Batam (ANTARA) - Tim Pengendali Inflasi Daerah Kepulauan Riau mengingatkan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya mengenai kemungkinan risiko peningkatan inflasi pada September 2019, akibat cuaca buruk yang biasa terjadi beberapa bulan menjelang akhir tahun.

"Gelombang laut yang tinggi menjelang akhir tahun dapat mengganggu proses distribusi logistik dan mengurangi ketersediaan pasokan bahan makanan," kata Wakil Ketua TPID Kepri, Fadjar Majardi di Batam, Sabtu.

Baca juga: Kebijakan The Fed dorong percaya diri konsumen dan investor Indonesia

Cuaca dan tingginya gelombang menjadi faktor penting dalam distribusi berbagai komoditas di Kepri, mengingat daerah itu merupakan kepulauan yang mengandalkan transportasi laut.

Tingginya gelombang laut juga diperkirakan mempengaruhi harga ikan, karena nelayan tidak melaut. "Potensi peningkatan harga komoditas ikan laut menjelang musim angin utara," katanya.

Selain itu, ia mengingatkan potensi inflasi yang didorong peningkatan harga sayuran, mengingat nilai kebutuhan pangan itu mengalami deflasi dalam dua bulan berturut-turut.

Baca juga: BPS: Kenaikan harga cabai dan emas picu inflasi Agustus 2019

Kemudian, potensi inflasi yang harus diantisipasi adalah gangguan produksi di sentra penghasil akibat kemarau berkepanjangan, yang berpotensi mengurangi pasokan bahan makanan ke Kepri.

"Serta tren peningkatan harga emas dunia hingga saat ini diperkirakan dapat kembali memicu kenaikan inflasi kelompok inti (emas perhiasan)," kata dia.

Sementara itu, mencermati perkembangan inflasi terkini, IHK Kepri pada September 2019 diperkirakan mengalami inflasi. "Perlu diwaspadai beberapa risiko inflasi ke depan, namun diperkirakan akan tetap berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional pada 2019 yaitu sebesar 3,5 ± 1 persen (yoy)," katanya.

Baca juga: BPS catat inflasi Agustus 0,12 persen