28 tahun itu tampak tak kuasa menutup kekecewaannya karena laga Piala Eropa begitu bermakna.
Ia menyimpan kenangan pahit saat Piala Eropa 2004, karena hanya tampil dalam dua laga. Frei pulang kandang lebih awal lantaran terkena hukuman karena meludahi gelandang Inggris Steven Gerrard. Aksi tidak terpuji Frei ini kemudian mendapat liputan dari berbagai stasiun televisi setempat.
Frei yang mengenakan ban kapten sejak 2007 bagi timnas Swiss terkena beberapa masalah kesehatan. Ia absen dalam beberapa laga menentukan ketika membela panji negaranya. "Saya yakin tim ini memiliki kualitas memadai. Saya paham benar bahwa tim ini haus akan sukses," katanya dua hari sebelum laga perdana melawan Ceko. "Ini saatnya kami menorehkan sejarah, karena laga ini diadakan di negeri kami sendiri".
Ketika sejumlah pemain Portugal dan pendukung Kroasia merayakan energi cinta dalam energi bola, maka mereka sedang mewujudkan realisasi diri. Ujaran yang populer di kalangan anak gaul, "Ini gue banget gitu lho."
Sementara, manusia tidak jarang melukai bahkan menghabisi nyawa sesamanya tanpa memiliki rasa salah sedikit pun. Kalau kekerasan dan (kegembiraan) adalah bentuk realisasi diri, bagaimana mungkin membunuh atau melukai sesama manusia lantas dilabel sebagai "kewajiban etis"?
Dalam bukunya Memahami Negativitas, F. Budi Hardiman menulis bahwa nilai dapat menumpulkan kecemasan akan kematian dalam dua cara. Para pemuja bintang sepakbola akan bersedia berkorban demi pujaan hatinya itu.
Sementara kaum fundamentalis pun bersedia menyerahkan nyawanya demi agamanya karena membayangkan kematian sebagai salah satu jalan yang bernilai.
Ini lantaran nilai adalah sesuatu yang dihargai, misalnya kecantikan, kesehatan, kepandaian, ketenaran. Pengalaman nilai (Werterfahrung) menurut filsuf Hermann Broch bersifat ekstatis, yaitu menghasilkan perasaan ekstensi ego (Ich-Erweiterung). Contohnya, nilai kecantikan mendorong orang untuk merawat, menghiasi dan menampilkan tubuhnya. Orang lain seakan diimbau untuk memberi komentar atas penampilan dirinya.
Namun, bagaimana menjelaskan ketika ribuan orang tersengat vandalisme ketika selesai menikmati bir secara berlebihan saat merayakan kemenangan tim pujaannya? Adakah di sana ada energi bola, energi cinta?
Jawabannya bukan arak-arakan imbauan untuk tertib, tetapi tindakan dari kepolisian Wina untuk mengambil langkah pengamanan. Sementara pelatih Swiss Koebi Kuhn sedang direpotkan dalam menyusun taktik, pihak penyelenggara tuan rumah disibukkan dengan ulah para perusuh.
Menurut kepolisian Austria, sebanyak 17 orang telah ditangkap di Klagenfurt, usai laga Jerman melawan Polandia di Grup B. Mereka tahu betul ulah para pendukung fanatik dari Jerman, Austria, dan Polandia. Polisi mensinyalir bahwa minum bir secara berlebihan memicu aksi vandalisme dan perkelahian di Basel.
Polisi setempat paham bahwa merayakan kemenangan dalam energi bola dan energi cinta hanya dapat sah di mata anti-kekerasan bila ekspresinya sekedar bernyanyi, menabuh drum, meniup trumpet dan mengibarkan bendera.
Energi bola, energi cinta akan bernada sumbang, berseberangan dengan energi-damai, bila hadir aksi kekerasan yang mengancam nyawa sesama manusia. Energi bola, energi cinta berlawanan dengan energi kekerasan! (*)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008
Tags: